Keren!!! Pemuda Lampung Buat Website untuk Diagnosa Awal Covid-19

BANDAR LAMPUNG – Pandemi Corona menggugah kepedulian banyak pihak.

Termasuk empat sekawan asal Lampung yang membuat aplikasi Tangkal.com untuk diagnosa mandiri terkait kemungkinan seseorang terjangkit Covid-19.

Empat sekawan itu, Anto Kurniawan, Willy Santoso, Ulima Mazaya Ghaisani serta Khairil Syahputra.

Anto Kurniawan, salah satu penggagas menceritakan, awal terpikir membuat website bermula dari keresahannya melihat dampak Corona yang mengusik berbagai sendi kehidupan.

Termasuk berdampak pada usahanya di bidang sewa motor dan starup di bidang kesehatan.

“Kebetulan terdampak juga. Karena terdampak jadi resah dan berpikir bagaimana membantu supaya cepat selesai virus ini,” beber alumni Unila Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan itu, Selasa 22 April 2020.

Kemudian ini menjadi perbincangan dengan teman-temannya yang juga paham teknologi informasi dan juga ada dari kalangan dokter.

“Kita nggak ada unsur apapun saat berpikir dan membuat website ini. Bener-bener mau membantu masyarakat,” terangnya.

Uniknya meskipun jarang bertemu secara langsung, namun website ini akhirnya bisa diselesaikan hanya dalam waktu tiga hari.

Pembagian tugasnya sendiri, dia dan satu temannya di bagian program development website, lalu ada satu orang di bagian design website, dan satu lainnya tim kesehatan.

Namun untuk konsepnya disusun hampir dua minggu sebelum pembuatan website.

“Baru empat hari ini dioperasionalkan dan sudah ada 700 orang yang mengakses dan memanfaatkan website ini. Padahal pas hari pertama baru 97 orang,” beber Anto.

Ada sekitar 5 bahkan lebih dokter yang turut membantu proses review pertanyaan dan bakal terus ada update pertanyaan website menyesuaikan perkembangan yang terjadi ke depan terkait Covid-19 ini.

Cara menggunakan website ini, tinggal buka Tangkal.com, kemudian tampilan awal akan ada pertanyaan “Apakah kamu aman dari Covid-19?”

Selanjutnya ada cek deteksi sekarang. Ketika diklik, terusnya, langsung mulai pertanyaannya.

“Mendeteksinya lewat pertanyaan. Hasilnya terbagi menjadi tiga. Yang pertama aman (warna hijau), yang kedua hati-hati (warna kuning) yang ketiga isolasi (warna biru). Hasil berdasarkan jawaban yang diberikan. Ada 25 pertanyaan,” jelas Anto.

Pertanyaan yang ditampilkan diantaranya riwayat perjalanan, aktivitasnya, keluhan, dan lainnya yang sudah disesuaikan dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan tim dokter.

“Pertanyaannya itu berdasarkan metode deteksi dini yang dipakai puskesmas dan rumah sakit,” kata dia.

Pengaksesnya bukan cuma dari Lampung, tapi luar Lampung dan hampir mewakili berbagai daerah di Indonesia.

Seperti Gorontalo, Medan, Jawa Barat, Makasar, Kalimantan, Palangkaraya, Tangerang dan lainnya.

Cek diagnosa Tangkal ini menurutnya agar masyarakat bisa melakukan diagnosa secara mandiri sehingga tidak harus langsung ke dokter.

“Biar kita tahu kena tidak sih, jadi dideteksi dini, melihat gejala awalnya. Jadi memudahkan masyarakat juga untuk melakukan diagnosa mandiri,” terangnya.

Ketika sudah menemukan hasil, baru kemudian masyarakat bisa melakukan tindakan selanjutnya seperti apa.

Diutarakannya, pihaknya mengedukasi murni untuk masyarakat khususnya Lampung.

“Terlebih sebentar lagi akan dihadapkan pada situasi mudik Lebaran,” bebernya.

Masyarakat yang ingin memanfaatkan website ini diakuinya bisa mengakses gratis.

Hanya dengan bermodal kuota data, tinggal buka website isi biodata dan hasilnya bisa langsung terlihat hanya dalam waktu kurang dari 10 menit.

Pihaknya menyarankan bagi yang sudah menginput saat ini agar kembali menginput data dua minggu kemudian.

“Apalagi bagi yang hasilnya harus melakukan isolasi. Setelah isolasi dua minggu bisa kembali melakukan diagnosa mandiri,” tambahnya.

Ulima Mazaya Ghaisani, salah satu tim dokter dalam Tangkal.com lulusan FK Unila mengatakan, dalam tim dirinya fokus terkait pertanyaan kuisioner seputar gejala dan edukasi umum masalah PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat).

“Melalui website ini harapannya masyarakat yang mengikuti skrining dini, bisa mengetahui posisi mereka apakah dalam keadaan aman, hati-hati, atau membutuhkan karantina mandiri,” kata Ulima yang kini tengah menjalani internship di RS Malahayati ini.

 Walaupun jika mereka dalam posisi aman, sambung perempuan kelahiran Semarang 6 Maret 1995 ini, kemungkinan untuk tertular dan menularkan juga masih ada.(Tribunlampung.co.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *