Pesisir Barat – SMPN 4 Krui, Pesisir Barat, Lampung menggelar rapat komite membahas pembuatan dan harga pakaian seragam untuk anak didik tahun pelajaran baru 2021, Jumat (17/09/2021) pagi.
Kepala SMPN 4 Krui, H saat memberikan pidato, terdapat kejanggalan dalam sambutannya, ia menyampaikan seragam anak-anak akan dibahas tapi menunggu tukang jahit, karena sipenjahit akan hadir dalam acara ini. Pun menurutnya jika mencari penjahit lain tidak enak karena sudah berlangganan.
“Jadi acara akan kita mulai jika beliau hadir sambil nanti kita bisa tawar-tawar agar bisa lebih murah, kalau tahun lalu kita untuk seragam anak laki-laki Rp850 ribu dan perempuan Rp950 ribu per anak.
Sabar kita tunggu tukang jahit datang ya,” ucapnya.
Hal ini senada yang disampaikan pihak Komite SMPN 4 Krui berinisial D, yang mengaku rapat ini akan mulai tapi menunggu tukang jahit datang.
Wali murid, Y dan K berujar, sudah lama menunggu dan hari sudah siang, kalau bisa acara segera dimulai tidak perlu menunggu tukang jahit, karena ini rapat wali murid dan komite terkait pembuatan seragam anak-anak, dan tukang jahit bisa menyusul setelah ada keputusan bersama dan kesepakatan peserta wali murid.
“Kan yang punya kewenangan dalam keputusan adalah komite, namun tak digubris oleh kepala sekolah dan ketua komite sehingga lagi lagi harus menunggun tukang jahit datang karena sedang dijemput menuju ke sini jawab kepala,” ucapnya.
Berjam-jam wali murid peserta rapat menunggu sehingga waktu Salat Jumat pun akan tiba waktunya, peserta rapat semakin gelisah karena waktu dan kepentingan mereka tersita menunggu tukang jahit yang masih dalam perjalanan.
Bebepa waktu kemudian tibalah sipenjahit, S dan masuk ruangan sembari menjelaskan harga seragam siswa.
Karena waktu dan hari Jum’at l dan sudah siang, maka tidak ada lagi tanya jawab dan peserta ditawarkan harga sama dengan tahun lalu, sehingga setuju dan peserta rapat membubarkan diri.
Mayasir pengurus Lembaga Independen Pemantau Anggaran Negara (DPP LSM LIPAN) mengatakan, yang perlu dipahami bersama bahwa rapat ini adalah rapat komite bukan rapat sekolah.
“Artinya komite lebih dominan dalam mengatur acara rapat tersebut dan memberikan kesempatan seluas luasnya pada wali murid sebagai peserta untuk tanya jawab dan masukan terkait seragam tersebut, dan tahapan rapat ini murni rapat mengambil kesepakatan para wali murid atau komite dalam menentukan bahan dan harga satuan, setelah itu baru mencari dan menyepakati tukang jahitnya siapa dan dari mana, dalam pemahaman kami bahwa kita wajib ikut serta dalam membangun negara di wilayah kita masing-masing dan sesuai dengan kemampuan kita, maka terkait tukang jahit sebaiknya menggunakan tukang jahit terkdekat yang ada dan mampu mengerjakannya, dan saya kira banyak penjahit profesional yang dekat sekolah tersebut gak harus ke kota Krui yang sangat jauh sekitar 80 km,” paparnya.
Kata dia, semestinya kepala sekolah sudah terdidik bekerja pfofesional, kapan dia menempatkan diri sebagai kepala sekolah dan kapan dia sebagai pendamping komite komite sekolah.
“Artinya tidak boleh kepala sekolah terlalu jauh masuk ke area komite dan sebaliknya komite harus tau batas hak dan kewajibannya sebagai komite sehingga tidak masuk ke Area kepala sekolah,” ucapnya.
LSM LIPAN melihat dan mengamati kejadian di lapangan bahwa antara kepala sekolah dan komite tak mengerti batas batas area tupoksinya masing-masing.
“Zaman sekarang masyarakat tidak bisa dibohongi lagi banyak sekali tempat mereka bertanya sehingga cepat atau lambat pasti ketauan, kami menduga dan melihat bahwa hal ini sering terjadi di sekolah,” ungkapnya.
Kata dia,acara ini sepertinya sudah diatur oleh kepala sekolah sehingga terkesan memaksakan harus pakai tukang jahit bawaan dia yang sebelumnya susah terjalin kesepakatan sepihak.
“Sekali lagi kami dari LSM LIPAN memberi masukan pada semua kepala sekolah dan komite untuk tidak membodohi warga dengan cara yang tidak baik dalam beretika sebagai panutan anak bangsa, ini rapat dan wajib mendengarkan masukan dari peserta rapat, karna kalau memaksakan hasil kehendak sendiri, itu bukan rapat namanya melainkan peserta pendengar berita TV dan berita Radio, membacakan serta mendengarkan keputusan,” ungkapnya.
Sementara Kepala SMPN 4 Krui, H dan komite belum berhasil dikonfirmasi.(red)