Dugaan Pelecehan Seksual di UIN Raden Intan Lampung: Fakta Luar Biasa

Andi Surya. Foto ist

Bandarlampung – Senator Lampung, Andi Surya mengecam dugaan pelecehan seksual di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung oleh oknum dosen.

Dugaan pelecehan seksual yang dialami EP (20) Mahasiswi Fakultas Ushuludin UIN Raden Intan Lampung yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang merupakan Ketua KOPRI (PMII Puteri) rayon Ushuludin, diduga mendapatkan pelecehan seksual oleh dosen sosiologi (SH) UIN Raden Intan pada Jum’at (21/12/2018) sekira pukul 13.20 WIB.
Baca: Pelecehan Seksual Mahasiswi, Lampung Darurat Kekerasan Perempuan?

“Ini fakta luar biasa,” kata Andi Surya, Sabtu (12/01/2019) melalui siaran pers.

Terlebih kata Andi pernyataan
Penanggungjawab Program Kelompok Studi Kader (KLASIKA) Een Riansah yang menyrbut, dugaan pelecehan seksual di UIN Raden Intan Lampung ini peristiwa ini merupakan hal yang luar biasa, karena kasus pelecehan seksual justru terjadi di lingkungan perguruan tinggi berbasis agama terbesar di Lampung.

Pun peristiwa itu bukan pertama kalinya di kampus tersebut. Sebelumnya pernah terjadi 3 kasus pelecehan dalam 3 tahun terakhir. Selain itu kasus yang sama juga sempat terjadi di Universitas Lampung belum lama ini.

Anggota DPD RI Dapil Lampung ini memaparkan, kampus UIN Raden Intan Lampung sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi yang berbasis agama justru diduga menjadi sarang maksiat dan hasrat seksual oknum dosen.
Baca: Aksi Massa, JK Sebut Gubernur Lampung Terseret Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

“Meskipun saya percaya bahwa ini hanya segelintir kecil oknum dosen UIN,” ujar Andi Surya.

Mantan Anggota DPRD Lampung ini memaparkan, kampus adalah palang pintu idealisme, norma, dan darma bakti kepada nusa bangsa agama.

“Apakah oknum dosen yang diduga melakukan pelecehan ini sudah kehilangan akal sehat dan keimanannya?,” tanya Andi Surya.

Andi berpendapat, kampus seharusnya menjadi tempat di mana anak-anak bangsa dididik menjadi insan-insan handal yang tangguh menghadapi masa depan melalui Tridarma Perguruan Tinggi, bukan menjadi objek hasrat seksual oknum dosen.

“Saya menjadi kehilangan kata-kata untuk menyampaikan gejala immoralitas yang terjadi kampus UIN ini,” sambung Andi Surya.

Andi mempertahankan, kenapa terjadi dugaan pelecehan seksual oleh oknum dosen di UIN Raden Intan Lampung seperti ini. Andi mengaku, tahun lalu pernah mengkritisi perihal UIN yang dalam proses penerimaan mahasiswa baru cenderung mengabaikan nisbah dosen. Jumlah mahasiswa sekitar 28 ribu namun hanya dilayani sekita 400-an dosen, sisanya adalah dosen-dosen paruh waktu atau dosen luar biasa yang tidak memiliki NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional).

“Saya menduga ini ada hubungannya, karena mentarget rasio dosen berbanding jumlah mahasiswa puluhan ribu bukan pekerjaan mudah, sehingga diduga terekrut oknum dosen yang kurang memiliki kapabilitas dalam hal moral, iman dan taqwa,” ujarnya.

Untuk itu, Andi menyarankan kepada pimpinan UIN, pertama, tidak melindungi oknum dosen yang diduga melakukan pelecehan seksual ini dan segera proses secara hukum maupun administratif. Kalau perlu sementara oknum dosen terduga ini dicutikan lebih dahulu.

“Jika terbukti lakukan pemecatan sesuai UU dan peraturan,” sarannya.

Kedua, kata Andi lakukan evaluasi dan pembinaan kepada dosen-dosen baik secara moralitas maupun iman dan taqwa karena ini lembaga kampus berbasis agama maka selayaknya para dosen di kampus yang berbasis agama dibentengi oleh tuntunan nilai-nilai agamis.

Ketiga kata dia, jika ingin mengejar rasio dosen terhadap mahasiswa, lakukan proses rekrutmen dosen secara benar dan memenuhi standar etik pengajar, bukan hanya ilmu saja tetapi tekanan pada aspek perilaku dan etika.

“Sehingga diperoleh sumber daya dosen yang memiliki keseimbangan antara ilmu dan imtaq,” pungkas Andi Surya.

Penanggungjawab Program Kelompok Studi Kader (KLASIKA) Een Riansah mengaku, dugaan pelecehan seksual di UIN Raden Intan Lampung ini peristiwa ini merupakan hal yang luar biasa, karena kasus pelecehan seksual justru terjadi di lingkungan perguruan tinggi dalam hal ini kampus.

“Lebih miris lagi hal ini justru terjadi di kampus berbasis agama terbesar di Lampung,” ujar pria yang juga penggiat pendidikan itu.

Ia menjelaskan, peristiwa itu bukan pertama kalinya di kampus tersebut. Sebelumnya pernah terjadi 3 kasus pelecehan dalam 3 tahun terakhir. Selain itu kasus yang sama juga sempat terjadi di Universitas Lampung belum lama ini.

“Hal ini sangat miris terlebih ini dilakukan oleh oknum pendidik yang harusnya memberikan contoh moral yang baik pada anak didiknya,” katanya Een.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *