Berita Pelecehan, Ignatius Haryanto: Jangan Tonjolkan Korban

Ignatius Haryanto(pegang mik) saat berikan materi

Bandarlampung-
Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan
Perempuan Provinsi Lampung menggelar ‘Pelatihan Gender dan Anti Kekerasan
Terhadap Perempuan Dalam Perspektif Media’, Minggu dan Senin (25-26/12/2016).

Peserta yang
ikut andil di pelatihan ini didominasi wartawan Lampung, untuk tujuan kegiatan
ini, agar media bisa melihat dengan cara pandang perspektif Gender dan Anti
Kekerasan.
Mantan
wartawan Tempo.co Ignatius Haryanto mengatakan, kadang media melihat kasus
pelecehan seperti di mobil Bus Way Jakarta, saat meliput kasus itu, banyak yang
dimunculkan si wanita(korban).
Yang menjadi pertanyaan, yang salah korban(perempuan) atau
si-pria(pelaku)? Maka kata dia, wartawan harus sensitif melihat kasus ini.

Baca: Berita Kekerasan Pada Perempuan dan Hoax Paling Banyak Dicaril 
 
DAMAR: Media Jangan Menulis Detail Kronologis dan Identitas Korban
Seperti pada
kasus lain, sama halnya saat ada razia Polisi Pamong Praja(Pol PP) yang merazia
tempat hiburan atau warung remang-remang, yang menjadi pertanyaan adalah,
mengapa yang lebih banyak dimunculkan di gambar atau pemberitaan bukan
si-pria?.
Di pelatihan
ini juga, Ignatius memberikan contoh pemberitaan di salah satu media online
nasional tentang ‘Dugaan Perselingkuhan Berbuntut Pemecatan Ketua Pengadilan
Agama Provinsi Padang’.
Di
pemberitaan yang dibacakan secara bergantian itu oleh peserta pelatihan,
tergambar jelas, kasus yang baru-baru ini sempat menjadi isu nasional ini, yang
menjadi objek adalah wanita. Padahal dalam kasus ini, oknum Ketua Pengadilan
Agama yang diberhentikan ini ditangkap oleh Sat Polpp saat operasi penyakit
masyarakat di salah satu hotel.
“Mengapa
tidak si-pria yang dimunculkan,” ucapnya.
Kemudian
soal kasus prostitusi online, persoalannya adalah, prostitusi itu ada karena
ada konsumennya, ia mencontohkan, pernah di Jakarta ada kejadian, seorang PSK
yang dibunuh oleh pelanggannya, banyak media yang fokus pada wanitanya saja.
“Mari
kita adil jangan liat dari korban, namun dari sisi lainnya,”.
“Bagaimana
kita angkat persoalan itu,” ungkapnya.
Di Lampung
sendiri pernah terjadi prostitusi online yang menyeret nama artis ibukota,
dengan tarif tinggi, untuk kasus ini, kata dia, bisa dilihat berita ini untuk
kepentingan publik atau untuk ‘kepo’ publik? Masyarakat kata dia, pasti tahu
siapa yang menjadi kliennya.
“Artinya
jika ingin mendapat berita lebih, ungkap sisi si-kliennya,” urainya.
Ia
menjabarkan, dari sisi lain, bisa diurai, siapa kliennya? Profesi apa kliennya?
Apakah oknum pejabat?.
“Diurai
dari mana uang mereka untuk menjadi klien si artis itu,” ucapnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *