Pembangunan Irigasi Tipe Primer Milik BBWSM Disoal

METRO-Pembangunan Irigasi tipe Primer di wilayah Kecamatan Pekalongan Lampung Timur (Lamtim) maupun wilayah Kota Metro terus disoal.
 
Pasalnya belum satu Dasawarsa, proyek dengan pagu puluhan miliar itu milik Balai Besar Way Sekampung Mesuji(BBWSM) kembali dibangun.
 
“Pekerjaan ini patut dipertanyakan, bagaimana perencanaan dan analisa konsultannya,”kata Yadi salah satu mahasiswa Unila,kemarin. 

Baiknya kata dia, jika hendak membangun atau mengerjakan suatu pekerjaan ditinjau lagi kekuatan bangunan, kegunaan dan kebutuhan bangunan, agar tidakmenibulkan asumsi buruk pada BBWSM.
  
“Seharusnya pihak Balai terutama bagian perencanaan lebih jeli akan hal ini
,”urainya.

Kemudian kata Yadi, ditengarai pembangunan irigasi tipe primer ini terburu-buru, dikhawatirkan hasil pekerjaan itu kurang sesuai dengan apa yang diharapkan.
 
“ya, kalo kerjaan buru-buru pastinya hasilkan bangunan yang kurang berkualitas,”ungkapnya.
 
ia menambahkan, substansi pengangguran(pekerjaan) itu bukan atau banyaknya dan seringnya pekerjaan tersebut dianggarkan namun bagaimana kekokohan hasil pekerjaan tersebut.
 
“Pekerjaan seperti ini hanya pemborosan dan belum layak untuk dilakukan pembangunan kembali karena sebelumnya sudah dianggarkan,”lugasnya.
 
Sebelumnya, Direktur Center Budget For Analysa(CBA), Uchok Sky Khadafi menyayangkan dugaan pekerjaan asal jadi pada proyek irigasi tipe primer milik Balai Besar Way Sekampung Mesuji(BBWSM). Mantan koordinator FITRA Indonesia ini menduga banyak kejanggalan dari awal perencanaan hingga pekerjaan itu selesai.
 
Untuk itu Uchok meminta Badan Pemeriksa Keuangan(BPK) untuk mengaudit dan melakukan investigasi atas proyek dengan pagu puluhan miliar ini.
 
“Kelihatan proyek ini asal-asalan atau asal jadi, tapi kemungkinan tidak sesuai dengan spek. BPK perlu mengaudit, menyesuaikan antara spek dengan pekerjaan di lapangan ,”tegas Uchok, Selasa(17/11/2015) kepada Suryaandalas.com.
 
Untuk itu lanjut Uchok, ada dugaan pekerjaan irigasi tipe primer ini dana yang digunakan banyak dilakukan pemotongan oleh pemangku kebijakan setempat, yang menyebabkan asumsi elemen dan pekerja di lapangan menuding pekerjaan itu diduga asal jadi dan mengejar waktu, bahkan ditengarai adanya pemborosan anggaran.
 
“Karena, diduga, proyek ini, uangnya lari kemana-mana,”lugas Uchok.
Bahkan lanjut Uchok, ditengarai proyek ini sudah direncanakan pemenang tendernya, artinya tender hanya sebatas formalitas. “Kalau proyek asal-asalan, bisa saja lelang diduga sudah diatur untuk memenangkan perusahaan tertentu,”tukas dia.
 
Sebelumnya, pembangunan Irigasi tipe Primer tampaknya asal jadi, itu diakui beberapa tukang yang ikut melaksanakan pekerjaan.
Pembangunan irigasi primer itu, dikabarkan senilai Rp 53 miliar . Informasi yang di terima Suryaandalas.com, beberapa waktu lalu dari beberapa tenaga kerja, baik pada wilayah Kecamatan Pekalongan Lampung Timur (Lamtim) maupun wilayah Kota Metro menyebutkan, kurangnya mutu dalam pelaksanaan proyek raksasa tersebut.
 
Sekedar untuk diketahui Tahun 2008 silam Balai Besar Way Sekampung Mesuji(BBWSM) juga yang telah melaksanakan proyek tersebut, namun di tahun 2015 kembali dilaksanakan, dengan pembongkaran total atas samping dan bagian lantai irigasi, bahkan termasuk pembangunan tahun 2008 pun ikut di bongkar. sayangnya, justru pembangunan tahun 2008 silam justru tambak jauh lebih baik dari pada proyek yang dikerjakan saat ini, pun dibenarkan para tenaga kerja borongan dari proyek irigasi di wilayah m Metro dan Lamtim pada wartawan , di sela-sela kesibukan para tukang, sembari menunjuk bekas bangunan lama yang telah di bongkar.
 
“iya mas kalau kami liat memang jauh lebih bagus bangunan lama, dari sekarang, dan mungkin hanya dapat bertahan 2 tahun saja ini mah, semen juga kami tidak tau apa yang di gunakan, informasinya hanya semen lokal,” terang tukang tenaga borongan.
 
Sementara Bambang Hermanto Divisi Sosial LSM Bersama Kita Bisa (Berkitab) Provinsi Lampung juga menyampaikan hal serupa dengan keterangan tenaga kerja borongan dalam pembangunan Irigasi Primer pada wilayah Tegineneng, Metro hingga Kabupaten Lampung Timur, terkesan asal jadi, menurutnya, kemungkinan dengan kondisi tersebut lantaran pelaksanaan terlalu mepet, sehingga pekerjaan terburu-buru.
 
“mungkin juga tanpa asalan karena pihak pelaksana memburu waktu, sehingga tampak seperti sekarang, bagaimana mau bermutu baik, tenaga kerjanya dibayarkan per meter persegi atau kubikasi, hanya Rp 60.000, tentu pekerja mengejar target kubikasi dan bukan baik buruknya mutu, bisa kita liat dan bandingkan dengan bangunan lama yang telah berusia 5 tahun, dengan yang hanya 2 bulan,” tegas Bambang Harianto.(Tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *