Mengalami Banyak Penolakan, Food Safety Indonesia Dinilai Masih Rendah

Saat ini daya saing Indonesia di bidang pangan terbilang masih lemah hal itu dapat dilihat dari banyaknya penolakan terhadap hasil pangan Indonesia yang diekspor ke beberapa negara. Penyebab penolakan tersebut karena Indonesia kurang memperhatikan keamanan pangan yang dihasilkannya.

Akibatnya masih banyak ditemukan cemaran fisika dan kimia yang terdapat pada pada pangan Indonesia seperti adanya  aflatoksin, histamin, dan antrakuinon pada teh karena bahan pengolahan yang digunakan masih tradisional. Untuk  itu Bustanul berharap, apabila daya saing pangan onesiesia mau kuat, maka para pelaku harus meperhatikan food safety tersebut.

Fakta akan kondisi pangan Indonesia tersebut diungkap oleh Guru Besar Tetap Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (Unila), Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M. Sc pada acara Musyawarah Nasional ke-2 Himpunan Alumni SB-IPB  di Hotel Swiss Bell Bogor, Sabtu (10/12).

“Food safety jarang dipikirkan oleh pihak pelaku bisnis. Padahal, food safety sangat berpengaruh terhadap daya saing bisnis. Contoh dari hal tersebut adalah banyaknya produk ekspor dari Indonesia seperti teh, kopi, dan ikan yang ditolak di negara lain karena tidak lulus uji cemaran baik secara fisika maupun kimia seperti adanya  aflatoksin, histamin, dan antrakuinon pada teh karena pengolahan yang digunakan masih tradisional,” ujar Bustanul melalui siaran pers.

Dalam Munas yang bertema “Building Resilience Cultivate Excellence” ini, Bustanul juga mengungkapkan bahwa selama Indonesia hanya berfokus pada ketersediaan pangan tanpa memperhatikan akses terhadap pangan. Padahal, Separuh dari penduduk Indonesia tidak mampu mengkonsumsi makanan bergizi dikarenakan cost of healthy diet yang tinggi di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat memiliki gizi yang buruk. Padahal, akses terhadap pangan dengan kualitas baik yang terpenuhi dapat mempengaruhi daya saing dari bangsa itu sendiri.

Pada acara Munas yang dihadiri peserta yang merupakan alumni dari program studi S1, S2, dan S3 SB IPB menghasilkan keputusan terpilihnya Irvandi Gustari sebagai Ketua Umum DPP Himpunan Alumni Sekolah Bisnis IPB (HA SB IPB) periode 2022-2026.

Irvandi menggantikan Rudy Irawan yang merupakan ketua umum HA SB IPB yang pertama yang dianggap telah sukses meletakkan dan membangun pondasi organisasi tersebut.  HA SB IPB merupakan organisasi wadah alumni sekolah Bisnis IPB, yang terdiri dari alumni program S1. S2 dan S3.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *