BANDARJAYA— Peran PTPN I Regional 7 untuk mendukung keberlangsungan Usaha Mikro dan Usaha Kecil (UMK) yang ada di Provinsi Lampung sangat besar. Komitmen untuk memberdayakan UMK dibuktikan dengan memberikan bantuan modal melalui Program PUMK (Pendanaan Usaha Mikro Kecil), sebelumnya disebut Program Kemitraan.
Salah satu Mitra Binaan PTPN I Regional 7 yang mendapatkan bantuan modal yakni, Abdul Jabar, peternak lele di Bandarjaya. Pria kelahiran 1973 ini, merintis usaha ternak lele sejak tahun 2011.
Abdul Jabar menyatakan sangat terbantu dengan adanya pinjaman dana PUMK dari PTPN I Regional 7. Apalagi pinjaman yang diberikan dengan pola angsuran sangat ringan.
Pertama kali diberikan pinjaman bantuan modal pada tahun 2020, uang ini digunakan untuk membeli bibit ikan lele.
Bantuan permodalan yang diterima
Hasil dari bibit ini produksi ikan lelenya semakin banyak. Pemasarannya pun tidak hanya di Bandarjaya, tapi juga hingga ke luar Provinsi Lampung.
Di tahun 2017 – 2020 penjualan lebih banyak ke wilayah Baturaja. Permintaan ikan lele dari sana bisa mencapai 1 (satu) ton per hari.
“Namun, saat pandemi covid usaha yang saya jalani juga mengalami penurunan. Produksi lele yang berlimpah tidak diimbangi oleh permintaan pasar. Bahkan banyak lele yang mati akibat tidak terpanen.
Di tahun 2020, saya mendapatkan bantuan modal dari PTPN. Dari sinilah mulai bangkit lagi usaha yang kami geluti. Sebelumnya hanya memiliki 5 (lima) kolam ikan, kini sudah ada 20 kolam ikan dengan produksi mencapai 1 (satu) ton dalam waktu 2 (dua) hari.
Alhamdulillah, dari tahun ke tahun usaha yang saya jalani terus mengalami peningkatan. Ini semua tidak luput dari campur tangan bantuan modal dari PTPN I Regional 7,” ujar Abdul Jabar.
Hingga tahun 2023, tambah Abdul Jabar, usahanya sudah dua kali mendapatkan pinjaman modal, yang pertama senilai Rp 10 juta dan kedua meningkat menjadi Rp 15 juta.
Saat ini, Abdul Jabar memiliki 20 kolam ikan lele dan mampu menghasilkan sebanyak 15 ton lele setiap bulannya. Bantuan yang didapatkannya juga bisa membuat Abdul Jabar menambah jumlah pembelian bibit lele yang akan dibudidayakan.
Untuk pemasaran, jelas Abdul Jabar saat ini hanya bisa melayani kebutuhan ikan lele di wilayah Bandarjaya saja. Permintaan pasar cukup banyak, per hari bisa mencapai satu ton.
“Bahkan ada hari-hari tertentu, kami mengambil ikan lele dari Kabupaten lain untuk memenuhi permintaan pasar di Bandarjaya. Apalagi saat ini untuk harga pembelian sudah mulai tinggi. Pembelian dari peternak lele harganya sudah mencapai Rp19 ribu perkilogram; sedangkan untuk harga di pasaran bisa mencapai Rp25 ribu hingga 27 ribu perkilogram,” Abdul Jabar menambahkan.
Menurutnya, dalam beternak lele ini harus memiliki kesabaran dan ketelitian, sehingga modal bibit yang sudah dibeli tidak mati begitu saja.
Ketika sudah membeli bibit ikan lele, dalam proses pemeliharaannya jangan langsung ditebar dalam kolam. Namun, terlebih dahulu dipilih yang panjang tubuhnya sama baru dipisahkan penempatannya.
Biasanya bibit lele yang dimasukkan kedalam kolam bila memiliki panjang 68 cm dan bibit yang dari petani hanya 34 – 50 cm. Bila langsung dicampur, nantinya banyak bibit yang dimakan oleh ikan yang lebih besar.
Untuk itu, selalu dilakukan pemilahan bila baru membeli bibit baru, tidak langsung dimasukkan ke dalam kolam.
Ia berharap Regional 7 terus dapat memberikan bantuan modal bagi pelaku.
“Ini sangat membantu bagi usaha yang kami jalani. Semoga ke depan PTPN keberadaannya bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat di lingkungan perusahaan,” ujarnya.(lis/ndi)