MUARAENIM—Setelah sekitar sepuluh tahun absen, PTPN VII mulai tanam ulang (replanting) kelapa sawit. Diawali seremoni sederhana, tanam perdana dilaksanakan di Unit Sungailengi, Rabu (7/9/22). Hadir pada agenda itu, Komisaris Utama PTPN VII Nurhidayat bersama Komisaris R. Wiwin Istanti, Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy, SEVP Business Support Okta Kurniawan dan SEVP Operation 2 Budi Susilo, juga hadir beberapa pejabat utama.
Dalam pengarahannya, Nurhidayat memberikan apresiasi kepada manajemen yang telah memulai era replanting. Ia mengatakan, dengan dimulainya pelaksanaan kegiatan tanam ulang kelapa sawit, menandakan PTPN VII mulai memasuki babak baru sebagaai perusahaan yang sehat, menyiapkan penataan usia tanaman guna mendukung proses bisnis yang berkelanjutan.
“Saya sangat apresiasi dengan aksi korporasi saat ini, yakni tanam ulang. Ini adalah tonggak sejarah bagi PTPN VII yang sudah kurang lebih sepuluh tahun absen TU (tanam ulang), yang menandai perusahaan kita sudah sehat dan terus melakukan penataan,” kata dia.
Namun demikian, Pak Nur, sapaan akrabnya, mengingatkan prasyarat berat yang harus dijalankan manajemen pada era baru ini. Ia menegaskan, dalam dunia usaha agro, terutama tanaman keras, tidak ada toleransi untuk kegagalan investasi tanaman.
“Saya ingatkan kepada semua lini, pada proses TU yang investasinya sangat besar ini, tidak ada toleransi kegagalan. Kepada mitra kerja, saya ingatkan jangan coba main-main dengan prasyarat kultur teknis. Dari penyiapan lahan, penyediaan bibit, penangkaran, umur tanam, kedalaman, hingga teknis lainnya. Pak Manajer dan Tim harus ketat, zero tolerance,” kata dia.
Alasan Nurhidayat sangat kalkulatif. Ia menghitung, investasi tanaman selain mahal, juga membutuhkan waktu panjang. Jika terjadi penyimpangan kultur, kata dia, akan berdampak sangat panjang dan nilai kerugiannya sangat tinggi.
“Tanam ulang ini kunci dari seluruh proses usaha. Jika kita salah perlakuan, dampaknya turun-temurun. TU adalah aset yang akan kita wariskan kepada generasi berikutnya. Kita menginginkan, hari ini kita lakukan seremoni tanam perdana, tiga tahun kemudian ke sini lagi, tanaman kita memasuki fase TM1 tepat waktu, dan produksi maksimal sesuai harapan,” kata dia.
Senada, Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy dalam sambutannya mengajak seluruh insan PTPN VII menatap masa depan dengan penuh optimistis. Tanam ulang yang dilakukan perdana untuk komoditas kelapa sawit ini, kata dia, adalah prospek yang selama ini dikejar oleh manajemen.
“Selama ini kita memang menggeber kinerja agar bisa menggali produksi sebanyak-banyaknya untuk keluar dari situasi sulit. Namun, di balik itu juga kita memang harus menyiapkan sumber-sumber produksi baru yang memang harus kita ciptakan. TU ini adalah jawaban untuk menjamin sustainabilitas usaha kita,” kata dia.
Menurut Ryan, sapaan akrabnya, untuk tahap awal, tanam ulang akan berlangsung di PTPN VII Unit Sungailengi seluas 1.770 hektare. Selanjutnya di Unit Betungkrawo seluas 760 hektare yang ditargetkan selesai sampai akhir 2023.
“Berikutnya secara berturut-turut kita akan TU juga (kelapa sawit) di Unit Beringin yang mengkonversi dari tanaman karet seluas 380 hektare. Izin konversinya sudah selesai dan tinggal eksekusi. Dan target kami, sampai 2026 kita punya 40 ribu hektare kelapa sawit produktif,” kata dia.
Sementara itu, SEVP Operation I Budi Susilo mengatakan, ketertinggalan hampir 10 tahun tidak ada tanam ulang, menurut Budi menjadi preseden yang akan mengganggu kontinuitas usaha. Sebab, kata dia, jumlah produksi akan mengalami fluktuasi yang sangat dalam karena variasi umur tanam yang tidak berimbang.
“Stagnasi selama sembilan tahun sudah pasti mengganggu stabilitas prduksi yang otomatis berimbas ke cashflow. Sebab, terjadi kekosongan produksi yang disebabkan tidak meratanya umur tanaman produktif. Oleh karena itu, TU hari ini adalah ikhtiar kita untuk mengejar komposisi umur tanaman yang lebih ideal,” kata dia.
Budi optimistis, dengan dimulainya program tanam ulang ini akan menjadi momen perbaikan kinerja PTPN VII secara keseluruhan. Ia menambahkan, jenis bibit sawit yang ditanam ulang di PTPN VII adalah benih produksi PPKS dan Socfin yang telah diperlakukan khusus dan mendapatkan rekomendasi balai.
“Kami menggunakan bibit produksi PPKS dan Socfin dan perlakuan antigano (tahan dari serangan ganoderma), penyakit tanaman yang selama ini menjadi pengganggu tanaman kita,” kata dia.
Tentang keunggulan bibit yang ditanam PTPN VII ini, selain antigano, juga memiliki umur yang lebih cepat berbuah dan produktivitas tinggi. Ia menyebutkan, dengan perlakuakn agronomis yang sesuai SOP, benih ini akan mulai memasuki TM I (tanaman menghasilkan tahap I) pada umur 30 bulan setelah tanam. Sedangkan produktivitasnya bisa mencapai 12 ton per hektare pada TM I.
Pada bagian lain, Manajer PTPN VII Unit Sungalengi Budi Santoso menyatakan komitmennya untuk mengawal proses investasi ini dengan sangat ketat. Ia bersama tim mengaku berupaya amat maksimal agar investasi yang menjadi mandat berat ini bisa berlangsung dengan baik.
“Kami merasa mendapat kehormatan dengan amanat ini. Ini adalah kepercayaan yang harus kami amankan secara maksimal. Ini akan menjadi sumber produksi kami untuk melengkapi areal eksisting yang selama ini kami kelola,” kata dia.
PTPN VII Unit Sungailengi menjadi salah satu kebun terbaik di PTPN VII yang dilengkapi dengan pabrik pengolah TBS menjadi CPO. Data produksi dan produktivitas Unit yang berada di Desa Panangjaya, Kecamatan Gunungmegang, Kabupaten Muaraenim, Sumsel ini. (HUMAS PTPN VII).