BANDAR LAMPUNG— Kerja sama PTPN VII dengan Rumah Zakat yang ditanda tangani pada acara buka puasa bersama, Senin (6/5) lalu ditindak lanjuti dengan pelatihan pengelolaan zakat. Bertempat di ruang rapat Direksi, sejumlah pengurus Laziz PTPN VII mengikuti Pelatihan Manajemen Zakat, Kamis (16/5).
Selain pengetahuan mengelola zakat, peserta juga menyusun program kerja tahun 2019.
Direktur Komersil PTPN VII Achmad Sudarto saat membuka acara pelatihan itu mengatakan, kesadaran untuk berzakat secara tertib pada umat masih harus dipupuk. Hal itu karena tingkat kepercayaan kepada pengelola zakat belum sepenuhnya.
“Umat dan masyarakat pada umumnya masih banyak yang menyalurkan zakatnya secara langsung. Itu boleh dan baik, tetapi mungkin efek perbaikannya kurang mengena. Sebab, umumnya lebih bersifat konsumtif,” kata dia.
Oleh karena itu, kehadiran lembaga zakat yang mengelola dana umat secara profesional, transparan, dan akuntabel sangat dibutuhkan. Dengan layanan yang baik dan amanah, tingkat kepercayaan umat akan tumbuh dan menjadi kesadaran rutin bagi para pembayar zakat.
“Sebenarnya, umat Islam, terutama yang secara ekonomi berkecukupan sudah memiliki kesadaran yang tinggi untuk berzakat secara rutin. Tinggal kita para pengelola zakat bisa meyakinkan mereka. Dan zakat yang tepat pemanfaatannya adalah yang dikelola untuk membangun umat yang produktif, bukan sekadar membantu menghilangkan rasa lapar sesaat,” kata dia.
Pelatihan dipandu mentor Fuad Mulyanto dari Rumah Zakat Indonesia. Berbagai aspek dibahas secara detail dari sudut manajemen yang rapi dan akuntabel, identifikasi masalah yang muncul dalam tata kelola zakat, hingga hukum-hukum syara’ dalam zakat.
“Dibentuknya laziz bertujuan untuk mengajak dan menghimbau karyawan untuk dapat melaksanakan kewajiban 2,5 persen yaitu zakat. Zakat ini harus bermanfaat dan dapat membantu masyarakat sekitar. Yang tidak dapat dibantu rutin oleh perusahaan, maka dapat dibantu dengan Laziz,” kata dia.
Menurut Achmad Sudarto, PTPN VII memiliki potensi besar dengan jumlah karyawan tetap yang lebih dari 4.000 orang. Jika zakat dikelola dengan professional dan transparan, kata Darto, sapaan akrab Dirkom ini, maka bukan hanya dapat membantu lingkungan sekitar juga akan dapat dapat membantu para pensiunan yang membutuhkan modal usaha, misalnya.
Darto membuat ilustrasi dengan menghitung 4.000 karyawan beritikad menzakatkan Rp10 ribu setiap bulan, akan terkumpul Rp40 juta. Dalam satu tahun, kata dia, sudah terkumpul Rp450 juta. “Tahun ketiga sudah bisa bangun masjid megahm” kata dia.
Ia juga menekankan agar pengurus laziz bisa memotivasi karyawan melalui sosialisasi yang efektif, keterbukaan informasi, seperti berapa uang yang terlumpul dan jumlah penyaurannya kemana saja, para penyumbang perlu tau. Jika perlu dibuatkan papan pengumuman tentang hal ini, sehingga rasa ingin berinfak terus tertantang.
“Kepada teman-teman pengurus Laziz, kalian beruntung dapat beramal menggerakan roda lembaga ini, dimana kita ketahui lembaga ini non profit. Pelatihan yang akan dilaksanakan selama dua hari harus dimanfatkan sungguh-sungguh, sehingga Laziz PTPN VII dapat bergerak cepat,” kata dia.
Mantan Direktur Keuangan PT Bukit Asam itu juga menghela para pengurus Laziz agar segera bergerak. Di setiap Unit, kata dia, harus segera dibentuk dan menjalankan program. “Kalau perlu, Laziz bisa mengedarkan surat imbauan dengan persetujuan untuk bisa memotong gaji karyawan untuk zakat. Kalau itu berjalan, akan sangat efektif,” kata dia.
(Tim Sosialisasi Laziz PTPN VII)