Lampung Literature Gelar Workshop Videopuisi: Merawat Sastra di Era Digital

Bandar Lampung — Sebagai upaya memperluas diseminasi karya sastra di tengah derasnya arus digital, Lampung Literature akan menggelar Workshop Videopuisi (Videopoetry) pada 23–25 Oktober 2025 di Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Penguatan Komunitas Sastra Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia tahun anggaran 2025 yang bertujuan untuk memperkenalkan cara baru dalam mengapresiasi dan menciptakan karya sastra melalui media digital.

Mengusung semangat alih wahana sastra, workshop ini menghadirkan pendekatan kreatif untuk mentransformasikan puisi menjadi karya videopuisi—sebuah bentuk sastra modern yang menggabungkan unsur teks, visual, dan audio dalam satu kesatuan puitik di layar digital.

Workshop Videopuisi akan berlangsung selama tiga hari dan menghadirkan tiga narasumber berpengalaman, yaitu Ari Pahala Hutabarat (penyair dan sutradara teater), Iswadi Pratama (penyair dan sutradara teater), serta Iin Muthmainnah (aktor dan sineas Lampung).

Dalam workshop tersebut, peserta akan mendapatkan pembekalan teori tentang interpretasi puisi, teknik komposisi audio dan visual, serta praktik langsung pembuatan videopuisi. Menurut Iskandar, Penanggung Jawab kegiatan dan ketua Lampung Literature, workshop ini merupakan rangkaian terakhir dari program Penguatan Komunitas Sastra yang ditaja Kemenkebud RI.

“Sebelumnya sudah kami gelar diskusi buku sastra di dua kota, Bandar Lampung dan Metro. Lalu di sesi terakhir ini, kegiatan berfokus pada pengenalan alih wahana sastra,” ujarnya.

“Melalui videopuisi, kami ingin memperkenalkan cara baru membaca dan menulis puisi—dengan melibatkan imajinasi visual dan teknologi digital sebagai bagian dari bahasa sastra itu sendiri,” ujarnya.

Sementara itu, Ari Pahala Hutabarat, salah satu narasumber, menilai videopuisi sebagai bentuk seni yang membuka kemungkinan baru dalam menafsirkan puisi dan memandang realitas.

“Videopuisi memberi dimensi lain bagi puisi. Ia bukan sekadar adaptasi, tapi intensifikasi sekaligus ekstensifikasi makna—ketika gambar, musik, dan teks saling menafsir dan bersilaturahmi. Ini cara baru bagi generasi muda untuk berdialog dengan puisi,” jelasnya.

Sementara itu, Iin Muthmainnah memandang videopuisi sebagai ruang temu yang menarik antara bahasa film dan bahasa puisi.

“Videopuisi bukan sekadar mengadaptasi puisi ke dalam gambar bergerak, tapi mengolah bahasa sinema agar bisa berbicara secara lebih puitik. Film biasanya bercerita lewat narasi dan peristiwa, sementara puisi bekerja lewat suasana, ritme, dan imaji. Ketika keduanya bertemu, lahir bentuk baru yang sangat personal dan eksperimental. Dengan begitu, penonton bukan hanya membaca atau menonton, tapi juga mengalami puisi itu dengan cara yang lebih reflektif,” jelas Iin.

Dari pihak Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, S. Metron menyampaikan bahwa program Penguatan Komunitas Sastra merupakan salah satu langkah nyata pemerintah dalam menjembatani karya sastra dengan publik/ pembacanya.

“Selama ini, diseminasi karya sastra belum sepenuhnya optimal. Melalui program ini, kami ingin menjembatani karya sastra dengan publik. Komunitas seperti Lampung Literature berperan penting sebagai ujung tombak, dengan cara mendiskusikan, mengalihwahanakan, dan menyebarluaskan karya sastra agar tetap hidup dan relevan,” terangnya.

Workshop ini diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang—penyair muda, pelajar, sineas, dan komunitas literasi—yang memiliki ketertarikan pada dunia puisi dan media baru. Setelah sesi workshop berakhir, peserta diberi waktu satu minggu untuk menciptakan karya videopuisi orisinal dan akan dipublikasikan di media digital atau aku media sosial Lampung Literature.(yaya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *