Lampung Selatan : Komisi IV DPRD Lampung Selatan (Lamsel) menilai kesiapan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bob Bazar Kurang maksimal dalam menangani kasus pasien Covid-19 yang akhir-akhir ini terus meningkat.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komisi IV DPRD Lamsel, A. Benny Raharjo saat memimpin Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan pihak RSUD setempat, Senin, (25/01/21).
Dalam RDP itu, Komisi IV meminta pihak RS untuk segera menambah kapasitas tempat tidur di ruang isolasi dan tenaga medis, mengingat kasus pasien Covid-19 di Lamsel berdasarkan Sumber Surveilanss Imunisasi (SSI) masih terus meningkat, bahkan ditetapkan sebagai Zona Merah.
Selain itu pihak RSUD juga diminta untuk menambah tenaga medis, mengingat keterbatasan tenaga medis di RSUD Bob Bazar dan segera dikonsultasikan dengan BKD Lamsel.
Disisi lain, alat Rapid tes sebaiknya dipisahkan mana yang diperuntukan bagi tenaga medis yang ada di RSUD Bob Bazar, dan untuk pasien yang ada di IGD.
Pihak RSUD juga diminta untuk ketransparansian tentang pasienn Covid-19 yang meninggal dunia serta untuk mensosialisasikan programm 3M harus terstruktur dengan melibatkan instansi-instansi terkait.
“Juga perlu adanya pelatihan pemulasaran untuk masyarakat yang akan menjadi relawan, harap dijadikan program di instansi terkait,” bebernya.
Sementara itu, Direktur RSUD Bob Bazar, Dr. Nana mengatakan, RSUD Bob Bazar adalah salah satu dari empat RSUD di Lampung yang ditunjuk oleh Kementrian Kesehatan sebagai RS rujukan pasien Covid-19 yang ada di Lampung.
“Setelah ditunjuk sebagai salah satu Rumah Sakit rujukan pasien Covid-19, pihak RSUD Bob Bazar segera mempersiapkan ruang isolasi bagi pasien Covid. Sampai dengan saat ini ruang isolasi yang ada di RSUD Bob Bazar terdiri dari 6 kamar yang memiliki tiga puluh dua tempat tidur, dan saat ini RSUD Bob Bazar memiliki tempat pemakaman khusus untuk pasien Covid, pemakaman tersebut terletak di Desa Gunung Terang yang luasnya 6.800 Meter,” kata dia saat RDP dengan Komisi IV DPRD setempat.
Dikatakan kendala yang dihadapi RSUD Bob Bazar saat ini akibat terus meningkatnya jumlah pasien Covid-19, sejak bulan Oktober sampai dengan saat ini adalah ketersediaan tempat tidur di ruang isolasi.
“Karena di bulan Oktober 2020 jumlah pasien diruang isolasi berjumlah 29 pasien, dan di bulan desember meningkat jumlahnya yakni 69 pasien, dan di bulan Januari terjadi penambahan pasien sebanyak 40 pasien,” paparnya.
Menurutnya dengan terpaparnya tenaga medis yang ada di RSUD Bob Bazar, sehingga formasi tenaga medis di RSUD Bob Bazar harus diatur kembali untuk melakukan pelayanan-pelayanan pasien Covid dan pasien umum yang ada di RSUD Bob Bazar.
“Sedangkan habisnya alat kesehatan yaitu rapid anti body di RSUD Bob Bazar. Sedangkan berdasarkan SOP IGD di RSUD Bob Bazar setiap pasien yang masuk IGD harus dilakukan screning awal yaitu tes Rapid sebab apabila hasil rapid menunjukan reaktif maka pasien tersebut akan segera dipisahkan dari pasien-pasien yang non reaktif,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, Komisii IV DPRD menyebut ruang isolasi yang ada di RSUD Bob Bazar memang tidak sesuai jika maksimal hanya bisa menampung 32 pasien.
Bagi para pasien Covid khusunya Orang Tanpa Gejala (OTG) yang melakukan isolasi mandiri dirumah, sebaiknya diberikan perhatian dari pihak RSUD Bob Bazar, contohnya dengan mengecek keadaan dan perkembangannya, menyarankan konsumsi makanan peningkat imunitas, serta membawa obat-obatan yang dibutuhkan.
“Sedangkan berkaitan dengan adanya beberapa tenag medis di RSUD Bob Bazar yang terpapar Covid-19 yang mengakibatkan kekurangan tenaga medis dan berdampak pada penataan ulang management pelayanan di RSUD Bob Bazar itu, sebenarnya pihak Kemementrian Kesehatan dalam keadaan darurat sperti ini sudah melakukan kemudahan kepada Rumah Sakit dalam merekrut tenaga medis dengan dapat mempekerjakan tenaga kesehatan perawat yang belum memiliki surat keterangan registrasi,” kata Benny.
Menurutnya alat Rapid tes itu sebaiknya diprioritaskan untuk pasien yang baru masuk IGD karna kaitannya dengan proses screning awal pasien, Jangan diprioritaskan untuk tenaga medis yang ada di RSUD Bob Bazar sehingga berdampak pada ketersediaan alat rapid tersebut dan untuk pasien yang sedang menunggu hasil Swab dan meninggal dunia.
“Sebaiknya diberikan data-data pendukung atau keterangan hasil tes Rapit Antigen bagi pihak keluarga. Hal tersebut untuk mencegah opini masyrakat bahwa pihak RSUD Bob Bazar sengaja mengcovidkan pasien,” ujar politisi dari fraksi Golkar itu.
Benny menambahkan untuk programm 3M harus digalakkan di masyarakat, di setiap Kecamatan dengan melibatkan Dinas Kesehatan, tokoh masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat, karena selama ini pihak dari RSUD Bob Bazar belum ada upaya yang terstruktur dalam untuk menggalakan program tersebut” imbuhnya. (Eko)