Bandarlampung–Melalui hari-hari dalam ruang isolasi tentu bukan hal yang mudah bagi Supriyadi Hamzah.
Kebiasan berjumpa, tegur sapa, dan bercengkrama dengan rakan serta keluarga terpaksa harus terhenti sejenak. Covid-19 menjadi penyebabnya.
Ketua Fraksi Partai Golkar, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Lampung itu, terkonfirmasi positif covid-19 pada Minggu (13-12-2020).
Kabar itu, pertama kali dihembuskan oleh Sekretaris Partai Golkar Provinsi Lampung, Ismet Roni, ketika dikonfirmasi, Senin (14-12).
Doa dan harapan tercurah, untuk kesembuhan Supriyadi, dan sang istri Nurtiti, yang juga terkonfirmasi covid-19, kala itu.
Kini, Supriyadi Hamzah dan sang istri berhasil melalui masa sulitnya, ketika terpapar virus dari Wuhan, Cina tersebut.
Legislator asal daerah pemilihan (Dapil) IV Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus dan Pesisir Barat itupun sudah beraktivitas sepert biasanya, ngantor di Gedung DPRD Lampung.
Kondisinya terlihat sudah sangat sehat, bahkan wajahnya tampak bugar. Meski sekarang umurnya sudah tidak muda lagi.
“Alhamdulillah sekarang sudah sehat. Sudah ngantor dari Kamis pekan lalu,” ucap Bang Supriyadi —panggilan Supriyadi Hamzah—, seperti dilansir harianmomentum.com, saat turun dari lantai II Gedung DPRD Lampung, Senin (18-1-2021).
Sambil berjalan menuju pintu keluar gedung bertingkat III itu, Supriyadi menceritakan pengalamannya ketika terpapar covid-19.
Tiga hari pertama menjalani perawatan di rumah sakit (RS) menjadi masa tersulit bagi pria kelahiran Lampung Utara, 29 Oktober 1951 itu.
“Saya dirawat di RS dua minggu. Tiga hari di RS Bintan Amin. Setelah tiga hari itu kondisi sudah mulai aman. Karena selama di RS-kan mendapat infus. Sedangkan beberapa hari sebelumnya (sebelum dirawat), saya itu malas makan,” tuturnya.
Meski sudah mulai membaik, namun kondisinya ketika itu masih lemas. Hingga pada hari ketiga, Supriyadi dirujuk ke RS Abdul Moeloek.
“Di Abdul Moeloek itu, dua hari pertamanya saja yang masih lemas. Setelah dua hari disitu, sudah segar,” ucapnya.
Selama Supriyadi menjalani isolasi sekaligus perawatan di RS, ada informasi yang menyebut kondisi kesehatannya dalam keadaan kritis.
Bahkan ada status di jejaring sosial yang menyatakan Supriyadi butuh darah dari pasien yang telah sembuh dari paparan covid-19 (punya imunitas).
“Ada informasi seperti itu saya heran juga. Padahal kondisi saya sudah membaik, saat dibawa ke RS Abdul Moeloek,” jelasnya.
Lebih lanjut Supriyadi membeberkan, selama menjalani perawatan, ada beberapa upayanya dalam rangka mencapai kesembuhan.
Diantaranya rajin membersihkan saluran pernafasan yang menjadi tempat masuknya virus. “Saya rajin kumur-kumur dengan betadine,” ujarnya.
Obat kumur betadine itu juga digunakannya untuk membersihkan rongga hidung. Caranya cukup mudah.
“Celupkan saja jari kita ke betadine itu, terus masukkan ke hidung. Diratakan. Itu bagus juga. Kalau-kalau ada virus, Insya Allah dia mati,” papar Supriyadi, mencontohkan cara konsumsinya.
Tak cukup disitu, dalam masa isolasi Bang Supriyadi juga rutin minum air hangat.
“Ada juga itu tipsnya, minum air teh hangat yang dicampur beberapa tetes minyak kayu putih. Itu ada yang sembuh. Jadi kalau virusnya sudah ditenggorokan atau lebih dalam lagi, bisa mati kena itu,” katanya.
Meski kini sudah sembuh dari covid-19, namun rutinitas tersebut masih dilakoni Supriyadi, begitupun dengan keluarganya.
“Kita inikan tidak tahu, orang yang dihadapan kita sehat atau tidak. Virus inikan bisa dari mana saja. Maka kita harus usaha,” ucapnya.
Terpenting juga, saran Bang Supriyadi, jangen malas makan. Upayakan makan-makanan sehat dan bergizi.
“Kalau kita ini hidup senang, makan teratur Insya Allah sehat. Saya itukan waktu awal-awal sakit, dropnya (yang memperparah, red) karena malas makan. Lainnya tidak ada masalah. Penciuman normal, semuanya normal,” bebernya.
Setelah dua pekan menjalani masa isolasi, Bang Supriyadi dan istri dinyatakan sembuh dari covid-19. Swab menunjukkan hasil negatif.
Meski telah sembuh, namun pengalaman terpapar covid-19 melekat padanya. Menurut Bang Supriyadi, banyak hikmah dan pelajaran berharga yang dipetiknya dari peristiwa itu.
Salah satunya, pelajaran akan pentingnya penerapan 5M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan, serta mengurangi mobilitas.
Menurut dia, sebelum terpapar covid-19, penerapan 5M hanya dilakukan sebagai formalitas saja. Padahal rutinitasnya sebagai wakil rakyat cukup padat.
“Kita inikan terkadang pakai masker karena tidak enak dengan orang lain. Belum sepenuhnya sadar, bahwa itu penting. Apalagi rongga pernafasan inilah yang harus dijaga benar,” kata Supriyadi, sambil sesekali membenahi masker diwajahnya yang turun ketika berbicara.
Kondisi ketidaksadaran tersebut, menurut Supriyadi, masih banyak menjangkit rekan-rekan sejawatnya.
Meski demikian, ada beberapa sosok yang dianggap Bang Supriyadi sangat patuh dengan penerapan protokoler kesehatan (prokes).
“Kalau di Fraksi Golkar, yang bisa dijadikan contoh itu Ismet Roni dan Darlian Pone. Mereka itu ketat prokesnya. Tidak lepas pokoknya,” ungkapnya.
Ismet dan Darlian, kata Supriyadi, tidak pernah lepas dari handsanitizer.
“Contoh Darlian Pone itu, bentar-bentar semprot handsanitizer. Tapi itulah yang benar. Kalau mau dicontoh seperti mereka itu,” imbaunya.(**)