Kisah Mbah Mujiati, Potret Ketidakhadiran Pemda Mesuji

MESUJI – Mbah Mujiati (54) pedagang yang mangkal di bawah Sekretariat Pemerintah Daerah Mesuji dari kecil berkeinginan pulang ke Jawa untuk sekedar melihat daerah asalnya.

Namun keinginannya hanya sebatas mimpi, karena tidak pernah punya ongkos untuk bisa pulang ke Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Banjar Negara.

Mbah Mujiati merupakan salah satu dari ribuan transmigrasi di pulau Sumatera dan mempunyai keinginan untuk menengok daerah asalnya namun terkendala oleh materi. Mbah Mujiati merupakan pedagang kecil yang mencoba mengais rezeki dari berjualan kopi, es serta sedikit gorengan untuk menyambung hidupnya di masa tua yang menumpang di bawah pelataran Kantor Pemda Mesuji.

Mbah Mujiati mengaku masuk di Kabupaten Mesuji pada tahun 1984 ikut program transmigrasi bersama suaminya yang pertama di era Presiden Suharto dan mendapatkan lokasi tanah seluas 2 hektar beserta lokasi perumahan yang saat ini sudah habis dibagi-bagi untuk anak-anaknya. Mbah Mujiati saat ini tinggal bersama suaminya yang ketiga, Hartoyo di Desa Wiralaga Mulya Kecamatan Mesuji. Perempuan tua yang mengaku mempunyai  8 cucu ini dengan telaten berjualan kopi gorengan dan minuman es sangat merindukan ingin pulang melihat daerah asalnya, namun menurut dia semua hanya mimpi.

“Saya dari kecil sampai sekarang tidak tau daerah Jawa. Pokoknya Jawa saja saya tidak tau seperti apa. Kalau dibilang kepengen saya kepengen sekali tau Jawa karena saya orang miskin jadi tidak ada ongkos untuk pulang ke Jawa,” jelas Mbah Mujiati, Selasa (10/9/2019).

Mujiati dengan berkaca-kaca menceritakan kisah hidupnya yang selalu dalam keadaaan yang pas-pasan. Semenjak ditinggal suami yang pertama dan kedua yang sudah lebih dulu dipanggil yang Maha Kuasa. Kini dia hidup berdua dengan suaminya yang ketiga di rumah papan yang menurutnya jelek dan berdinding papan yang sudah bolong-bolong.

“Saya dari kecil dibawa oleh orang tua ke Lampung dan dulu tinggal di Lampung Selatan tahun 1984. Saya bersama suami ikut tranmigrasi ke Mesuji dan hidup selalu dalam kondisi yang kurang baik. Sebelum jualan di Pemda saya jualan sayur-sayuran di pasar sampai ada yang menawarkan agar saya jualan kopi dan makanan ringan di sini,” urainya.

Menurut Mbah Mujiati, meski hidupnya dalam kesusahan namun sampai saat ini dia tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemeritah dalam bentuk apapun, bahkan beras Raskin juga tidak pernah dia dapatkan terlebih bantuan yang lainnya.

“Ya Pak. Saya belum pernah dapat bantuan beras Raskin maupun yang lainnya padahal rumah saya jelek dan papannya pun sudah bolong-bolong kalau tidak percaya boleh lihat rumah saya tidak jauh dari sini. Padahal saya juga kepengen dapat bantuan dari pemerintah bedah rumah dan yang lainnya kayak tetangga lain,” ungkapnya.

Sisi kehidupan dan perjalanan hidup   setiap manusia memang berbeda-beda seperti halnya yang dialami Mbah Mujiati seharusnya orang tua dan tidak mampu seperti dia harus mendapatkan perhatian dari pemerintah baik dari pemerintah  desa sampai ke tingkat pemerintah kabupaten agar masyarakat yang terbilang susah merasa di ayomi dan diperhatikan oleh pemerintah setempat .(Di)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *