Foto ist |
LAMPUNG SELATAN- Dua minggu bencana di desa-desa sekitar pantai di Kabupaten Lampung Selatan telah berlalu.
Suasana porak poranda sekitar pantai masih menjadi pemandangan sepanjang perjalanan menyusur pantai di wilayah desa-desa terkena dampak bencana.
Demikian juga, dengan posko-posko dan tempat-tempat penampungan korban bencana masih mudah dikenali dengan tanda-tanda yang dibuat oleh masyarakat setempat. Terkait dengan posko dan tempat penampungan. Kini kesibukannya tidak terlalu riuh lagi, sama halnya dengan korban yang berada di tempat penampungan sebagian atau bahkan semua korban telah meninggalkan tempat penampungan dan tinggal di rumah keluarga-keluarga mereka yang letaknya tidak jauh dari lokasi atau tempat tinggal korban.
Namun, tidak dapat dapat dipungkiri bahwa penangganan korban atau penanganan pasca bencana tetap harus dilakukan. Hal ini dikarenakan waktu 2 (dua) minggu masih dalam kurun kegiatan tanggap darurat, mencakup kajian cepat bencana, status keadaan darurat, penyelamatan dan evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, dan pemulihan.
Selain proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula dengan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar, seperti listrik dan layanan pengobatan, kesehatan ditunjukkan dengan pemandangan mobil PLN yang sedang memperbaiki jaringan listrik dan adanya mobil rumah sakit keliling, mobil ambulance, bantuan darurat (relief) berupa pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, dan tempat tinggal sementara mendesak untuk dipenuhi.
Berdasar data yang didapat Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR dari relawan bencana, saat ini, dibutuhkan bantuan berupa kebutuhan anak sekolah di antaranya buku tulis, alat tulis, tas sekolah, seragam sekolah, dan sepatu – mengingat tanggal 7 Januari 2019 merupakan hari pertama masuk sekolah.
DAMAR bersama lembaga anggota Forum Belajar Capacity Building Sumatera pada, Sabtu 5 Januari 2019 berkunjung ke Desa Rajabasa dan Way Muli untuk memberi bantuan buku, alat tulis, dan seragam sekolah untuk anak SD/MI dan SMP/MTs.
Meskipun DAMAR telah berbuat namun apa yang dilakukan DAMAR jauh dari kebutuhan dikarenakan tidak mencakup semua desa yang terkena bencana dan tidak semua bentuk bantuan dapat terpenuhi, misal seragam sekolah anak SMA/MAN dan juga sepatu.
Bentuk bantuan yang belum terpenuhi dan pengalaman DAMAR diharapkan dapat dipenuhi oleh individu atau organisasi lain untuk dilanjutkan.
Tidak dapat dipungkiri kelompok-kelompok berbasis masyarakat (LSM, Organisasi Sosial, Organisasi Keagamaan) memainkan peran penting dalam penanggulangan bencana dan menanggapi keadaan darurat dengan cepat, efisien dan adil. Pemerintah di mana masyarakat tidak terlibat cenderung tidak menjangkau mereka yang paling parah terkena bencana, dan bahkan dapat membuat mereka lebih rentan.
Hanya saja yang belum terbangun dengan baik yakni sistem koordinasi relawan. Meskipun, individu, keluarga, tetangga di masyarakat dianggap sebagai salah satu penanggap pertama dalam pengurangan risiko bencana, penanggap keadaan darurat bencana, terlepas dari non-pemerintah dan pemerintah.
Kedepan, pemerintah bersama dengan masyarakat dan atau kelompok-kelompok berbasis masyarakat harus menyiapkan dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pencegahan bencana dan pengurangan risiko dan kegiatan-kegiatan terkait kesejahteraan. Fokus untuk wilayah-wilayah rentan bencana alam, non alam, dan sosial. Kegiatan ini digabungkan dan dilakukan bersama-sama.
Di antaranya, pendidikan kebencanaan, pendidikan pengurangan risiko bencana (Disaster Risk Reduction), pendidikan tanggap darurat bencana (Disaster Mitigation), pendidikan ketahanan individu dan komunitas (Disaster Resilience) dan pendidikan untuk mendukung orang-orang dengan kebutuhan khusus selama bencana, dan aktivitas pemberdayaan masyarakat (Community Driven Activity).
Sumber Direktur Ekskutif LAP DAMAR, Sely Fitriani Minggu 6 Januari 2019.