Pringsewu – SMPN 1 Sukoharjo, Pringsewu, Lampung berencana menggelar study tour ke Jakarta dan Jogyakarta pada Desember mendatang.
Waka Kesiswaan SMPN 1 Sukoharjo, Tohak
menegaskan, soal rencana study tour tidak ada paksaan atau penekanan pada walimurid agar anaknya ikut study tour ke Jakarta atau Yogyakarta.
“Yang tidak ikut ya disilahkan tak ada penekanan,” kata Tohak didampingi Kepala SMPN 1 Sukoharjo, Joko Suswanto, Jumat (16/8).
Tohak mengatakan, ada tiga pilihan yang untuk para siswa yang ingin melakukan kegiatan study tour. Selain pilihan ke Jakarta dan Yogyakarta, siswa keberatan dengan study tour bisa melakukan kegiatan lain (study tour). Seperti melakukan kegiatan atau kunjungan ke home industri, pengrajin tahu, tempe, pembuatan roti, pencetakan genteng, bata dan lainnya di sekitar Pringsewu.
“Nantinya dibuat laporan, boleh diketik boleh ditulis tangan,” ujar Tohak.
Ia mengaku saat ini di kelas 8 berjumlah 287 siswa, sementara ada 62 walimurid yang study tour ke Yogyakarta, kemudian yang setuju study tour ke Jakarta 80 wali murid.
“Yang tidak setuju 89, sisanya belum mengumpulkan selebaran yang dibagikan sekolah,” imbuh dia.
Tohak mengaku tujuan melakukan study tour di antaranya di Jakarta yang dikunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia.
“Tujuan, ke Jakarta Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema “Bhinneka Tunggal Ika,” ucapnya.
Diketahui, berdasarkan surat selebaran yang dibagikan guru ke siswa, tanpa kop sekolah berjudul Angket Karya Wisata. Orangtua murid diminta membayar biaya perjalanan dari Sukoharjo-Yogyakarta-Jakarta sebesar Rp1,750.000 ribu dan pilihan kedua perjalanan Sukoharjo-Jakarta sebesar Rp850.000
Salah satu walimurid, E mengaku keberadaan dengan rencana study tour tersebut, alasannya kondisi ekonomi saat ini cukup berat, bahkan rencana study tour ini diduga tanpa melibatkan rapat dengan walimurid.
Kata dia, beberapa walimurid mendukung pihak sekolah dalam mengembangkan kreativitas siswa. Pun bukan mau merusak nama baik sekolah.
“Tapi kami ingin sekolah tidak memberatkan walimurid dan sesuai dengan edaran Gubernur Lampung,” ucapnya kemarin.
Dia mengatakan, Lampung sesuai Surat Edaran (SE) Gubernur Lampung, menyebut satuan pendidikan wajib melakukan koordinasi dengan mengajukan permohonan izin kegiatan yang ditujukan kepala dinas pendidikan/kantor kementerian agama sesuai kewenangannya, dengan melampirkan proposal rencana penyelenggaraan kegiatan study tour dan/atau kunjungan industri.
Dalam proposal tersebut harus termuat di dalamnya penanggungjawab kegiatan, tahapan perencanaan, penetapan tujuan dan lokasi, peserta kegiatan, tenaga pendamping, rute perjalanan, sarana transportasi, akomodasi peserta, pelaksanaan, hingga selesai dan kembali ke satuan pendidikan.
“Dan ini tidak boleh ada paksaan karena bukan kegiatan wajib. Sekolah juga boleh melakukan kalau proposal sudah dicek dan direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan,” kata dia sembari menunjukkan SE Gubernur Lampung.
Kemudian, dalam SE tersebut dijelaskan bagi seluruh satuan pendidikan yang akan melaksanakan kegiatan study tour ataupun kunjungan industri untuk dapat diprioritaskan dilaksanakan di dalam kota di lingkungan wilayah Provinsi Lampung.
“Contohnya ke pusat wisata, atau sentra industri, atau sentra kerajinan UKM dan lainnya di Lampung. Dengan keadaan ekonomi tidak membebani masyarakat. Kami setuju di Lampung, karena anggaran kecil tidak memberatkan. Kalo di Yogyakarta biayanya besar,” paparnya.
Ia mengaku, pihak sekolah diduga tidak melibatkan musyawarah dengan walimurid soal rencana study tour ke Jakarta dan Yogyakarta
“Kecewa enggak dirapatkan, enggak ada undangan walimurid. Tahu-tahu ada undangan dari sekolah melalui siswa,” ucapnya.
Ia menceritakan, berdasar pengakuan anaknya,
kelas 2 SMPN 1 Sukoharjo yang bakal mengikuti study tour, murid kelas 2 yang berjumlah 9 kelas, satu kelas sekitar 30 siswa.
“Soal keberangkatan dijadwalkan bulan Desember, pembayaran bisa dicicil, bisa dilunasi sebelum keberangkatan. Kalo enggak ikut saya khawatir anak saya dipersulit di sekolah, dikucilkan dan lainnya,” keluh dia.
Senada dikatakan wali murid lain, N yang mengaku selama beberapa hari terakhir rumahnya didatangi para walimurid yang mengeluhkan rencana kegiatan study tour tersebut.
“Hampir semua dari mereka mengaku keberatan dengan rencana study tour itu tapi tidak tahu bagaimana menyampaikannya,” ucapnya.
Ia mengaku, kehidupan ekonomi di wilayahnya cukup sulit, banyak walimurid setuju jika study tour di daerah Lampung saja, selain lebih ringan juga bisa menghidupkan perekonomian masyarakat Lampung.
“Banyak di antara walimurid itu yang keberatan study tour ke Yogyakarta, tentu terasa berat bagi mereka,” tambahnya. (Ndi)