BANDAR LAMPUNG—“Maju Bersama, Saling Menjaga”. Tagline itu menjadi salah satu misi PTPN VII dalam menjalin harmoni dengan masyarakat sekitar.
Melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), BUMN Perkebunan ini terus meningkatkan komitmen mendukung kemajuan perekonomian masyarakat dengan berbagai bantuan. Dari modal usaha hingga pelatihan mengelola usaha.
Pernyataan itu disampaikan Bambang Hartawan, Sekretaris Perusahaan PTPN VII saat menemui beberapa pelaku usaha kecil binaan PTPN VII di Bandar Lampung, Rabu (10/8/23). Ia mengatakan, sebagai perusahaan negara, pihaknya wajib menjaga iklim kondusif wilayah, utamanya masyarakat yang berada di sekitar operasional perusahaan.
“Ada tugas negara dalam misi operasional PTPN VII. Kalau ketika didirikan dulu misinya adalah membuka isolasi wilayah dan membangun simpul-simpul ekonomi baru di daerah terpencil, sekarang lebih luas lagi.
Salah satunya, menjaga stabilitas nasional melalui jalur ekonomi. Makanya, kami sangat peduli dengan usaha kecil di sekitar perusahaan agar bisa maju bersama, sejahtera bersama sehingga kita bisa saling menjaga,” kata Bambang.
Lebih dari sekadar permodalan, lanjut Bambang, PTPN VII juga melakukan pendampingan dan pengawalan usaha bagi para mitra binaan. Sebelum mendapat pinjaman modal usaha, pelaku usaha kecil mendapat pelatihan prinsip-prinsip dasar usaha. Pelatihan juga dilengkapi dengan workshop untuk mengenal secara langsung opsi-opsi yang diperlukan agar usaha yang dijalankan bisa maju.
“Kami bekerja sama dengan para pakar dari Perguruan Tinggi seperti Unila dan beberapa lainnya di Sumsel dan Bengkulu untuk melatih mitra binaan. Lalu mereka kita kasih pinjaman modal dengan biaya administrasi 0,8% per tahun. Mereka juga kami bantu cara pengemasan yang baik dan menarik. Juga kami bantu pemasaran, seperti ketika ada even pameran atau ekspo, kami ajak mereka display di stan PTPN VII,” tambah Bambang.
Salah satu profil mitra binaan yang cukup berhasil adalah Maria Puspita Rini. Mantan tenaga kesehatan di Pesantran Al Fattah ini bangkit dengan usaha barunya, yaitu Ayam Geprek Ratu setelah kliniknya tutup dan sempat bekerja di salah satu pondok pesantren di Lampung Selatan.
“Boleh dibilang, saya tertolong oleh pinjaman modal usaha dari PTPN VII setelah sempat terpuruk karena sakit berkepanjangan. Saya bersama suami banting setir ke bisnis kuliner dengan modal keyakinan. Kebetulan saya memang senang masak, terus saat itu ayam geprek lagi tren, maka saya buka Ayam Geprek Ratu,” kata istri dari Gunawan Wibisono ini.
Memulai usaha baru di rumah orang tuanya yang sudah kosong di Gang Melur, Kedaton, Bandar Lampung, produk olahan makanan Maria mendapat respons positif penikmatnya. Dari semula hanya ayam geprek, wanita etnik Palembang ini menambah menu dengan “pulang” ke selera asal, yakni pempek dan aneka kudapan turunannya seperti tekwan dan lainnya. Seiring bantuan tenaga dari tetangga yang ikut mengais rezeki sebagai karyawan, dia juga membuat aneka manisan buah dalam kemasan.
Maria mengaku pertama mendapat pinjaman dana dari PTPN VII pada 2018. Dalam situasi ekonomi yang sedang sulit, kata dia, Maria merasa dapat siraman air segar karena diberi modal hampir tanpa bunga dan kelonggaran jangka waktu dimulainya cicilan.
“Kalau dibilang bunga, saya kira bukan bunga lah, karena sangat kecil. Kalau menurut saya sih bukan bunga, tetapi sebagai rasa tanggung jawab sebagai peminjam. Ini sangat menolong kami-kami yang usaha kecil begini supaya nggak kena rentenir,” terang perempuan subur itu.
Seiring bertumbuhnya usaha, Maria terus menambah omset dan menu kulinernya. Selain karena jumlah pelanggannya yang semakin banyak, juga karena ia ingin semakin banyak orang yang bisa ikut bekerja dan mendapat rezeki lewat usahanya.
Resep Ayam Geprek Ratu yang dibuat Maria bersama suami tampaknya mendapat respons melebihi perkiraannya. Hal itu dia ketahui dari banyak pelanggan, terutama yang dari luar kota, ingin membeli tepung krispi yang digunakan untuk membaluri ayam ketika digoreng. Bahkan, kata Maria, yang membeli tepung itu bukan hanya datang untuk dibawa pulang ke daerahnya setelah berkunjung ke Bandar Lampung.
“Awalnya mereka beli tepungnya dibawa pulang ke kampung atau ke daerahnya. Mereka beli pas main ke tempat saudaranya di sini. Eh, lama-lama ada yang pesan langsung lewat telepon maupun pesan WA atau Instagram minta kirim ke Palembang, Jakarta, Bandung, dan lainnya. Nah, sekarang saya juga memproduksi tepung olahan untuk ayam geprek,” kata Maria.
Meskipun demikian, Maria mengaku tak mau terburu-buru untuk membangun rumah produksi tepung krispi dalam jumlah besar. Secara perlahan dia sedang mengurus berbagai persyaratan untuk bisa menjual produk olahan secara legal. “Kalau sertifikat halal, kami sudah dapat. Tetapi izin edar sedang kami urus,” kata dia.
Profil Ayam Geprek Jago milik Maria menjadi salah satu dari ratusan usaha kecil di Lampung, Sumsel, dan Bengkulu yang mendapat pendanaan dan pembinaan dari PTPN VII. Dengan program TJSL, PTPN VII akan menjadi bagian dari solusi dari banyak masalah yang terjadi di masyarakat sekitar.
Untuk program TJSL tahun 2023, sesuai surat kementerian BUMN No.S-721/MBU/11/2023, Kementerian BUMN merekomendasikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) kepada BUMN sebagai pengelola Kerjasama Program PUMK. Penyaluran Program Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PUMK) kurun waktu lima tahun kedepan penyaluran dana bermitra seluruh Perusahaan BUMN melalui Bank BRI. (***)