GUNUNG SUGIH — Sejak dibuka sekitar tiga bulan lalu, pendaftaran baru pelanggan Perusahaan Air Minum (PAM) milik pemerintah Kabupaten Lampung Tengah (Lamteng) sepi peminat.
Menurut keterangan kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) PAM Suharsono, sampai saat ini baru tercatat sekitar 5 orang saja, padahal pihaknya telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat yang ingin menjadi pelanggan baru yaitu hanya cukup membayar biaya teknis penyambungan sebesar Rp 200 ribu dari total biaya Rp 770 ribu.
Sepinya calon pelanggan yang mendaftar diperkirakan Suharsono, banyaknya masyarakat yang telah memilih sumur bor, seperti warga yang tinggal berdekatan dengan kantor UPTD PAM lebih memilih sumber air dari sumur bor.
“Kemungkinan masyarakat sudah banyak memilih sumur bor sendiri, contohnya di samping kantor UPTD PAM sendiri sudah ada dua titik sumur bor bantuan dari pemerintah, kemungkinan kalau seluruh Kecamatan Gunung Sugih sudah puluhan sumur bor bantuan dari Pemda (pemerintah daerah), belum lagi dari masyarakat sendiri,” jelas Suharsono melalui pesan WhatsAppnya, Kamis (22/11).
Untuk mengatasi sepinya peminat calon pelanggan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi.
“Untuk mengatasi sepinya pendaftaran calon pelangan, kami dari UPTD PAM pelan-pelan akan tetus mengadakan sosialidasi sambil perbaikan dan mencari kebocoran jaringan pipa distribusinya,” jelasnya.
Untuk memastikan PAM milik pemerintah Kabupaten Lampung Tengah terus berlanjut, Suharsono menuturkan, mereka akan meyakinkan masyarakat bahwa pengoperasian layanan air bersih tidak akan terhenti seperti tahun 2012 lalu yang sempat tutup atau secara total tiada aktivitas lagi, sehinggaanyak pelanggan berpindah atau mencari alternatif sumber air bersih lainnya.
“Kami akan menyakinkan kepada pelanggan bahwa kami (PAM) tidak akan tutup lagi seperti PDAM waktu dulu, karena PAM sekarang ini di dukung pemerintah daerah, jadi tentunya lebih sehat,” tuturnya seperti dilansir journalnusantara.com.
Dalam upaya memaksimalkan layanan PAM, mereka akan merencanakan ulang pipa jaringan distribusi yang sebagian besar akan dibangun jaringan pipa baru.
“Kami coba kembali perencanaan pipa jaringan distribusi yang nantinya dari hasil perencanan itu sebagai dasar untuk pembangunan jaringan baru karena kondisi jaringan yang sudah tertanam kini berada pada badan jalan negara,” ungkapnya.
Dilakukan perencanaan pembangunan jaringan pipa baru, pihaknya mempunyai perhitungan teknis. “Jika harus menggunakan jaringan pipa yang lama tentu akan mengalami kendala karena kondisi yang tidak lagi baik karena usia juga posisi pipa dulunya tertanam di pinggir, kini badan jalan sudah banyak yang diperlebar maka posisi pipa berada di tengah bawah badan jalan, dan akan menelan biaya besar jika harus membongkarnya kembali,” papar Suharsono.
“Sangat berat bagi kami dengan kondisi seperti itu, apabila paksakan untuk menggunakan jaringan lama, kami tidak memiliki peta yang otentik dan resiko kehilangan air yang cukup tinggi karena kebocoran pipa lama,” imbuhnya.