BKKBN Lampung Sosialisasi di Pringsewu

Di hari kedua usai melakukan sosialisasi di Pekon Parerejo, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu, pada Jumat (15/2/2019) pagi, BKKBN bersama mitra kerja Komisi IX DPR RI melanjutkan sosialisasi pembangunan keluarga ke Pekon Ganjaran, Kecamatan Pagelaran, Pringsewu, Jumat (15/2/2019) sore.
Hadir dalam acara anggota Komisi IX DPR RI, Kepala BKKBN Provinsi Lampung Uliantina Meiti, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Pringsewu Nazri. Kegiatan tersebut juga diikuti ratusan peserta baik remaja maupun dewasa, pengelola atau kader remaja, organisasi masyarakat, penyuluh KB dan warga setempat.
Pada kegiatan sosialisasi di Pekon Ganjaran tersebut antusias peserta atau warga setempat sangat tinggi, terlihat dari interaksi aktif antara narasumber dan peserta yang hadir.
Dalam pemaparannya menanggapi pertanyaan peserta menyoal bahaya gadget, Kepala BKKBN Lampung Uliantina Meiti mengatakan teknologi saat ini semakin canggih dengan munculnya gadget yang bisa menjadi racun dan juga bisa ilmu bagi si pemakai.
“Dunia gadget tidak mengenal genre maupun usia. Jadi para anak-anak atau remaja apalagi pelajar sebagai generasi penerus harus bijak menggunakan gadget. Gunakanlah untuk mencari informasi atau ilmu yang bermanfaat melalui internet. Jangan pakai untuk hal-hal negatif karena justru malah menjerumuskan,” ujarnya.
Menurutnya, memang tidak mudah untuk mengajarkan kepada anak di zaman era saat ini agar terhindar dari gadget. Disitulah keteladanan orang tua di tuntut untuk mengajarkan anak agar menjadikan gadget sebagai hal positif.
“Tapi kebanyakan prakteknya di lapangan kebiasaan orang tua malah menjadikan kebiasaan buruk anak. Misal jika anak menangis saat orang tua sibuk beraktivitas. Orang tua menggunakan gadget untuk membuat anak diam karena bermain gadget,” kata dia.
Dia mengatakan, masa anak-anak sangat mudah mengerti hal-hal baru. Jadi para orang tua harus memberikan contoh-contoh yang baik pada anak. Pada sisi lain, hubungan anak pada lingkungan baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan sosial harus sesuai porsi.
“Porsi yang pas itu sekolah 20 persen, sosial 20 persen dan sisanya 60 persen keluarga. Mengapa demikian, karena mencetak karakter anak itu sepenuhnya berasal dari lingkungan keluarga. Jika orang tua ingin membentuk karakter anak yang baik, maka anak harus berada pada lingkungan yang baik,” kata dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *