Foto ist |
BANDUNG —Dalam rangka Dies Natalis ke-61 Universitas Padjadjaran (Unpad) yang jatuh 21 September 2018, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) kampus itu bakal menghelat kegiatan Digital Innovation Summit, hari yang sama.
Bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Kominfo, kegiatan ini akan dipusatkan di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur 35, Bandung, berkapasitas 1500 orang itu. Sejumlah pakar digital, inovasi, dan transformasi dijadualkan hadir.
Menariknya, Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Menkominfo Rudiantara akan jadi narasumber utama Keynote Session, dipandu news anchor MetroTV Yohana Margaretha.
Dalam dua sesi plano Digital Innovation Talk, akan berbicara profesor TI FEB Unpad, Sri Mulyani NS, Danu Wicaksono (T-cash/Telkomsel), Triyono (OJK), dan Satya Rinaldi (vedapraxis) pada pagi, serta Hamzah Ritchi dari Pusat Studi Inovasi Digital FEB Unpad, Ridzki Kramadibrata (Grab), dan Jhoviana Aprilia (Line) pada sesi siangnya.
Fasilitasi Breakout Session bersama beberapa perusahaan rintisan (start-up) Noompang.com, Hara, Sharing Vision, tamidentalcare.com, Kolega, dan e-Resto, akan tersaji hari itu juga.
Digital Innovation Summit FEB Unpad 2018 ini ditujukan bagi peningkatan minat mahasiswa, pebisnis, dan masyarakat umum untuk lebih terbuka menghadapi era digital terutama bagaimana mengelola bisnis digital secara profesional, mengikuti perkembangan era digital, dan menambah wawasan menghadapi era bisnis transformasi digital.
Secara spesifik, pada kegiatan yang dimulai pukul 08.00 hingga 16.30 WIB ini turut disertakan beberapa start-up digital yang akan mempresentasikan atau mendemonstrasikan solusi dan proses bisnisnya.
Dari konfirmasi panitia, sesuai tenggat, telah ada hampir seribuan calon peserta. Bagi yang berminat, pintu pendaftaran masih terbuka. “Kontak e-mail [email protected], atau WhatsApp saya 0811-2233-396,” jelas Agshel Revinsky, pria ganteng unsur panitia, Sabtu (15/9/2018).
Terpisah, Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unpad Komisariat Daerah (Komda) Lampung Andi Desfiandi menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan positif itu.
Doktor ekonomi jebolan Unpad ini berharap, kegiatan berskala nasional ini bisa diambil dan dimanfaatkan terutama oleh anak-anak muda kreatif, untuk terjun serius dan tidak setengah hati di bidang tersebut (start-up digital, Red).
“Hari ini, dunia sudah memasuki era Revolusi Industri 4.0, termasuk Indonesia. Jangankan bisnis raksasa, lembaga keuangan multilateral saja ikut kena imbas disrupsinya. Sehingga, mau tak mau, suka tak suka, kita semua harus bersiap dan segera beradaptasi terhadap perubahan maha revolusioner itu,” kata Andi.
“Kita, diam saja, ditantang olehnya. Tapi ingat, tantangan itu juga sekaligus peluang bagi kita semua. Termasuk mahasiswa, anak muda, akademisi, usahawan dan industri, pemerintah dan masyarakat secara luas,” imbuhnya.
Sehingga, tambah Ketua Yayasan Alfian Husin ini lagi, kerjasama seluruh stakeholder untuk mengambil manfaat terhadap hadir dini era Revolusi Industri 4.0 sangat diperlukan.
Terlebih, beber Andi pula, cetak biru Revolusi Industri 4.0 disertai dinamisasi perkembangan teknologi tercanggihnya, yang tekanannya pada pola ekonomi digital (digital economy), mahadata (big data), komputasi awan (cloud), intelijensia buatan (artificial intelligence), otomasi robotik, dan seluruh derivasinya. “Kita mengenalnya, fenomena disruptive innovation,” papar Ketua Dewan Pembina Yayasan Desapolitan Indonesia (Desindo) ini.
Tak kalah, Indonesia juga jawara lahir ribuan start-up digital. “Mulai dari marketplace, fintech, teknologi finansial (tekfin), e-dagang (e-commerce) dengan ragam produk. Permintaan konsumen juga signifikan atas penggunaan produk berbasis digital itu,” papar Andi lagi.
Mengingatkan, ditingkahi langkah konsolidasi, merger dan saling akuisisi, tumbuh kembang pesat start-up Indonesia membuatnya bertengger jadi terbanyak keempat di dunia.
Februari lalu, Startup Ranking menghimpun sedikitnya 1.705 start-up eksis di Tanah Air. Indonesia urutan keempat di bawah Amerika Serikat (28.794 start-up), India (4.713), dan Inggris (2.971). Empat darinya, GoJek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, terkategori unicorn, di atas 1 miliar dolar AS valuasinya.
“Semoga peserta Digital Innovation Summit FEB Unpad 2018 nanti bertambah pengetahuan dan wawasannya. Apalagi narasumbernya, jujur, menurut saya sangat berkompeten. Mana tahu, nantinya juga (peserta, Red) bisa jadi pemain-pemain utama di era Revolusi Industri keempat ini,” pungkas Andi Desfiandi, mantan Rektor IBI Darmajaya 2006-2015 itu, Sabtu (15/9/2018). [red/mzl]