Pertunjukan Teater Dajang Rindoe oleh UKMBS Unila: Kisah dari Sumbagsel yang Terlupakan

Bandar Lampung – Unit kegiatan Bidang Seni Universitas Lampung (UKMBS Unila) akan menggelar sebuah pertunjukan teater yang mengangkat cerita rakyat dari Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel) yang kini nyaris hilang ditelan zaman, Dayang Rindu.
Pertunjukan teater yang berjudul “Dajang Rindoe” itu akan digelar di Gedung Teater Tertutup (GTT) Taman Budaya Lampung pukul 16.00 WIB pada 15-16 Maret 2023 mendatang.
Kisah tragis cinta tak sampai yang berujung pada kehancuran dua kerajaan itu ditulis dan disutradarai oleh Ari Pahala Hutabarat (Sastrawan, Budayawan, Sutradara Komunitas Berkat Yakin).
Ari menuturkan bahwa dalam pertunjukan kali ini, Dajang Rindoe dijadikan sebagai basic atau dasar kisah untuk memulai kerja teater.
“Kisah hanya menjadi titik tolak atau titik berangkat dari sebuah pertunjukan,” ungkapnya melalui siaran pers, Minggu (12/3).
Dalam konsep penyutradaraan, Ari menyebutkan bahwa pertunjukan itu tidak disampaikan secara utuh atau verbal, tetapi diolah dalam bentuk fragmen-fragmen yang kemudian dirangkai menjadi semacam kisah dalam bentuk pertunjukan.
“Dalam pertunjukan teater ini tidak berbentuk realisme. Bisa dikatakan bahwa pertunjukan ini berbentuk kolase yang terdiri dari beberapa genre seni yang ada. Ada realisme itu sendiri, drama, tari, musik, dan lain sebagainya. Itu semua disatupadukan untuk mengoptimalkan pencapaian artistik,” imbuhnya.
Ahmad Habib Panglima sebagai Pimpinan Produksi menjelaskan proses garapan teater ini sudah dimulai sejak Oktober 2022 yang lalu dan telah berproses selama kurang lebih 6 bulan hingga waktu pementasan dilaksanakan. Proyek kolosal ini melibatkan seluruh divisi yang ada di UKMBS Unila (Teater, Tari, Musik, dan Rupa). Tak hanya itu, para senior di KAULA (Keluarga Besar Alumni UKMBS Unila) dan banyak rekan seniman lainnya juga turut membantu menyukseskan project ini.
Hani Dayanti selaku Ketua Umum UKMBS Unila menuturkan bahwa, yang utama, project ini merupakan arena belajar baik pada bidang artistik maupun produksi pertunjukan, dan bertujuan membentuk kader-kader yang memiliki ‘skill’ dan kesadaran yang baik di ranah kesenian dan kebudayaan.
“Sejak 1990 hingga sekarang UKMBS Unila terus menyumbang karya seni dan budaya. Kami berharap di 2023 ini, melalui “Dajang Rindoe” UKMBS Unila bisa terus bermanfaat untuk kemajuan Lampung di tengah kondisi seni dan budaya kita yang makin hari makin memprihatinkan ini,” tambahnya.

Pegiat Budaya dan Sejarah Lampung, Arman AZ turut merespon kegiatan ini. Ia mengatakan bahwa dalam cerita rakyat tidak meutup kemungkinan banyak nilai dan kearifan budaya yang bisa dipelajari esensinya dan mungkin saja tetap relevan dengan konteks dan kondisi kekinian, begitu pun Dayang Rindu.
“Banyak aspek-aspek yang bisa diidentifikasi dalam cerita Dayang Rindu, misalnya ihwal sosiologis, moral, politik kekuasaan, sistem pemerintahan, feminisme, dan lain-lain. Apa yang dilakukan oleh UKMBS Unila adalah semacam upaya penyelamatan terhadap warisan budaya kita yang nyaris terlupakan,” sambungnya.(Lis/ndi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *