RA Puri Fathonah Bandar Lampung Bantah Asingkan Siswa, Tapi

Bandar Lampung – Yayasan Pendidikan Fathonah Raudhatul Athfal (RA) Puri Fathonah Kota Bandar Lampung membantah kabar salah satu siswa, GB diasingkan dari sekolah tersebut.

Kepala Sekolah RA Puri Fathonah Kota Bandar Lampung, Asria Robiatul, mengatakan, pihaknya membantah kabar GB dicap anak nakal.

“Kami akui terjadi beberapa perundungan yang dilakukan GB. Kami tidak pernah memberi cap bandel pada anak didik. Kami membantah jika GB diasingkan,” kata dia didampingi kuasa hukum RA Puri Fathonah, Dedi Hidayat, Minggu (21/1/24).
Wanita berjilbab itu mengaku, selalu mengajarkan kalimat yang baik pada semua siswa didiknya. Pun melakukan pengawasan dengan ekstra pada siswanya.

“Kami mencegah kalimat negatif. Kami selalu ucapkan kalimat anak soleh, anak solehah, anak baik, anak pintar. GB bukan diasingkan, yang tepat adalah treatment, tekhnik untuk pendekatan pada anak didik, untuk memberikan pendidikan khusus, di ruangan kepala sekolah yang ideal di ruang bimbingan konseling (BK),” paparnya.

“Sebagai pendidik kami menghindari kejadian ini, kami membantah tidak memberikan hak pada ananda GB, kami memberikan hak pada ananda GB untuk mendapatkan haknya,” tambahnya.
Ihwal kabar yang beredar GB diasingkan pihak RA, pun disikapi serius oleh Kemenag Bandar Lampung yang akan turun ke RA Puri Fathonah, lantas apakah GB diduga termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK)? Yang perlu dilakukan pengawasan ekstra.

“Kami tidak punya kuasa memberikan anak itu anak berkebutuhan khusus, kami hanya merekomendasikan, kami sudah konsultasi dengan psikolog, dan diberikan tehnik belajar yang direkomendasikan dari psikolog,” ungkapnya.
Sedangkan untuk kelangsungan belajar sebelumnya, pihak sekolah belum bisa memberikan kepastian apakah GB akan diikutsertakan belajar bersama teman-temannya.

“Kami akan observasi dulu, bisa masuk kelas atau tidak. Kami siap mendampingi jika ada surat screaming, untuk mendapatkan kepastian agar tidak menggangu anak yang lain,” ucapnya.

Akademisi UIN Raden Intan Lampung, Nilawati Tajudin mengatakan, anak yang terlahir di dunia itu unik, semua punya hikmah, tergantung orang tua menerima anak yang dititipkan Allah SWT.
“RA Fathonah mendapatkan siswa yang unik, ini anugerah, dalam mendidik anak yang mendapatkan perkembangan yang lambat, kita butuh penanganan yang khusus, anak berkebutuhan khusus tidak bisa dicampur dengan siswa lain, namun kita lihat perkembangannya, sekolah inklusif (yang memiliki ABK) tidak harus dicampur, namun bisa dicampur dengan didampingi guru tambahan, tidak hanya mengandalkan guru tetap sekolah,” ungkap Nila saat mendampingi perwakilan kuasa hukum dan pihak RA Puri Fathonah.

“Kalo tidak didampingi sekolah kewalahan, kita manusiawi kalo harus dibantu ya dibantu, anak-anak bukan diasingkan namun diberi perhatian khusus, seperti diberi ruangan khusus yang sedikit asesoris, permainan atau alat-alat, karena bisa merangsang lebih aktif pada anak yang mengalami berkebutuhan khusus, jika melihat banyak mainan atau asesoris di ruangan tempat ia belajar, begitupun jika di rumah,” tambahnya.
Psikolog ini berpesan, orang tua harus banyak konsultasi menjalani ini, saling koordinasi dengan guru dalam mendidik anak tersebut.

“Perkembangan anak yang baik jika tidak mengalami trauma, spikis, stress, orang tua harus punya perhatian yang baik, guru pendamping itu penting. Kalo enggak ada jangan disekolahkan, agar tidak menggangu yang lain. Saya sarankan guru-guru TK ini jangan gegabah, saya sangat bahagia jika bisa mendidik anak berkebutuhan khusus,” paparnya.

Keluarga GB Mengaku Diasingkan

Seorang murid laki laki Yayasan Pendidikan Fathonah Raudhatul Athfal (RA) Puri Fathonah Kota Bandar Lampung diasingkan dari sekolah tersebut. Murid RA yang berinisial GB itu sudah berbulan-bulan tidak diperbolehkan masuk kelas dan belajar bersama teman-temannya sesama siswa.
Alasannya, karena GB adalah anak yang nakal dan sering mengganggu siswa lain. GB disebut sering menakali siswa lain dan dianggap mengancam keselamatan dari siswa-siswi di sekolah tersebut
Sejak awal November 2023 hingga berita ini diturunkan, GB hanya diperbolehkan belajar di ruangan kantor sekolah. Ia tak diizinkan masuk ke ruang kelas untuk bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.
Sempat belajar di ruang kantor, karena tidak nyaman maka pihak orangtua meminta sementara belajar daring. Namun di sekolah daring (online) ini berlangsung berbulan bulan . Hal ini pun membuat GB kehilangan akses untuk mendapatkan edukasi di sekolah itu.
Perwakilan Pihak keluarga GB, Novi menjelaskan, beberapa orangtua anak di TK tersebut tak mau menerima GB masuk kelas lagi. Desakan itu yang membuat pihak sekolah membuat kebijakan agar GB belajar di kantor.
“Alasannya supaya tak mengganggu teman lain, tapi belajar di kantor itu kan tidak nyaman karena dia digabung sama guru-guru. Belajar nggak fokus. Padahal kan sekolah harusnya jadi tempat bermain dan bersosialisasi anak-anak,” kata Novi.
Awalnya orangtua GB telah meminta agar GB belajar via daring. Namun setelah masuk semester II, ternyata belum ada kebijakan dari pihak sekolah untuk memperbolehkan GB kembali masuk sekolah. Alasannya beberapa walimurid menolak.
“Beberapa wali murid tetap ngotot dengan pihak sekolah tak mengizinkan GB masuk kelas. Dari hasil rapat, mereka beralasan anak-anak lain akan terancam keselamatannya. Menurut kami itu berlebihan,” jelas Novi.
Ia pun menyayangkan tidak adanya kejelasan dari pihak sekolah sampai kapan GB ‘diasingkan’ dari sekolah. Menurut Novi, ia sudah berkoordinasi langsung dengan Kepala Sekolah RA, Asria Robiatul. Namun justru kepsek juga menyatakan kalau GB anak nakal.
“Jika sampai seterusnya dia tidak dibolehkan masuk kelas, maka dia tidak dapat apa-apa. Hanya dapat ijazah TK dan dapat cap sebagai anak nakal,” ujarnya.
Novi menjelaskan, GB adalah anak yang normal. Bukan anak autis atau punya gangguan mental. GB biasa bermain dengan anak-anak seusianya. Kalaupun terkadang ada perbuatan jahil kepada temannya, menurut Novi masih dalam batas wajar kenakalan anak-anak di usia dini.
Masalah ini pun sudah disampaikan Novi kepada Ketua Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) Provinsi Lampung Aseptina dan Novi berharap GB bisa kembali mendapatkan hak-haknya untuk belajar, bermain dan bersosialisasi dengan teman seusianya.(ndi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *