Foto ist |
Bandarlampung- Kebun dan pabrik teh milik PTPN VII di Unit Pagar Alam, Sumatera Selatan memulai babak baru dalam pengelolaan dan pemasaran produknya. Menggandeng PT Kapebe Chakra, PTPN VII yakin komoditas eksklusif ini akan memberi andil signifikan mencetak keuntungan.
Nota kerja sama PTPN VII dan PT Kapebe Chakra ditanda tangani, Jumat (30/11/18) di Kantor PTPN III Holding, Jakarta. Hadir pada acara itu, Direktur Utama PTPN Grup (holding) Dolly P. Pulungan, Direktur Utama PTPN VII M. Hanugroho, Direktur Utama PT Kapebe Chakra Rachmat Badrudin dan para pejabat utama tiga korporasi ini.
Dalam sambutan pengantarnya, Dolly P. Pulungan yang sempat menjadi Dirut PTPN VII pada 2017 memberi apresiasi terlaksananya kerja sama operasional (KSO) ini. Saat memimpin PTPN VII, kata dia, dirinya memberi catatan khusus kepada Unit Kebun dan Pabrik Teh Pagaralam karena tidak pernah mencatatkan keuntungan bagi perusahaan.
“KSO ini adalah opsi terbaik setelah berbagai opsi dijalankan tetapi tak kunjung membaik. Dan alhamdulillah, meskipun prosesnya lama, hari ini terwujud juga. Saya yakin, kedua belah pihak dengan masing-masing potensinya bisa melejitkan komoditas teh Gunung Dempo ini dalam waktu dekat,” kata dia.
Senada, Dirut PTPN VII M. Hanugroho optimistis KSO dengan Chakra ini sangat menguntungkan bagi PTPN VII. Perjalanan usaha teh di Unit Pagaralam, kata dia, telah berjalan amat panjang, bahkan sejak zaman penjajah. Namun, pengalaman panjang itu belum memberi kontribusi berarti bagi perusahaan. Jika demikian, tambah dia, dipastikan ada simpul yang tidak pas dalam pengelolaan.
“Oleh karena itu, kesediaan PT Kapebe Chakra sebagai perusahaan teh dengan reputasi baik secara nasional, bahkan internasional akan menjadi kerjasama yang sangat penting dengan tujuan turn around bagi teh Gunung Dempo,” kata dia.
Oho, sapaan akrab Muhammad Hanugroho, menambahkan, secara kualitas, produk yang dihasilkan kebun dan pabrik teh Gunung Dempo sangat baik. Teh hitam yang diolah dengan teknologi standar ini, kata dia, mendapat respons sangat baik di pasar dunia. Namun, ada beberapa faktor sehingga harga jual sebaran pemasarannya masih menjadi kendala.
“Kami punya produk dan state yang sangat baik, tetapi tidak memiliki sebaran pemasaran yang baik sehingga harga jual rendah. Nah, PT Chakra ini punya yang kita butuhkan. Mereka punya jaringan pemasaran yang luas dengan bargain yang sangat baik. Juga punya strategi dan teknologi yang mapan untuk menghasilkan produk yang diminati pasar mancanegara. Kita padukan potensi ini, saya yakin kita segera leading,” kata dia.
Tentang kerja sama atau KSO, kata Oho, pola ini adalah ciri korporasi modern yang harus diterapkan. Kerjasama adalah upaya menyeluruh untuk memperbaiki kinerja perusahaan agar lebih akuntabel. Sebab, kata dia, dengan kerja sama itulah para pihak akan saling melengkapi, mengawasi, mengoreksi, dan menutup segala macam kekurangan yang bisa berdampak negatif.
“Ciri-ciri perusahaan besar dan visioner adalah melakukan kerja sama. Tanpa itu, kita akan menjadi merasa besar, merasa kuat sendiri, padahal sesungguhnya rapuh. Dengan kerja sama, kita bisa saling mengisi untuk menguatkan,” kata dia.
Sementara, Dirut PT Kapebe Chakra Rachmat Badrudin menyatakan terima kasih atas kepercayaan PTPN VII untuk ikut mengelola dalam aspek teknis maupun pemasaran. Dia mengaku sejak awal masuk ke state plantation di Lereng Gunung Dempo Pagaralam setahun yang lalu, ia bersama tim besar sampai menginap beberapa hari di lokasi.
“Itu karena sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Saya bawa tim lengkap. Ada direktur operasional, ada pakar teh, dan tenage teknis lainnya, waktu itu. Kalau tidak prospektif, kami tak akan lama-lama di sana. Dan alhamdulillah, kita ketemu di tempat ini untuk menentukan kepastian langkah,” kata dia.
Rachmat mengakui, ada beberapa standar operasional pengelolaan teh Pagaralam, baik on farm maupun off farm yang harus dibenahi agar mendapat respons pasar dengan harga menguntungkan. Namun, ia mengaku tidak membutuhkan perubahan mendasar untuk memenuhi standar itu.
Dalam kerja sama yang ditanda tangani, dua belah pihak sepakat untuk memperbaiki operasional dari hulu sampai hilir. Pihak PTPN VII akan memberi ruang secukupnya untuk mengintervensi proses pengelolaan kebun dari perawatan, pemupukan, perbaikan infrastruktur, pemetikan, hingga bahan baku sampai di pabrik. Demikian pula di pabrik, PT Chakra akan menyentuh dan mengawasi untuk memastikan produk yang dihasilkan sesuai standar yang ditetapkan.
“Produk teh ini sangat spesifik. Sebab, ini menyangkut cita rasa yang setiap orang mempunyai kepekaan dan kecenderungan sendiri. Orang Eropa punya kecenderungan selera teh yang berbeda dengan orang Timur Tengah, misalnya. Makanya, kita butuh sentuhan spesifik agar diterima pasar. Dan itu butuh keahlian dari awal sampai akhir,” kata dia.
HUMAS PTPN VII