Rektor UIN Raden Intan Lampung, Prof. moh. Mukri. Foto ist |
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Raden Intan Lampung 2018 telah selesai dilaksanakan. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, 14-16 Agustus, diikuti oleh 6699 mahasiswa.
Jumlah tersebut merupakan total dari 4 jalur masuk UIN Raden Intan yakni Seleksi Prestasi Akademik Nasional (SPAN), Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN), Ujian Masuk (UM-Lokal) dan jalur Penulusuran Minat Akademik (PMA).
SPAN dan UM-PTKIN merupakan jalur masuk dengan skema nasional yang langsung dikelola oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI, dimana UIN Lampung menerima kuota sebanyak 6500 mahasiswa.
Pembagian kuota dari ketiga jalur tersebut yaitu 50 persen jalur SPAN, 30 persen UM-PTKIN, dan 20 persen melalui jalur UM-Lokal. Sementara dari jalur PMA yang hanya dilakukan oleh 2 Fakultas yaitu FDIK dan FUSA.
“Dari semua jalur tersebut, total pendaftar mencapai 35 ribu pendaftar yang tersebar dari 24 provinsi di Indonesia dan 2 negara. Namun, kami sadar dengan keterbatasan yang dimiliki, maka kami menargetkan diawal hanya 6 ribuan saja untuk mahasiswa yang di terima,” ujar Prof Mukri, Kamis (16/8). Dengan tingginya pendaftar tersebut, UIN Lampung menjadi PTKIN paling diminati se-Sumatra dan ranking 3 peminat terbanyak untuk nasional.
Rektor UIN mengaku, tingginya pendaftar ke UIN Raden Intan karena tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan yang dipimpinnya. “Kami terus berbenah, bukan hanya peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan akademik, tetapi juga kami memberikan biaya pendidikan yang murah dan bukan murahan,” terangnya.
Setelah bertransformasi menjadi UIN, cukup banyak prestasi dan penghargaan untuk kampus ini. Prestasi tersebut diantaranya dua penghargaan Sinta Award dari Kemenristekdikti untuk peringkat ke-4 untuk produktifitas jurnal ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) se-Indonesia dan peringkat 3 penulis jurnal ilmiah dengan score tertinggi. Kemudian, PTKN terbaik kedua se-Indonesia dalam hal pengelolaan keuangan dan sebagai kampus terbaik dalam lingkungan.
Dia pun memaparkan, kemajuan UIN merupakan kerja bersama sivitas akademika dan didukung oleh masyarakat khususnya masyarakat Lampung. Menurut Guru Besar bidang Ushul Fikih ini, UIN ingin menyediakan layanan pendidikan untuk siapapun tanpa memandang golongan sosial khususnya untuk putra-putri daerah. Baginya, pendidikan merupakan hal yangpenting untuk merubah paradigma dan meningkatkan kesejahteraan baik untuk pribadi maupun daerah.
Dewan Pendidikan Lampung ini menjelaskan juga bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) lulusan SLTA di Lampung masih rendah sekitar 25 persen. “Jadi di Indonesia khususnya di Lampung problem dunia pendidikan bukan hanya soal kualitas, tapi juga persoalan akses. Jadi mestinya disyukuri kalau UIN bisa menginspirasi anak-anak minat untuk lanjut kuliah. Dan dalam mengelola dunia pendidikan tidak boleh main-main. Nothing but quality,” lanjutnya
Saat ini, tenaga pendidik di UIN Raden Intan berjumlah 930 dosen. Jumlah tersebut terdiri atas 350 dosen PNS (ASN), 120 dosen tetap non-PNS, dan 450 dosen luar biasa. Sehingga dengan mahasiswa aktif sekitar 28 ribu orang, rasio dosen dan mahasiswa masih sebesar 1 : 30, artinya masih seimbang. “Rasio dosen kami masih seimbang, walau tidak semua dosen PNS, tapi karena kami adalah Badan Layanan Umum (BLU), maka dapat mengangkat Dosen Tetap Non PNS.” jelasnya.
Rasio dosen yang seimbang ini juga dapat dibuktikan dengan diraihnya akreditasi A oleh 5 prodi di UIN baru-baru ini. Kelima prodi tersebut adalah Prodi Manajemen Pendidikan Islam, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Studi Agama dan Prodi Hukum Muamalah.
Selain itu, isu tentang ijazah yang tidak terdaftar itu hanya isu yang membuat kegelisahan alumni. “UIN itu lembaga pendidikan kredibel, lembaga negara, ijazah pun di cetak di BUMN Perum Peruri dengan adanya lapisan keamanan. Jadi saya pastikan ijazah UIN itu legal,” tegasnya.
Prof Mukri pun menambahkan bahwa adanya data yang belum terdaftar itu hanya persoalan teknis dan itu sedang di kerjakan. “Kita ini baru setahun bertransformasi dari IAIN ke UIN. Artinya, Data pun harus banyak yang migrasi. Dan kami sudah membuat tim yang akan menuntaskan penginputan data ke forlap dikti,” pungkasnya. (Humas UIN)