Novelis, Riswo menunjukkan novel keduanya, Tumbal Pada. Foto Misdi |
MESUJI– Setelah sukses dengan novel perdananya yang berjudul ‘Ketika Meniti Pelangi’, Kepala SMAN I Panca Jaya Kabupaten Mesuji, Riswo kembali sukses menulis novel keduanya yang berjudul ‘Tumbal Pesugihan’.
Pria kelahiran Desa Karangan Bale Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes Jawa tengah (Jateng ) ini telah merampungkan novelnya yang kedua setebal 181 halaman. Kesibukannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala sekolah tidak lantas membuat Riswo meninggalkan kecintaannya dalam hal menulis.
Menurut Riswo menulis tidak bisa dipisahkan dengan dirinya sebagai seorang pendidik. Di mana seorang pendidik harus mampu mengembangkan dirinya lewat sebuah karya. Salah satunya adalah menulis novel yang merupakan sebuah karya sastra.
Riswo menceritakan, menulis novel ‘Tumbal Pesugihan’ terinspirasi dari sebuah kisah nyata yang dituturkan oleh anak penganut pesugihan yang lolos dari jeratan tumbal pesugihan dari satu keluarga yang menggunakan pesugihan memuja dan menyembah setan agar menjadi kaya.
Dikisahkan di novel itu, Pak Ratno adalah penganut ilmu pesugihan
Karena ingin keluar dari jeratan kemiskinan Pak Ratno mengikat perjanjian dengan penguasa gunung yang bernama Mbah Sugih. Mbah Sugih adalah Ratu Jin Pesugihan yang merupakan penguasa mahluk lelembut di sebuah gunung dalam ikatan perjanjian dengan Mbah Sugih setiap tahunnya Pak Ratno harus memberikan tumbal berupa ayam hitam.
“Pak Ratno tidak tau bahwa yang dimaksud ayam hitam itu adalah nyawa keluarganya. Akibatnya anak dan istrinya ia jadikan tumbal Jin Pesugihan. Setelah keluarganya habis terpaksa Pak Ratno sendiri harus jadi tumbal pesugihannya,” Riswo menceritakan sekelumit kisah novelnya yang baru selesai dibuat di penerbit Pustaka Media kepada Suryaandalas.com, Senin (22/10/2018).
Novelis ini mengatakan, kisah ini sebagai gambaran jika menganut pesugihan dengan setan dan kisah yang ditulisnya adalah cerita rekaan dan fiktif belaka. Namun bagi Riswo pertentangan pandangan yang terjadi di masyarakat akan kebenaran dalam kisah di novel ini tidak diambil pusing. Karena tujuan dari tulisannya dalam kisah ini adalah untuk mengambil pelajaran dan hikmah yang terkandung di dalam kisah yang ditulisnya.
Pesugihan dalam kisah ini hanya bagian dalam upaya seorang anak manusia mengambil jalan yang keliru untuk memenuhi hasratnya akan kemewahan keduniawian menumpuk harta dan kekayaan. Padahal Allah SWT telah dengan jelas melarang manusia untuk berskutu dengan jin dan setan.
“Kita tidak boleh menghambakan diri kepada selain Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Seperti dijelaskan dalam QS:Al-Jin:6. Dan bahwasannya ada beberapa orang laki laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki laki di antara jin, maka jin jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan,” kata Sastrawan ini.
“QS:Al-Luuqman:13 yang artinya dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya. ‘Hai anak ku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar benar kedzaliman yang besar,” kata Riswo menggambarkan persekutuan dengan setan yang dilarang oleh agama.(Misdi)