UIN Raden Intan Lampung Diminta Menjadi Percontohan Dalam Pengelolaan Keuangan

Kampus UIN Raden Intan Lampung. foto ist

Bandarlampung-
Dua periode kepemimpinan Moh. Mukri menjadi Rektor  Universitas Islam Lampung(UIN) Raden Intan Lampung
menyisakan berbagai pertanyaan dan spekulan terlebih soal pengelolaan anggaran.
Mau dibawa kemana UIN Raden Intan Lampung?. Lantas apa asumsi
warga Bandarlampung soal UIN Raden Intan Lampung?.
Jaya warga Kelurahan Waydadi Kecamatan Sukarame Bandarlampung
mengatakan, sejatinya UIN Raden Intan Lampung perguruan tinggi yang berbasis
agama Islam dan harusnya menjadi contoh yang baik bagi perguruan tinggi lain
terlebih dalam pengelolaan anggaran warga kampus.
“Saya heran, kok
UIN Raden Intan ‘santer’ dugaan Punglinya,” ucapnya, Jumat(26/05/2017).
UIN
Raden Intan Lampung dalam kontek pendidikan Islam, yang lebih berkembang.
“Kalo
berbasis Islam, ya harus membuat kemasyalatan umat, dan itu dimulai dari
kampus,” ungkapnya.
Prinsip
keterbukaan, transparan, akuntabel(bisa dipertanggungjawabkan) dan partisipasi
yang melibatkan masyarakat, perubahan lebih utama bukan hanya keinginan
pimpinan(Rektor
UIN).
Artinya harus terbuka, prosesnya terbuka, bukan hasilnya saja. Konteknya
proses, perencanaaan dan hasil.
“Kami
lihat
UIN kurang
terbuka,” ucapnya
.
Menurutnya, bicara  sumbangan(Infak) pembangunan Masjid yang ada di UIN Raden Intan Lampung adalah
hal yang membawa dampak positif, namun baiknya pengelolaan keuangannya
transparan, agar tidak menjadi opini publik atau asumsi negatif yang terbangun
di kampus yang baru saja bertransformasi dari Institut Agama Islam Negeri(IAIN)
menjadi (UIN).
“Kalo
bicara universitas basisnya terbuka,” tegasnya.
Budi warga Tanjung Karang Pusat Bandarlampung mengaku,
UIN Raden Intan Lampung kurang terbuka soal pengelolaan anggaran, ia mencontohkan,
keluarga dekat dirinya alumni UIN Raden Intan Lampung, saat akan diwisuda bulan
lalu(April) dimintai sumbangan pembangunan Masjid sebesar Rp 500 ribu sebagai
syarat wisuda, namun kata Budi dana Infak tersebut diduga tak pernah transparan
pengelolaannya.
“Kalo kegunaannya(uang) jelas kami ikhlas,” ucapnya.
Ia menuturkan, jika pengelolaan dana Infak Masjid
tertutup pastinya akan menimbulkan kecurigaan, dikarenakan uang adalah hal yang
rentan menjadi konflik dan menjadi beban pikiran.
“Harusnya UIN Raden Intan Lampung perguruan tinggi Islam
yang menjadi contoh bagi yang lain,” sergahnya.
Disinggung soal Rektor Moh. Mukri yang beberapa waktu
lalu diadukan mahasiswanya sendiri ke Kejati Lampung karena dugaan Pungli
pembangunan Masjid?
“Kami dukung mahasiswa selagi punya bukti kongkrit,”
ungkapnya.   
Ia mengaku cukup prihatin akan polemik yang terjadi di
UIN Lampung, terlebih polemik pengelolaan keuangan yang tak berkesudahan,
dugaan Rektorat yang tertutup akan keuangan warga kampusnya.
Disinggung apa yang ada di benak Budi pertama kali jika mendengar
kalimat ‘UIN Raden Intan Lampung’?”.
“Banyak Pungli,” kata dia.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *