Bandar Lampung – Kepedulian Polresta Bandar Lampung pada lingkungan patut diapresiasi. Terbukti dengan kegiatan Jumat Bersedekah Polresta Bandar Lampung telah banyak memberikan manfaat yang besar, baik sisi sosial dan pendidikan dan lainnya.
Usai membantu mengevakuasi dan memberikan bantuan pada korban banjir warga Bandar Lampung, teranyar dengan program Jumat Bersedekah Kapolresta Bandar Lampung Kombes Pol Abdul Waras, S.I.K, mengunjungi salah satu siswa SMP Yadika Natar, Lampung Selatan yang diusir dari sekolah karena menunggak membayar SPP.
“Saya pribadi meliat di media sosial, adik kita Rizky yang dikeluarkan dari sekolah, karena ada kewajiban yang belum dibayarkan,” kata dia, Rabu (13/3).
Perwira Polisi dengan tiga melati di pundak ini mengatakan, pihaknya tersentuh ihwal kabar tersebut, terlebih Rizky anak yatim dengan empat saudara yang masih kecil, sedangkan Rizky anak tertua.
“Kita kunjungin, kita berikan bantuan, ibunya kerja pembantu rumah tangga, harapannya Rizky bisa mengikuti pelajaran kembali, belajar dengan baik meraih cita-cita apa yang dia inginkan. Insya Allah nantinya kita akan berikan suport (dukungan),” ucapnya.
Sebelumnya Kapolresta Bandar Lampung Kombes Pol Abdul Waras, S.I.K, sempat mengunjungi kediaman Rizky di Desa Merak Batin, Natar, Lampung Selatan dan mengajak Risky untuk jalan jalan namun ditolak risky karena dia mabok jika naik mobil.
Kedatangan Kapolresta Bandar Lampung Kombes Pol Abdul Waras, S.I.K ke kediaman Risky agak pribadi dan anggota polsek Natar-pun dilarang mendekat, namun dari informasi yang diterima bahwa kedatangan Kapolresta Bandar lampung tersebut memberikan bantuan Sembako dan uang Rp 3,1 juta untuk melunasi SPP, dan ingin mengajak Rizky jalan-jalan namun karena ditolak sebagai gantinya Rizky akan dibelikan peralatan sekolah sepatu dan tas.
Kedatangan Kapolresta Bandarlampung ke rumah kediaman Rizky sesaat setelah jajaran Polsek natar menyerahkan bansos untuk keluarga Rizky.
sejumlah warga sekitar kediaman Rizky mengaku senang karena banyak pihak yang datang membantu keluarga Rizky dan berharap kedepannya peristiwa seperti ini tidak terjadi dan terulang lagi pengusiran siswa tersebut berada dekat dengan lingkungan sekolah yang mengusirnya.
Diketahui, seorang siswa SMP Yadika Natar, Lampung Selatan tidak bisa mengikuti ujian. Pun harus menanggung malu di depan teman sebaya di kelas lantaran diusir oleh guru SMP Yadika karena belum membayar uang SPP.
Mirisnya lagi, siswa berinisial, MRS seorang yatim dengan lima bersaudara, ia anak tertua, adiknya bungsu yang masih berusia dua tahun, ia tinggal bersama ibunya yang menumpang di rumah salah satu keluarganya. Untuk menopang kehidupan sehari-hari, sang ibu, Rina menjadi buruh mencuci dan menggosok di rumah tetangga.
“Ada dua orang yang enggak boleh ngambil nomor ujian. Saya sama teman disuruh mom (guru SMP Yadika) pulang,” kata MRS, Rabu (6/3).
Awalnya anak-anak yang belum membayar SPP dan baju seragam dipanggil satu per satu di depan kelas disaksikan oleh teman-temannya. Bagi murid yang belum membayar SPP dan seragam sekolah disuruh pulang pihak sekolah. Mereka tidak ikut proses belajar mengajar.
MRS mengaku sedih dan malu karena di hadapan teman-temannya ia disuruh pulang karena belum membayar uang sekolah. Sesampai di rumah dengan membawa rasa malu yang amat sangat, ia menceritakan kejadian yang menimpanya di sekolah kepada orang tuanya.
“Dua orang disuruh pulang. Kami pun langsung pulang tanpa mengambil nomor ujian,” ucapnya.
Sementara itu, wali murid MRS, Rina merasa kecewa dengan pihak yayasan dan sikap guru yang terkesan arogan. Menurutnya, apa salahnya pihak sekolah mencarikan solusi terlebih dahulu bersama wali murid agar anak bisa ikut ujian, bukan malah sebaliknya, anak-anak disuruh pulang.
“Kami sebagai orang tua tentunya sangat menyayangkan hal ini terjadi. Kami memang orang tak punya, tapi jangan seperti inilah. Tidak ada toleransi,” katanya.
Rina mengaku, MRS saat ini duduk di kelas 1 SMP Yadika Natar, Lampung Selatan, biaya SPP perbulan di SMP Yadika Rp100 ribu, ditambah uang seragam, OSIS dan sebagainya jika ditotal dari semester satu-dua mencapai hampir Rp5 juta
“Orang tua diberitahu guru, untuk melunasi bayaran dan menemui guru untuk menyelesaikan pembayaran. Karena enggak sanggup bayar ya enggak dapat nomor ujian disuruh pulang,” ucapnya. (Ndi)