Pemerintah Lambat, Komil Dampingi Medis Anak Riska Warga Lampung Tengah

Lampung Tengah – Ketika pemerintah lambat bersikap ihwal kondisi warganya. Elemen bergerak membantu sama lain.

Komunitas Mutiara Independen Lampung (Komil) merespon kondisi satu keluarga di Kampung Purnama Tunggal, Way Pengubuan, Lampung Tengah (Lamteng) yang membutuhkan uluran tangan.
Komunitas yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan ini bergerak usai pemberitaan Saibumi.com.
Kedepan, Komil akan mengambil langkah pendampingan pada kedua anak Riska Ramanti (41), yakni Fita (10) dan Feni (21) dalam mendapatkan perawatan medis penyakit yang mereka derita.
Riska Ramanti janda yang tinggal di menumpang di tanah milik Kampung Purnama Tunggal yang bekerja serabutan.
Koordinator Lapangan (Korlap) Komil Sutarti mengatakan, pihaknya akan melakukan pendampingan Fita dan Feni. Pun terlebih dahulu melakukan survey.
“Kita akan lakukan pendampingan untuk kemungkinan dilakukan tindakan medis,” ujar Sutarti didampingi Sekretaris Lili saat melakukan kunjungan, ke kediaman Riska, Senin 26 Agustus 2019.
Untuk kemungkinan konsultasi kepada dokter spesialis, Sutarti menjelaskan untuk Fita dan Feni akan dibawa ke Bandar Lampung
“Untuk Fita kita fokus ke pengobatan kakinya (pengeroposan tulang kaki), kita akan coba bawa ke Rumah Sakit Airan di Bandar Lampung,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Riska Ramanti, harus membesarkan kedua orang putrinya yang mengidap sakit sejak lama.
Sang bungsu Fita mengalami kerapuhan tulang kaki sejak kelas dua sekolah dasar. Akibatnya, Fita harus berhenti sekolah dan saat ini kaki kecilnya tak lagi mengalami pertumbuhan sehingga kecil sebelah.
Tak sampai di situ, derita yang dialami si bungsu bertambah setelah ia divonis menderita pembesaran kepala (Hydrocepalus).
Bahkan, akibat penyakit yang diidapnya itu Fita harus dipasang selang di saluran kepalanya untuk membuang cairan dari kepalanya.
Sementara Feni si sulung tak kalah miris kondisinya, ia mengidap tumor karet di bagian wajah dan kepalanya. Karena kondisi tersebut, bagian telinga feni menjadi turun sebelah.
Riska mengatakan, kedua anaknya sempat dilakukan tindakan medis operasi. Untuk Fita, operasi dilakukan terakhir kali sekitar dua tahun lalu, sementara Feni terakhir mendapat penanganan medis pada 2013 lalu.
Riska saat ini harus menjadi ibu sekaligus ayah bagi kedua buah hatinya. Hal itu dikarenakan, sang suami memilih untuk tinggal dengan istrinya yang lain.
Tak patah arang oleh kondisi yang dialaminya, Riska terus bekerja sebagai buruh jemur onggok. Dari profesinya itu, tak banyak yang bisa didapat Riska untuk kebutuhan keluarganya.
“Saya kerja ini tidak menentu hasilnya. Kalau ada jemuran (onggok) seharian saya bisa dapat Rp 50 ribu sehari. Tapi kalau tidak ada (jemuran onggok) ya tidak tahu kapan lagi dapat rejeki,” kata Riska Ramanti.
Untuk penanganan operasi sang anak, ia mengatakan hanya mengandalkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari Dinas Sosial, sebesar Rp 600 per triwulan.
“Untuk biaya lainnya (transportasi ke Jakarta) saya tanggung sendiri. Karena Fita harus dioperasi di Jakarta (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo),” bebernya.
Kini, keluarga yang tinggal di banguan kayu dengan luas tak lebih dari 4×6 meter persegi itu, berharap pada uluran tangan para dermawan. (Sumber Saibumi.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *