DAMAR Sebut Tingkat Kehamilan Remaja Tinggi

Foto ist

Lampung – Walaupun telah banyak upaya yang dilakukan, dengan hasil capaian yang cukup signifikan, namun data yang ada masih menunjukkan tingginya presentase (1,97%) tingkat kehamilan remaja di bawah umur 20 tahun pada 2013.

Prevalensi ini didukung oleh  tingginya angka perkawinan anak, yang pada akhirnya berdampak pada tingginya angka kematian ibu dan anak dan persalinan di pusat kesehatan masyarakat hanya dilakukan oleh 70,4% ibu melahirkan, dengan disparitas yang tinggi antar daerah.

“Rendahnya cakupan layanan ini juga berkontribusi pada tingginya angka kematian ibu dan anak,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR, Sely Fitriani, SH sebagai salah satu narasumber pada kegiatan Pertemuan Penyusunan dan Perencanaan Anggaran BOK dan Jampersal Propinsi Lampung tahun 2018 yang diselengarakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Lampung di Hotel Novotel yang diikuti Dinas Kesehatan kabupaten/kota se-Lampung, melalui siaran pers, Jumat (14/12).

Selanjutnya, Sely menyampaikan  Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR bekerja pada area tematik kesehatan perempuan pada program yang memiliki tujuan untuk menguatkan kepemimpinan perempuan untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi perempuan.

Program yang dijalankan berkontribusi terhadap sasaran dan target Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, dengan sub-agenda pembangunan kesehatan dan pelaksanaan program Indonesia sehat, seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019.

Hal Ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goal (SDGs), yaitu; Tujuan 3: memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua usia dan Tujuan 5: mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan.

Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR memberikan rekomendasi kepada Dinas Kesehatan Propinsi Lampung untuk melakukan rekruitmen dan peningkatan kapsitas tenaga kesehatan serta puskesmas untuk meningkatkan kapasitas kader kesehatan yang ada tentang gizi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *