Bibit Padi Siap Tanam Untuk 25 Hektar di Mesuji Menguning dan Mati

Warga melihat bibit padi

MESUJI– Warga Desa Sidang Muara Jaya, Rawajitu Utara (Rju) Kabupaten Mesuji dikejutkan dengan bibit padi yang sudah disemai di lahan seluas 7 hektar yang akan ditanam di lahan persawahan seluas 25 hektar menguning dan mati.
Diduga semaian bibit padi yang siap tanam tersebut sengaja disemprot oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Kepala Desa Sidang Muara Jaya, Benuang Alitopa mengatakan aksi penyemprotan dilakukan pelaku pada malam hari dan untuk saat ini pihaknya sudah mengantongi beberapa nama yang dicurigai dan tinggal mengumpulkan bukti-bukti yang lainnya.
Menurutnya, perbuatan para pelaku sudah keterlaluan karena bibit padi yang sudah disemai tersebut tidak bersalah, dan petani yang akan menanam mengalami kerugian yang tidak sedikit.
“Semaian bibit padi seluas 7 hektar itu akan ditanam oleh para petani binaan desa dan Bumdes Primajaya di lahan desa seluas 20,5 hektar, akibat disemprot dan bibit menjadi mati sehingga petani tidak sanggup lagi membeli bibit padi karena yang disemai itu juga bibit bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Mesuji,” kata Benuang, Senin (14/01).
Benuang menambahkan jika bibit itu nekat ditanamkan ditakutkan tidak akan tumbuh normal bahkan tidak bisa berbuah untuk itu kata dia, para petani yang menggarap lahan seluas 20,5 hektar tersebut merasa geram dan marah dengan oknum yang sudah merusak bibit padi mereka.
“Saya kaget saat melihat ke lokasi  yang terletak di RK 05, RT 14, Desa Sidang Muara Jaya, pertanyaannya apakah perbuatan ini kriminal, tidak menyenangkan,merusak hak orang lain, sehingga menimbulkan kerugian hak orang lain. Dan petani merasa terpukul dengan kejadian ini, pasalnya bibit padi itu sudah waktunya untuk ditanam,” imbuhnya.
Benuang menceritakan sebelumnya sawah seluas 20,5 hektar itu disewa oleh tiga orang selama 2 tahun berturut-turut. Karena tidak ada kontribusi atau tidak membayar sewa maka tanah itu diambil dan dikelola  oleh Bumdes dan akan ditanami oleh petani binaan desa dan Bumdes. Sejak awal dibuka oleh petani Binaan Bumdes memang selalu ada masalah seperti jembatan menuju lokasi lahan dirusak dan ban traktor yang ditinggal di lokasi juga hilang dan yang terakhir bibit padi yang sudah disemai dan siap ditanam disemprot.
“Yang jelas para petani marah dan jika tidak saya kendalikan mereka pasti sudah anarkis karena para pelaku sudah merugikan mereka, untung mereka masih mendengar nasehat saya karena kita harus mengumpulkan bukti-bukti yang lebih kuat lagi, yang kita curigai itu ada 3 orang,” tutupnya (Di)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *