BANDARLAMPUNG—Sekitar 30 hektare sawah di Desa Bagelen dan Desa Kebagusan, Gedong tataan, Pesawaran memanfaatkan air hasil proses akhir pengolahan limbah Pabrik Karet PTPN VII Unit Way Berulu. Ketersediaan air yang mengalir sepanjang tahun membuat lahan ini bisa menanam padi paling kurang dua kali setahun.
Di temui di rumahnya, Kepala Desa Bagelen Merdi Parmanto mengatakan, beberapa lahan persawahan di desanya berada di posisi hilir sungai Way Berulu. Meskipun tidak besar, kali yang merupakan aliran air dari gugusan gunung Pesawaran dan melintasi kebun karet PTPN VII itu menjadi berkah bagi puluhan petani desa itu. Sebab, air yang mengalir menjadi andalan untuk berbudi daya padi.
“Saya lahir di desa ini dan belum pernah mendengar air tercemar oleh limbah. Padahal, di atas sana ada pabrik karet punya PTPN VII. Nyatanya, air yang mengalir ke sawah kami justru malah jadi rebutan petani. Kalau tidak terlalu kering, petani di bawah bisa panen tiga kali setahun,” kata “lurah” muda ini, Kamis (7/10/20).
Merdi mengatakan, dari bendungan Way Berulu yang mengalir air bekas proses pengolahan karet PTPN VII, ada dua jalur irigasi mini menuju dua lokasi. Masing-masing Bendung Amir Makmur dan Sumber Bakti. Air itu kemudian dibagi-bagi oleh petani untuk mengairi sawah mereka.
Kades yang baru dilantik awal 2020 itu menambahkan, keberadaan PTPN VII yang berbatasan dengan desanya sangat memberi manfaat. Ia mengaku, banyak warga desanya dan desa-desa sekitar, termasuk Desa Kebagusan, yang bekerja di BUMN itu. Secara berkala, PTPN VII juga membantu desa dalam pembangunan dan bantuan renovasi fasilitas umum. Juga bantuan kredit sangat lunak yang diterima pelaku usaha kecil dalam bentuk dana kemitraan.
“Kalau yang terlihat langsung, ya adanya bentuan fasilitas umum, bantuan kredit usaha kecil, dan kalau ada keadaan darurat bencana. Nah, yang agak aneh justru adanya air limbah untuk petani. Kalau di tempat lain orang nolak limbah, di sini justru minta terus,” kata dia.
Pernyataan itu dikuatkan Sarito (53), salah satu petani yang memanfaatkan olahan air dari limbah pabrik karet. Dia menerangkan olahan akhir limbah cair yang mengalir ke sawahnya justru membuat tanaman yang dia budi dayakan lebih subur.
“Saya nggak tahu bagaimana, tetapi tanaman malah lebih subur. Makanya, kalau dipupuk ureanya kebanyakan, tanaman malah kelemon (terlalu subur) sehingga malah sering roboh,” kata dia.
Ito, sapaan akrab Sarito mengatakan, air yang mengalir dari pabrik karet PTPN VII tidak keruh maupun berbau. Jika dipakai untuk mengairi sawah untuk menanam padi, kata dia, jumlah pupuk ureanya harus dikurangi dibanding sawah yang menggunakan air hujan. Ia juga mengaku pertumbuhan dan hasil panen dari sawah-sawah yang teraliri air limbah itu justru lebih menghasilkan.
Tentang kepedulian kepada lingkungan, Senior Executive Vice President (SEVP) Operational II Dicky Tjahyono menyatakan aspek itu menjadi prioritas. Sebab, kata dia, sebagai BUMN yang bergerak di bidang perkebunan, bisnisnya sangat bergantung kepada kelestarian alam lingkungan.
“Lingkungan hidup yang lestari adalah kunci dari bisnis kami. Kalau alamnya rusak atau tercemar, tanaman di kebun kami juga terganggu. Makanya, soal pengolahan limbah, menjaga keseimbangan ekosistem, dan semua yang berkait dengan lingkungan hidup, kami prioritas utama,” kata dia.
Pemanfaatan air bekas limbah yang dilepas ke sungai dan dimanfaatkan petani untuk bertanam di Way Berulu, kata dia, adalah bukti komitmen PTPN VII tidak main-main soal residu industri. Dicky mengatakan, pihaknya sangat ketat mengolah limbah cair menjadi layak saat dilepas di perairan bebas.
“Selain itu, ada kontribusi sangat penting kebun kita yang sering tidak disadari, yaitu sumbangan oksigen untuk lingkungan. Setiap hari, jutaan liter oksigen dihasilkan oleh dedaunan dari kebun kita. Ini adalah sumbangsih yang nilainya unlimited untuk bumi. Ini jenis CSR (kepedulian sosial) sepanjang masa,” kata dia.
Selain lingkungan alam yang lestari, pihaknya juga terus menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar. Ia menyebut relasi itu sebagai lingkungan sosial yang menjadi salah satu kunci sukses dalam menjalankan usaha perkebunan.
“Aset dari apa yang kami usahakan ini kan kebun yang luas dan berada di tengah masyarakat. Tidak mungkin bagi kami untuk memagar dengan tembok atau kawat berduri. Nah, pagar yang paling aman untuk usaha ini adalah pagar sosial. Yakni, hubungan baik dana saling memberi manfaat antara perusahaan dengan masyarakat sekitar,” terangnya.
Apa yang dilakukan perusahaan? Dikcy menyebut kepedulian dan kebiasaan berbagi kepada lingkungan sekitar. “Yang pasti, kita harus respek dan peduli dengan masyarakat sekitar. Melalui program CSR, kami berbagi dalam berbagai bentuk. Secara etika dan kepribadian, kita juga harus respek, ramah, bergaul, dan hormat kepada sesama. Ini harus menjadi budaya hidup kita sebagai karyawan PTPN VII,” kata dia. (HUMAS PTPN VII)