Bandar Lampung, — Program “Menulisi Lampung: Sayembara dan Workshop Penulisan Novela Berbasis Sejarah dan Budaya Lampung” yang diinisiasi Lampung Literature bersama Badan Bahasa, Kemendikbudristek RI, telah menyelesaikan tahap Residensi Penulisan Novela pada 11–15 September 2025.
Selama lima hari, delapan penulis terpilih mengikuti proses intensif berupa workshop, diskusi, dan penulisan kreatif bersama para narasumber sastra nasional.
Residensi menghadirkan Raudal Tanjung Banua, Niduparas Erlang, Ari Pahala Hutabarat, Arman AZ, dan Iswadi Pratama sebagai pemateri. Para peserta tidak hanya mendapat bekal teknis menulis, tetapi juga diajak membaca ulang sejarah dan budaya Lampung sebagai pijakan karya. Dari proses ini, lahirlah naskah-naskah novela yang kini memasuki tahap pematangan menjelang peluncuran.
Iskandar, penanggung jawab program, menyatakan bahwa residensi telah menjadi titik penting untuk menyiapkan karya yang solid.
“Kami melihat para peserta berkembang pesat, baik dalam keterampilan menulis maupun kedalaman mereka memahami budaya Lampung. Residensi ini meneguhkan bahwa sastra bisa menjadi ruang kreatif sekaligus ruang perawatan ingatan budaya,” ujarnya.
Sementara itu, Raudal Tanjung Banua, salah satu narasumber, menekankan bahwa karya yang lahir dari residensi adalah bentuk perkawinan antara tradisi lokal dan sastra.
“Saya berharap karya-karya yang tercipta bukan sekadar cerita berlatar tradisi, tapi karya yang menjadikan sejarah atau budaya lokal sebagai titik berangkat. Novela yang lahir nanti diharapkan mampu menampilkan lokalitas Lampung dengan kesegaran dan kecanggihan sastrawi,” jelasnya.
Sebagai puncak program, delapan karya terpilih akan didiseminasikan dalam acara Perjamuan Prosa pada 28 Oktober 2025 di Bandar Lampung. Acara ini akan menampilkan diskusi karya bersama penulis, peluncuran novela, serta pertunjukan musikalisasi puisi oleh musisi lokal. (Yaya)
Delapan Penulis Rampungkan Residensi Novela Lampung Literature, Siap Tampilkan Karya di Perjamuan Prosa
