Catatan: *ANDI SURYA*
Akademisi UMITRA INDONESIA
Mantan Karyawan HU. Lampung Post
Aku sungguh bersedih tatkala mendengar kabar, Bambang Eka Wijaya, keren disebut Pak BEW, meninggalkan kita semua setelah sakit dalam setahun terakhir ini. Terakhir berliau dirawat di dua rumahsakit Bandar Lampung, Bhayangkara dan RSUAM.
Siapa yang tidak kenal Pak BEW. Masyarakat Lampung yang memiliki tingkat literasi yang baik, pasti mengenal beliau. Pak BEW seorang jurnalis karier, bermula dari basis pers di Medan, Sumatera Utara, beliau pindah ke Lampung memimpin Harian Umum Lampung Post dalam group usaha media PT. Surya Persindo. Jika tidak keliru, seingat saya pada medio 1992 akhir beliau hijrah ke Lampung. PT. Surya Persindo (PT. SP) merupakan perusahaan milik Surya Paloh.
*Kenal Pak BEW*
Bagaimana aku mengenal Pak BEW? Di ujung 1988, aku masuk dalam manajemen usaha PT. SP, di Banda Aceh, bukan sebagai wartawan, tapi sebagai seorang staf, mengurusi sirkulasi koran group PT. SP di wilayah Aceh, yaitu Harian Media Indonesia, SK. Atjeh Post, SK. Peristiwa dan Harian Mimbar Umum Medan.
Hampir dua tahun mengurusi sirkulasi koran group, lalu pada 1990 melalui penugasan PT. SP aku pindah ke Harian Lampung Post. Di group usaha media PT. SP, di situlah aku mengenal lebih dalam Bambang Eka Wijaya, Pak BEW, ketika beliau ditunjuk menjadi Pemimpin Umum Harian Lampung Post, seingatku pada 1992 akhir. Dalam perkenalan itu, aku tidak melihat beliau sebagai seorang wartawan senior, tapi lebih sebagai atasan tertinggi, seorang pemimpin koran besar, di Provinsi Lampung saat itu.
Sebelumnya, saat aku sering bolak balik Banda Aceh – Medan mengurusi kepentingan cetak Koran Atjeh Post dan SK. Peristiwa di percetakan Harian Mimbar Umum Medan. Sesekali aku pernah menyaksikan sosok Pak BEW ada di lingkungan Harian Mimbar Umum Medan. Barangkali sebagai konsultan, khsususnya di wilayah Sumatera Utara dan Aceh yang ditugaskan PT. SP.
Periode selanjutnya, saat aku tahu Pak BEW ada di Lampung, aku lapor pada beliau bahwa aku ada di jajaran sirkulasi. Aku tunduk dan meminta nasehatnya sebagai Pemimpin Umum, meski pun secara struktural bertanggungjawab pada Pemimpin Perusahaan.
*Perantau*
Di sela-sela tugasnya, Pak BEW terkadang memantau proses cetak koran. Dalam kesempatan tertentu aku memetik ilmu darinya. Berdiskusi dalam hal bagaimana meningkatkan minat baca melalui promosi, sirkulasi dan distribusi koran. Pak BEW membeber cara-cara marketing sirkulasi, karena beliau, saat di Medan dengan profesi wartawan muda, juga ditugasi pimpinannya untuk mendistribusi koran di wilayah kerjanya.
Dalam persentuhan itu, dengan posisi kami sama-sama sebagai perantau di tanah Lampung, aku kelahiran Banda Aceh dan Pak BEW berasal dari Sumatera Utara kelahiran Simalungun. Meski strata posisi berbeda, beliau sebagai Pemimpin Umum dan aku bertugas di sektor sirkulasi koran. Kami berteman antara senior dan junior, atasan dan bawahan dalam struktur kerja.
Dalam sedikit kesamaan itu, bukan hanya sebagai perantau, namun juga sama-sama berasal dari ujung utara Pulau Sumatera. Aku berusaha belajar darinya, bagaimana bersikap rendah hati. Pak BEW meski memiliki posisi jabatan cukup tinggi dalam sebuah manajemen koran, Pemimpin Umum, kusaksikan, tak ada kesombongan didirinya, memperlakukan bawahan sebagai sahabat, itulah Pak BEW.
Dalam beberapa kesempatan diskusi informal, di ruang kerjanya maupun di luar dinas, dalam percakapan pribadi, aku selalu berusaha membawa aksen Medan saat berbicara. Aku tahu, meski Pak BEW asli orang Jawa, namun karena lahir di Sumatera Utara, budaya dan cara berbicaranya tetap ada aksentuasi Medan atau Jawa Deli, itu lebih menguatkan hubungan secara personal, meski aku tetap hormat kepada beliau sebagai pemimpin.
*BURAS*
Aku semakin hormat kepada Pak BEW, ketika beliau sebagai Pemimpin Umum Harian Lampung Post, merancang dan menulis tajuk BURAS yang terbit setiap hari. Sebagai staf yang menangani sirkulasi Lampung Post, setiap hari, mungkin kami yang di jajaran sirkulasi pertama menerima lembaran koran cetak Lampung Post setelah usai cetak di bagian percetakan.
Aku sempatkan baca kolom BURAS karya BEW, setiap pagi hari. Kolom Buras ini sangat fenomenal karena selalu mengangkat isu-isu terkini dalam segala macam dimensi kehidupan, yang ditulis BEW dengan berbagai gaya. Isinya memberi suntikan gagasan, ide, perenungan, terkadang kritik halus, menggelitik setiap orang untuk berpikir normatif dan menyelami problema terkini yang diangkat Pak BEW dalam tajuk Buras tersebut.
*Jenuh*
Berjalan waktu, sampailah pada akhirnya, sebuah kejenuhan dalam diriku bekerja di perusahan penerbitan. Aku, sebagai pekerja muda, memiliki angan-angan besar untuk masa depan. Aku tak mau menghabiskan waktu dalam sistem kerja sebagai karyawan. Pasca aku menggali pengalaman dalam dunia kerja, aku ingin berkembang lebih lanjut dalam kemandirian.
Berbekal berpengalaman kerja pada sektor administrasi dan marketing penerbitan serta berlatar pendidikan sarjana, bagiku ini merupakan modal untuk mengembangkan diri, memupuk keberanian mengambil resiko sebelum terlambat dikejar usia.
Lantas di pertengahan 1993, di usia 28 tahun, aku mengajukan pengunduran diri dari manajemen Harian Lampung Post. Dengan mantab, aku membuat surat pengunduran diri secara resmi yang aku ajukan kepada bagian Sumber Daya Manusia. Lantas, aku fotocopy surat itu selembar, dan menghadap Pak BEW.
“Apakabar Andi Surya”, sapanya di ruang Pemimpin Umum Harian Lampost.
“Baik-baik aja, Pak Bambang” Jawabku, sembari menyodorkan fotocopy surat pengunduran diri saya.
“Surat apa ini?”, Tanyanya.
“Izin Pak, saya ingin mengundurkan diri dari Harian Lampung Post sekaligus dari PT. Surya Persindo”, ujar saya pelan dengan pasti.
Pak BEW membaca surat pengunduran diri itu, memandang wajah saya dengan serius. Dia tidak langsung bereaksi. Saya melihat ada keraguan di wajahnya ketika mendengar saya mengundurkan diri. Cukup lama beliau menatap saya, sampai akhirnya dia berkata;
“Mau kerja di mana kau…?”, ujarnya pelan dan ragu dengan aksen Jawa Deli Medan-nya.
*Mau kerja di mana kau*
Sampai saat ini, masih terngiang di kuping saya, ucapan Pak BEW, ‘mau kerja di mana kau?’. Saya menganalisa, barangkali beliau merisaukan masa depan saya sebagai sesama perantau dari ujung utara Sumatera.
Barangkali, tidak terpikirkan dalam benak beliau, bagaimana dalam pergulatan hidup masa depan. Belasan bahkan berpuluh tahun kemudian. Jatuh bangun aku membangun lembaga dan sistem pendidikan, kampus dan sekolah, serta beberapa usaha bisnis lainnya. Lalu mendekati area politik praktis lokal, menjadi Anggota DPRD Lampung dua periode (2004-2009/2009-2014), dan mendatangi area politik nasional menjadi Senator DPD RI (2014-2019). Dalam masa-masa itu, sesekali aku masih berhubungan dengannya menjaga silaturahim.
*Aku Berduka*
Kemarin, selagi tidak di Lampung, aku membaca berita di Medsos maupun group-group Whatsapp, aku tercenung, Pak BEW berpulang ke Rahmatullah, mendahului kita semua. Aku berduka.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun. Semoga Allah memberi tempat terbaik bagi orang baik seperti Bambang Eka Wijaya ini.
Ada sesal di hati, beliau berpulang saat aku tidak di Lampung. Lantas aku dengar beliau sedang sakit, ada keinginan hati ingin menjenguk, namun entah kenapa, mungkin karena kesibukan luar biasa, aku tak sempat menjenguk. Maafkan aku Pak BEW.
Selamat jalan Pak BEW, Bambang Eka Wijaya yang baik…