Bandarlampung – Lebih dari tiga ribu penonton dari berbagai kalangan, hadir menyaksikan setiap rangkaian kegiatan seni yakni Festival Teater Berbahasa Lampung, Pameran Puisi Berbahasa Lampung, Seminar Bahasa Lampung, dan Pertunjukan Musik Klasik Berbahasa Lampung.
Menatap Tubuh Bahasa, Festival Seni Bahasa Lampung sukses besar setelah sepekan penuh digelar di Taman Budaya Lampung. Upaya merevitalisasi bahasa Lampung melalui media seni yang ditaja oleh Rumah Kebudayaan Kober dan Kemendikbudristek RI tersebut berlangsung pada tanggal 22-28 Juli 2024 kemarin.
Iskandar, selaku Ketua Program menjelaskan kesuksesan terbesar acara ini adalah partisipasi aktif masyarakat mewujudkan visi kultural ini, yakni menggelorakan daya hidup bahasa Lampung di tanahnya sendiri.
“Kami terharu mendengar komentar para penonton yang hadir maupun di sosial media. Ternyata kita semua bersepakat bahwa masalah ini sangat darurat. Setiap rangkaian kegiatan, penonton selalu membeludak. Tanggapan komentar di sosial media pun positif dan mendukung gerakan ini,” ujarnya.
“Isu yang kami angkat yaitu soal Bahasa Lampung yang beberapa puluh tahun lagi akan punah. Ini bukan tebakan semata, tapi berbagai data penelitian yang berbicara. Misalnya, jumlah penduduk bersuku Lampung yang minoritas, hingga sikap bahasa penutur jati yang cenderung negatif. Melihat data-data yang ada, tak ada alasan untuk tidak peduli terhadap problem ini. Revitalisasi bahasa lampung mau tak mau harus massif dilakukan,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa telah banyak pihak yang diikutsertakan seperti Kantor Bahasa Prov. Lampung, Akademisi dan mahasiswa Prodi Bahasa Lampung FKIP Unila, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov. Lampung, para seniman dan budayawan, dan tentunya Taman Budaya Lampung.
“Kami semua sadar bahwa semua pihak harus ambil peran dalam kapasitas masing-masing. Bapak Samsudin, PJ Gubernur kita pun telah menyampaikan dukungannya dalam pembukaan acara kemarin. Dan yang paling penting adalah tindak lanjut dari kegiatan kemarin. KOBER sendiri sedang menyusun rencana untuk menggelar kembali program semacam ini secara regular dengan harapan akan semakin banyak pihak yang terlibat. Bahkan Bapak Iqbal Hilal, Kaprodi Bahasa Lampung FKIP Unila, sedang berupaya menjadikan teater sebagai mata kuliah wajib di prodi tersebut sebagai media penyebarluasan bahasa Lampung,” tambahnya.
Manajer Artistik, Yulizar Lubay mengungkapkan efek nyata dari kegiatan kemarin. Menurutnya, meskipun belum signifikan, upaya membuat orang-orang terbiasa berbahasa Lampung bisa dibilang berhasil.
“Sebagian besar penampil di festival teater dan pertunjukan musik berbahasa Lampung kemarin bersuku non Lampung. Melalui training dan rehearsal intensif selama 3 bulan mereka mulai mahir bertutur Lampung. Belum lagi para penonton kemarin yang mayoritas masyarakat Bandar Lampung, mulai terbiasa mendengar diksi-diksi bahasa Lampung. Artinya apa? Bisa bertutur Lampung itu hanya soal membiasakan diri dan bukan hal yang sulit. Bisa kita bayangkan jika ada peraturan daerah yang mewajibkan kita berbahasa Lampung sehari-hari, atau bahkan jika keterampilan berbahasa lampung dijadikan syarat mendaftar pekerjaan, tentu akan signifikan dampaknya,” ujarnya.
Yulizar menambahkan program kemarin tentulah hanya upaya kecil semata, namun sebagaimana butterfly effect, sebuah tindakan kecil pun dapat menimbulkan dampak besar dan tidak terduga pada sistem alam semesta yang kompleks.
“Semoga acara ini berkesan di hati masyarakat, dan bisa menjadi pemantik teman-teman untuk melanjutkan gerakan ini melalui kapasitas masing-masing, untuk Lampung yang berbahasa dan berbudaya. Lamun mak gham sapo lagei, Lamun mak Tano, kapan lagei!” tutupnya.(lis)