Antara Muhammad Ali dan Muhammad Ridho

Hermansyah. foto faceebook.vom
MUHAMMAD Ali
adalah petinju sedangkan Muhammad Ridho Ficardo gubernur. Namun, di panggungnya
masing-masing, Ali di panggung tinju profesional sedangkan Ridho di panggung
politik, keduanya punya gaya bertarung yang mirip.
Mereka
menghemat tenaga saat ronde-ronde awal pertandingan. Keduanya membiarkan lawan
melakukan banyak pukulan “straight” hingga menguras tenaga dan
membuat pertahanan lawan cukup terbuka.
Ali tak
mengandalkan kekerasan pukulan pada lawannya. Dia disiplin menari dan memutari
lawannya sepanjang pertarungan untuk kemudian menempatkan tangannya di bawah
serta membalas dengan cepat. Memblok jab kiri dan melancarkan pukulan yang
tidak terprediksi.
Jelang
ronde-ronde terakhir, “Sang Petinju Legendaris Dunia” itu dengan
cadangan tenaganya dengan mudah melancarkan pukulan balik, termasuk
“chopping” kanan. Ali menyengat lawannya jelang ronde terakhir.
Demikian
pula Ridho. Saat lawan-lawan politiknya menguras tenaga dan mungkin pula dana
yang tidak sedikit untuk memenangkan suara rakyat sejak tahun lalu, sebagai
incumbent , Ridho seperti cuek. Dia fokus pada tugasnya sebagai kepala daerah.
Bahkan, anak
muda ini sempat diragukan bisa berlayar ke periode keduanya. Beberapa kali,
partainya sendiri, Demokrat, mempertanyakan kesiapannya. Di pekan terakhir
pendaftaran, Ridho baru pasti mengantongi tiket partai.
Ada lagi,
last menute, H-2 pendaftaran ke KPU, Ridho “menolak” calon wakil yang
digadang-gadang  partai yang pernah
mendepak pasangannya di Ridho Berbakti I, Bachtiar Basri. Tanpa partai, sang
wagub kembali berlayar dengan kapal Ridho Berbakti II.
Keduanya
langsung menyisir kantong-kantong suara lewat karya mereka selama tiga tahun
ini hingga ke pelosok-pelosok provinsi. Suoh dengan rigit beton, Tulangbawang
lewat kawasan pertanian, pengairan, dan masih ratusan karya lainnya.
Keduanya
seperti tak ada hari tanpa bertemu dengan masyarakatnya jelang cuti calon
pasangan kepala daerah kurang dari dua pekan. Di kantong suara terbesar,
Bandarlampung, Ridho bersiap membuka taman kota terbesar untuk masyarakat
Lampung di jantung kota, Enggal.
Kamis sore
lalu (1/2/2018), Ridho Ficardo menyambangi sarang para jurnalis yang baru
direhabnya jadi tiga lantai di Balai Wartawan, Jl. A. Yani No.7, Kota
Bandarlampung.
Di hadapan
ratusan jurnalis, dalam suasana penuh keakraban, canda-tawa, tanpa protokoler,
Ridho memaparkan misi mewujudkan visinya sebagai kepala daerah : “Lampung
Maju dan Sejahtera”.
“Kita
hanya dibedakan dalam hal profesi saja,” kata gubernur termuda di
Indonesia. Ketika terpilih tahun 2014, Ridho berusia 33 tahun. Gubernur yang
sekolah SD-SMP di tengah ladang tebu, lalu memaparkan kemantapannya melangkah
ke Ridho Berbakti Jilid II.
Gubernur
ke-9 Lampung ini memang kerap mendapatkan “predikat” termuda. Setelah
diwisuda dari Jurusan Pertanian, Universitas Padjajaran, Bandung, Ridho alumni
berusia paling muda, 22 tahun, Jurusan Intelijen UI-BIN.
Usai S-3
Ilmu Politik UI, Ridho kembali jadi lulusan termuda Lemhanas pada usia 28
tahun.
Gubernur
muda ini sudah tiga tahun memimpin Gerbang Sumatera.  Dia selalu mengajak setiap orang bersama
menyejahterakan rakyat.
Alumni SMA
Alkautsar, Kota Bandarlampung, yakin setiap profesi punya tujuan yang sama,
yakni bagaimana melakukan sesuatu yang terbaik sesuai bidangnya masing-masing
untuk kesejahteraan rakyat.
“Sebagai
anak Lampung tentu kita kelak ingin dikenang sebagai generasi yang telah
melakukan karya terbaik untuk daerahnya,” 
ujar Ridho Ficardo yang didampingi Kadis Pengairan dan Pemukiman
Endarwan.
Ridho tetap
bersahabat dan terus melanjutkan komitmennya merehabilitasi Balai Wartawan
sekaligus mendukung kerja-kerja PWI Lampung.
Satu
gebrakan untuk insan pers Lampung di ronde terakhirnya sebelum cuti, Ridho
mendukung upaya PWI Lampung menjadikan lantai tiga sebagai sekolah jurnalistik
dan tempat candradimuka wartawan kompeten Lampung.
Banyak
sektor lainnya yang juga harus diperhatikannya. Tiga tahun memimpin, gubernur
termuda ini telah menorehkan jejak karyanya. Dua tahun pertama, Ridho Berbakti
I fokus pada konektivitas antardaerah.
 Dia punya waktu dua tahun lagi menyelesaikan
Ridho Berbakti Jilid I, didiskon cuti Pilgub Lampung 2018.
Suami
Apriliani Yustin ini punya lima misi, yakni (1) pembangunan ekonomi dan
kemandirian daerah, (2) infrastruktur, (3) pendidikan, kesehatan,
iptek-inovasi, (4) pelestarian SDA, (5) supremasi hukum dan pengembangan
demokrasi berbasis kearifan lokal.
Sebagai
Gerbang Sumatera, Ridho sejalan dengan Pemerintah Pusat. Presiden Jokowi
menitipkan delapan program nasional ke pundak sang anak muda, Muhammad Ridho
Ficardo.
Kedelapan
proyek prestesius Kabinet Jokowi itu berupa jalan tol, kawasan industri, penyeberangan
Bakau-Merak, revitalisasi Bandara Raden Intan II, bendungan, Itera dan pusat
olahraga, ketahanan energi, dan double track kereta api.
Meski beban
tanggung jawab begitu besar di pundak sang pemimpin muda, Ridho tak pernah
kehilangan senyumnya, kesantunannya.
Dia tak
sungkan memanggil banyak orang yang notabene rakyatnya dengan sebutan abang dan
tak ragu mencium tangan mantan gurunya.
Muhammad
Ridho Ficardo, “Muhammad Ali” muda milik Lampung hingga 2019.  Untuk periode selanjutnya, 2019-2024, soal
menang-kalah, hak prerogatif Alloh SWT.

Kerennya
gubernur muda Lampung ini, meski sudah seharian sibuk dengan acara protokuler
untuk umat, Ridho masih menyempatkan diri ber-rock and roll dengan rocker
senior Hary Kohar. Salam “L” dua telunjuk dan jari tengah rapat Pak
Ridho. 

OPINI 

HERMANSYAH 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *