Bandarlampung – Terhitung sudah lebih 30 tahun usia UKMBS Unila, selama itu pula kehadirannya telah memberi sumbangsih yang tak sedikit bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia seni-budaya di Lampung.
Sebagai organisasi seni kampus yang usianya sudah puluhan tahun, sudah ribuan pula alumninya. Sebagian dari mereka menghasilkan berbagai karya, baik berupa dokumentasi, penelitian, pelestarian, maupun penciptaan karya seni. Iswadi Pratama, Panji Utama, Ahmad Yulden Erwin (alm), Ari Pahala Hutabarat, Riffian A Cheppy, Budi LPG, Iin Mutmainah, Jimmy Maruli Alfian, Muhammad Yunus, Inggit Putria Marga, Agit Yogi Subandi, Fitri Yani, dan lain sebagainya adalah nama-nama yang pernah berproses di UKMBS Unila.
Prestasi yang mereka raih bukan hanya level provinsi, tapi sebagian sudah nasional dan beberapa malah sudah internasional, termasuk yang terbaru munculnya Orkes Bada Isya yang turut mempengaruhi dinamika musik di Lampung. Hal ini mengukuhkan UKMBS adalah laboratorium penciptaan seni di Lampung, yang secara rutin memproduksi pengetahuan, produksi pertunjukan baik tari, musik, teater, maupun wacana-wacana kesenian. Nah, bagaimana kontribusi ribuan alumni UKMBS Unila saat ini? Apa visi kultural mereka tetap terjaga setelah menyelesaikan studi akademiknya?
Di sisi lain, kita sama-sama mengetahui bahwa Lampung masih darurat budaya, para pengambil kebijakan dan orientasi pembangunan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, baik di tingkat kabupaten kota maupun provinsi belum banyak menyentuh aspek kebudayaan. Selain itu para pemangku kepentingan juga minim sekali membuka ruang dialog dengan pelaku seni-budaya. Jika situasi ini tidak lekas diperbaiki bisa jadi kita akan mengalami krisis identitas, krisis nilai, dan krisis di segenap aspek kehidupan kita.
Menimbang situasi tersebut, sekelompok orang bersepakat untuk terhimpun di sebuah wadah yang disebut Keluarga Alumni UKMBS Unila (Kaula). Rencananya Dekalarasi dilaksanakan pada Minggu, 27 Februari 2022, di Graha Mahasiswa UKMBS Unila. Selain Alumni UKMBS, kegiatan ini juga akan dihadiri kelompok-kelompok seni di Lampung, seniman, tokoh budaya, pers, dan masyakat umum.
Salah satu urgensi pembentukan Kaula adalah mendorong terciptanya atmosfir berkesenian yang lebih kondusif dan mewujudkan eksositem seni-budaya yang lebih baik, termasuk mengupayakan agar kebudayaan menjadi hulu pembangunan di Provinsi Lampung.
Menurut Riffian A Chepy, budayawan dan salah satu alumni ukmbs ii mengatakan Kaula akan mencoba menggandeng berbagai stakeholder untuk sama-sama membangun ekosistem seni yang lebih sehat di Lampung. Termasuk mendorong kebijakan publik yang yang lebih berpihak pada seni dan budaya. Ranah yang puluhan tahun diabaikan dan jika pun ada sekadar seremonial. Tidak menutup kemungkinan Kaula juga akan melakukan advokasi kebijakan seni di Lampung, memperkuat pengelolaan pengetahuan dan jaringan, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan Chepy, Erwin Putu Basai, seniman musik dan seorang akademisi ini, pada kesempatan berbeda menyatakan sebagai organisasi payung, Kaula diharapkan mampu berperan sebagai fasilitator dan dinamisator untuk mewujudkan misi-misi kulturalnya. Kaula akan aktif menghimpun ribuan alumni yang tersebar di berbagai kabupate kota di provinsi Lampung. Jika smua bisa terhimpun tentu akan menjadi kekuatan yang lumayan besar bagi kehidupan berkebudayaan di Provinsi Lampung.
“Kita harus nengah nyappur, harus sakai sambayan, harus satu visi, makanya perlu ada wadah bagi alumni yang sekarang masih tercerai berai ini, untuk kumpul, lalu dapat berperan secara aktif dan turut berkontribusi membangun ranah kultural di Lampung,” ujar Budi Lpg, seniman yang juga praktisi politik.
Kalau sudah terhimpun, akan lebih mudah untuk menggalang dan mengelola pengetahuan dan sumber daya manusianya. Temasuk membuat program kegian yang bersifat teknis atau mendorong kehadiran kebijakan publik tentang seni-budaya, memperluas jejaring, dan mempertemukan berbagai pemangku kepentingan yang selama ini bersinggungan dengan kebudayaan di Lampung, imbuhnya.
Menyikapi fakta di atas, maka diperlukan suatu desain program yang memungkinkan setiap alumni berkesempatan yang sama untuk memberikan andil dalam mengupayakan berkembangnya UKMBS, atau lebih tepatnya kehidupan seni dan budaya di Povinsi Lampung di masa mendatang, baik di level wacana, kebijakan, maupun praktiknya.
Topan Santoso, salah satu alumni yang pada beberapa kesempatan aktif menggelar event musik seperti “Satu malam 27-an” menambahkan bahwa Upaya menghidupkan ekosistem seni mesti segera dilakukan. Jika tidak, orang-orang yang selama ini mendukung keberlanjutan ekosistem seni terancam hilang, baik di level pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Kaula diharapkan secarak aktif berkontribusi menjaga agar ekosistem seni di Lampung tidak habis, itu tantangan besar. Jika habis, akan sulit untuk memulai lagi.
Selain itu, kata Santos lagi, sembari menunggu skedul koordinasi, tim kecil sudah mulai dibentuk, termasuk payung hukumnya. Menginventarisir kebutuhan-kebutuhan alumni dan menurunkannya nanti dalam bentuk program. Serta yang juga tak kalah pentingnya, bagaimana kemudian memetakan potensi sumber daya manusia yang ada. Serta yang paling ditunggu-tunggu tentu masukan-masukan dari alumi yang belum terhimpun.
Febrian Malik Arrozaq, ketua UKMBS Unila periode 2021/2022 menyambut baik kehadiran Kaula. Keberadaan Kaula secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi geliat UKMBS di masa mendatang. Selama ini hanya beberapa alumni yang masih berkontribusi mendukung proses kreatif UKMBS. Selama ini silaturahmi dengan alumni kurang berjalan dengan baik karena keterbatasan informasi, adanya wadah ini membuat anggota yang masih aktif di UKMBS bisa berinteraksi dengan alumni secara lebih intensif, dan jika memungkinkan membuat kerja kolaborasi di masa mendatang. (Rls)