Senator Bustami Zainudin Hadiri Temu Wicara PENAS XVI Tani Nelayan, di Kota Padang

Padang – Hilirisasi produk pertanian dan perikanan merupakan kunci peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan dimasa depan. Demikian disampaikan oleh Bustami Zainudin, senator asal Lampung yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komite II DPD RI, pada acara Temu Wicara PENAS XVI Tani Nelayan, di Kota Padang, Sumbar, Senin (12/6/2023). Bustami hadir sebagai narasumber.

Bustami menekankan bahwa peningkatan produktivitas hasil pertanian, perkebunan dan nelayan melalui terobosan dan penerapan IPTEK, serta pemenuhan sarana prasarana produksi, harus berjalan secara simultan dengan hilirisasi produk.

“Hilirisasi produk pertanian, perikanan tidak bisa ditawar dan ditunda lagi. Kita tidak bisa lagi hanya memproduksi dan menjual bahan baku, bahan mentah, apalagi menjadi komoditi ekspor. Sangat rugi kita,” tegas Bustami.

“Selama kita masih bertumpu pada produk dasar, bahan mentah maka petani dan nelayan kita akan tetap miskin. Selain kepemilikan lahan yang semakin sempit, produktivitas petani kita juga rendah. Bahkan hal hal mendasar dan fundamental terkait sarana dan prasarana produksi pertanian dan perikanan kita juga masih saja membelenggu para petani dan nelayan kita.”

Program hilirisasi produk pertanian dan perikanan ini sejalan dengan gerak cepat Presiden Jokowi yang terus memacu hilirisasi di berbagai sektor, utamanya di sektor tambang. Diawali hilirisasi pada pengolahan emas dengan pembangunan smelter, berlanjut ke nikel dan menyusul bauksit.

Untuk produk pertanian dan perikanan, Presiden sudah sejak lama mendorong dan memberi perhatian khusus, hanya saja implementasinya serba lambat dan para pelaku industri nampaknya masih terlalu nyaman dengan kondisi yang ada, bermain di produk produk dasar dan bahan mentah.

Bustami memberi contoh, pada produk singkong. Provinsi Lampung sebagai penghasil singkong terbanyak di Indonesia, hilirisasi singkong nyaris tidak bergerak. Pengolahan singkong yang sebagian besar di kelola oleh industri besar, masih bertumpu pada produk tapioka. Produk turunan yang lain nyaris belum muncul. Sementara industri kecil dan rumah tangga juga belum banyak yang ikut bermain pada produk singkong ini. Kalaupun ada sekalanya masih sangat kecil.

Padahal kita tau singkong selain bisa diolah menjadi gaplek, tapioka, dan pati termodifikasi juga bisa diolah menjadi bioethanol, dextrime, juga sarbitol yang bernilai ekonomi tinggi. Selain itu semua bagian dari singkong, mulai daun, batang, dan kulitnya juga bisa diolah menjadi produk produk yang bernilai tinggi secara ekonomi.

Lampung juga memiliki komoditi Tebu, salah satu yang terbesar di Indonesia. Namun demikian hilirisasi tebu juga belum jalan. Sebagian besar pabrik gula kita baru memproduksi Gula Kristal Putih (GKP). Padahal dari tebu juga bisa diproses menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi yaitu bioethanol. Ampas tebu bisa diolah untuk memproduksi listrik dan lain sebagainya. Sawit, kopi dan juga lada tentu juga punya potensi yang tidak kalah menariknya.

Berkaca dari dua contoh produk unggulan Lampung yaitu Singkong dan Tebu, kalau saja hilirisasi produknya berjalan dan mampu menghasilkan produk produk yang memiliki nilai tinggi maka nilai tambah dari proses pengolahan itu akan sangat luar biasa. Banyak nilai positif yang bisa diperoleh yaitu peningkatan devisa daerah dan negara, peningkatan dan penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak, dan akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani kita.

Tentu, program hilirisasi ini tidak bisa jalan begitu saja. Pemerintah daerah, pelaku industri dan masyarakat petani tidak bisa jalan sendiri. Sinergitas dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan menjadi keniscayaan. Hilirisasi dijalankan secara bersama dengan berbasis pada hasil riset, penelitian dan berbagai kajian yang berkualitas. Pada tahap ini, peran perguruan tinggi, Lembaga BRIN dan lembaga lain menjadi sangat strategis.

Kita yakin, hampir semua prasyarat untuk menjalankan program hilirisasi ini sudah tersedia, tinggal fokus, kemauan baik dan kemauan politik yang nampaknya perlu terus didorong.

Tentu selaku anggota DPD RI mewakili masyarakat Lampung, Bustami siap untuk terus mendorong dan mengawal program hilirisasi ini bisa segera diwujudkan. Karena hanya dengan program hilirisasi ini maka produk produk unggulan Lampung akan menjadi lebih bernilai, mampu memberikan nilai tambah yang siginifikan dan tentu banyak dampak positif yang diperoleh. Serapan tenaga kerja akan meningkat, devisa daerah akan meningkat, dan pada gilirannya kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

Bustami yang hadir membersamai duta duta Petani dan Nelayan Lampung di acara PENAS XVI 2023 di Sumatera Barat juga merasa sangat bangga karena Kontingen KTNA Lampung mampu meraih Juara 3 Nasional pada Lomba Asah Terampil dan dan Juara 2 Nasional pada Lomba Kreatif dan Terampil PENAS XVI 2023, yang diikuti oleh 36 provinsi. Prestasi yang telah dicapai oleh kontingen Lampung tentu sangat membanggakan dan patut diberi apresiasi tinggi.

Ini semua memberi bukti bahwa selain Lampung memiliki produk produk unggulan pertanian dan perikanan, juga memiliki petani dan nelayan yang handal, tangguh, dan berprestasi ditingkat nasional. Tinggal bagaimana kita secepatnya mampu mendorong semua potensi ini bisa dioptimalkan sehingga berdampak pada kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.(lis/ndi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *