Ilustrasi. Foto ist |
BANDAR LAMPUNG – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bandar Lampung bekerja sama dengan Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung (Unila) akan menggelar menonton bareng (nobar) dan diskusi seputar jurnalisme. Kegiatan bertajuk “Refleksi Kontrol Sosial Media” itu dihelat di Pascasarjana FISIP Gedung F Lantai 4, Universitas Lampung (Unila), Sabtu, (17/11/2018), pukul 13.30 WIB.
Adapun film yang akan ditonton bersama berjudul “The Thin Blue Lie”. Film besutan sutradara Errol Morris tersebut mengisahkan jurnalis _Philadelphia Inquirer_ Jonathan Neumann (diperankan oleh Rob Morrow) yang membongkar praktik penyalahgunaan kekuasaan wali kota. Usai nobar, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan dua narasumber, yakni pengajar Ilmu Komunikasi Unila Andy Corry dan Wakil Korwil Sumatra AJI Indonesia Yoso Muliawan.
Ketua AJI Bandar Lampung Padli Ramdan mengatakan, kegiatan nobar dan diskusi itu merespons ancaman terhadap kebebasan pers dan kriminalisasi jurnalis terkait IndonesiaLeaks. Sejumlah media yang tergabung dalam IndonesiaLeaks menerbitkan laporan investigasi tentang “Skandal Buku Merah”. Liputan ini memantik respons dan reaksi yang beragam.
Dalam perkembangannya, karya jurnalistik tersebut berujung kriminalisasi. Ketua AJI Indonesia Abdul Manan dkk dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh advokat Elvan Gomez. Beberapa jurnalis dituduh melanggar Pasal 317 KUHP tentang pengaduan palsu kepada penguasa. AJI adalah salah satu inisiator IndonesiaLeaks, platform mandiri bagi informan publik untuk menghadirkan pemberitaan yang berkualitas dan menyuarakan kepentingan publik.
“Laporan pidana atas karya jurnalistik melawan semangat kebebasan pers. Di negara demokrasi, seharusnya pers dibebaskan secara independen untuk mengontrol kekuasaan. Tanpa adanya kebebasan pers, maka media tidak akan mampu menjalankan fungsi utamanya sebagai kontrol sosial,” kata Padli melalui keterangan tertulisnya, Jumat, 16/11/2018.
Menurut Redaktur Lampung Post itu, kebebasan pers sejatinya bukan milik wartawan semata. Perlu dukungan publik yang luas agar media bisa bekerja secara maksimal untuk menjadi pilar keempat demokrasi. Sehingga, dapat menjadi _watch dog_ (anjing penjaga) atas semua penyalahgunaan kekuasaan. Warga perlu diedukasi terkait bagaimana seharusnya jurnalis dan media bekerja untuk kepentingan publik.
Kemampuan dalam mengawasi kekuasaan dan memastikan tidak adanya penyimpangan perlu ditunjang keterlibatan publik agar bersedia menjadi para peniup peluit, atau wishtle blower. Mereka inilah yang berani menyampaikan informasi dan membuka data agar semua hal yang selama ini dirahasiakan dari publik bisa dipublikasikan secara transparan.
“Lewat film “The Thin Blue Lie”, AJI Bandar Lampung ingin mengajak berbagai pihak untuk merefleksikan bagaimana pers melakukan kontrol sosial. Hanya dengan sikap kritis dan liputan yang mendalam, media mampu berperan dalam mendorong perubahan sosial di masyarakat,” ujarnya.(*)