OGAN ILIR—Inspeksi di hari ketiga sebagai Direktur PTPN VII, Ryanto Wisnuardhy mengunjungi Pabrik Gula Cintamanis di Ogan Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), Kamis (27/5/21). Didampingi SEVP Operation II Dicky Tjahyono, Sekretaris Perusahaan Bambang Hartawan, dan Kabag Tanaman Wiyoso, Ryanto disambut Dirut PT Buma Cima Nusantara (BCN) Putu Sukarmen.
Pada pengarahannya, Ryanto mengingatkan manajemen PT BCN yang merupakan anak perusahaan PTPN VII untuk menjalankan operational excellence dengan sangat ketat. Ia menekankan aspek ini karena pada industri gula putih sangat ketat, siklus cepat, padat modal, dan risiko besar. Namun, jika dilaksanakan dengan tepat, keuntungannya juga sangat menarik.
“Industri gula ini kan memiliki siklus yang relatif pendek, risikonya besar, tetapi kalau sukses pengelolaannya akan memberikan sumbangsih cukup besar. Jika ada kendala teknis yang berpotensi menghambat sistem, segera lakukan langkah perbaikan dan percepatan. Dengan catatan, urgen terkait bisnis utama yang kita kelola, tidak ada konflik kepentingan di dalamnya” kata alumnus Faklutas Hukum Universitas Padjadjaran ini.
Pada sesi perkenalan, Ryanto lebih banyak mengekspose model-model masalah, filosofi, dan cara mencari solusinya. Dukungan terhadap setiap pimpinan unit untuk berani mengambil risiko itu disampaikan mengingat pada industri gula sangat dibutuhkan kecepatan untuk mengejar momentum. Sebab, kata dia, satu komponen saja dalam sistem pabrik terjadi kerusakan dan tidak segera mendapat penanganan, akibatnya sangat fatal.
Pada aspek kebijakan, Ryanto menyoroti tentang pentingnya roadmap perusahaan. Dia kilas balik ke perusahaan perbankan di mana ia pernah berkarir 29 tahun, apa yang terjadi dan keadaan bank yang kini menjadi bank pelat merah nomor wahid di Indonesia ini disusun roadmapnya 15 tahun yang lalu.
“Untuk diketahui, saya berkarir di Bank BNI selama 29 tahun sebelum masuk ke PTPN VIII empat tahun lalu. Terakhir, saya Kepala Wilayah BNI Sumbagsel yang membawahi Sumsel, Lampung, Bengkulu, Jambi, dan Babel. Apa yang diraih BNI saat ini adalah buah dari grand design 15 tahun lalu. Oleh karena itu, saya ingin PTPN VII harus punya roadmap itu agar bisa satu visi,” kata dia.
“Kalau soal teknis, bapak-ibu pasti lebih jago. Saya percaya dengan kemampuan bapak-ibu. Saya hanya ingin menekankan bahwa bekerja itu harus sistematis, smart, dan terukur. Dan untuk bisa mencapai itu, kita harus mencintai pekerjaan, menjalankan dengan ikhlas, dan niatkan sebagai bagian dari ibadah.”
Usai briefing dengan manajemen, Ryanto menginspeksi kebun tebu di beberapa blok. Dalam beberapa kali berhenti untuk mengecek tanaman, Ryanto terlihat cukup puas dengan pertumbuhan tanaman. Ia sempat menyapa beberapa pekerja dan mengajak foto bersama. Satu pesan yang dia wanti-wanti, yakni agar menjaga kebun jangan sampai terjadi kebakaran.
“Saya dengar di sini rawan kebakaran. Saya minta tolong dijaga dengan ketat dan segera laporkan jika melihat terjadi kebakaran,” kata dia.
Meski menjelang magrib, Ryanto juga menyempatkan meninjau pabrik yang rencananya akan mulai giling pada 3 Mei 2021. Ia juga sempat memberi pesan melalui video untuk memberi dukungan untuk melaksanakan giling 2021 dengan sukses, berkah, dan gemilang.
Pada sambutan selamat datangnya, Direktur PT BCN Putu Sukarmen menggambarkan kondisi PT BCN, dari sejarah, kinerja, hingga prosepeknya. Ia menjelaskan, secara umum dua kebun dan dua pabrik gula yang dikelola PT BCN sudah siap melaksanakan giling musim 2021.
“Kami mohon doa kepada semua insan PTPN VII dan PT BCN untuk memulai giling di PG Cintamanis pada Kamis, 3 Juni 2021. Sedangkan untuk PG Bungamayang direncanakan tanggal 15 Juni. Sekali lagi, mohon doa dan dukungannya,” kata pria bali kelahiran Lampung tengah ini. (HUMAS PTPN VII)