Lampung Selatan – Lagi peternakan sapi potong (Cattle Freedlot) PT Juang Jaya Abdi Alam (PT JJAA) disoal.
Selain dugaan pencemaran lingkungan dengan banyaknya lalat, bau busuk menyengat dan air sungai yang berubah menjadi hitam tidak bisa dimanfaatkan kembali oleh warga yang diduga kuat disebabkan oleh perusahaan asal Australia yang berada di Jalan Raya Trans Sumatera KM 40, Dusun Kampung Baru, Desa Kota Dalam, Sidomulyo, Lampung Selatan.
Kini warga yang tinggal di dekat peternakan mengeluhkan bau busuk kotoran sapi yang diangkut mobil bertonase besar dari dalam peternakan. Rencananya kotoran sapi tersebut bakal dijadikan pupuk.
Warga setempat, berinisial A mengaku kesal dengan bau busuk kotoran sapi dari mobil yang keluar masuk ke PT JJAA dengan membawa limbah kotoran sapi.
“Emang benar Bang kalau kotoran sapi yang dibawa oleh mobil dari Juang Jaya itu emang baunya sangat menyengat,” kata A, Rabu (31/10).
Ia bertutur, intensitas mobil bertonase besar sangat intens saat mengeluarkan kotoran sapi, pemandangannya pun seperti antrian mobil yang cukup panjang hingga ratusan meter.
“Itu bukan satu mobil atau dua mobil itu udah puluhan mobil. Karena itu dikirim menurut keterangan juga petani yang memakai limbah itu oleh petani jagung apa petani padi. Tapi kan baunya tuh kan mengganggu kenyamanan kita, khususnya yang ada di Kampung Baru ini. Itu enggak tahu kalau yang desa yang lain tapi kalau kami ini sangat berdekatan langsung dengan PT Juang Jaya,” ujarnya.
Kadus Desa Kota Dalam, Sidomulyo Toni saat mendampingi tim Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Lampung beserta DLH Lampung Selatan dan perwakilan PT JJAA baru-baru ini mengaku keberadaan peternakan sapi potong ini terbukti mencemari sungai Way Bungur.
Air sungai Way Bungur yang terletak di Desa Kota Dalam, Sidomulyo, Lampung Selatan sejak puluhan tahun tidak bisa dimanfaatkan oleh warga setempat. Di sepanjang Jembatan Way Bungur, Jalan Lintas Sumatera KM 40, Desa Kota Dalam, Sidomulyo, Lampung Selatan yang melintasi rumah warga tidak bisa dimanfaatkan kembali karena bau dan berwarna hitam.
Pun. Ditengarai keberadaan perusahaan penggemukan sapi asal Australia ini memberikan dampak buruk bagi lingkungan karena bau busuk kotoran sapi dan banyak lalat yang menjadi pemandangan setiap hari bagi warga sekitar.
“Air sungai sudah tidak bisa digunakan lagi. Semenjak keberadaan Juang Jaya,” kata Kadus Desa Kota Dalam, Sidomulyo Toni.
Manager General Affair PT. JJAA Thamaroni Usman mengaku, padasarnya kompos yang dikeluarkan oleh Juang Jaya adalah kompos matang, untuk membantu masyarakat sekitar yang membutuhkan di tengah kesulitan mendapatkan pupuk subsidi untuk kebun dan pertaniannya.
“Selama ini pupuk dari Juang Jaya juga dimanfaatkan untuk program pemerintah daerah khususnya Lamsel salah satu contoh untuk kebun edukasi, untuk support lahan pertanian yang dikelola oleh Kodim, dan para petani, masyarakat yang membutuhkan,” papar Tama.
Kemudian kata dia, pengeluaran kompos pun juga dipersyaratkan sangat ketat oleh manajemen PT JJAA dari angkutan yang layak, pengelolaan yang baik, dan jauh dari pemukiman. Semua yang mengambil kompos juga akan menandatangani pernyataan atas tanggung jawan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaannya.
“Untuk sementara bila adanya keluhan akan kita stop dahulu pengeluaran dan memastikan kepada yang ambil kompos untuk mengelola dengan baik sesuai yang dipersyaratkan,” ujarnya. (Is/ndi)