Bandarlampung–Dunia aktivis yang digeluti ketika mengenyam pendidikan di Universitas Lampung (Unila) menjadi bekal tersendiri bagi Vittorio Dwison.
Aksi demo, boleh disebut jadi makanan keseharian pria kelahiran 24 September 1979 itu. Apalagi ketika menjabat Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila tahun 2000-an.
Jika bisa berkata-kata, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Lampung pasti sudah menyapanya ketika Vittorio menginjakkan kaki di gedung itu.
Sebab, sudah berulang kali Vittorio dan rekan-rekan mahasiswanya menggelar aksi, memperjuangkan suara rakyat di gedung para legislator.
Masa itu sudah berlalu. Kalau dulu dia mendomo, kini Vittorio harus siap didemo.
Sebab sekarang, Vittorio telah sah menjadi Anggota DPRD Provinsi Lampung dari daerah pemilihan (Dapil) VII, Kabupaten Lampung Tengah.
Vittorio menggantikan Ahmad mufti Salim (pergantian antar waktu), yang mengundurkan diri karena maju Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Metro, tahun 2020.
“Dua puluh tahunan lalu saya aktivis, kerjaannya demo dan diskusi ke sini di tahun 2000-an,” kata Vittorio saat ditemui di ruang fraksi PKS DPRD Lampung, seperti dilansir harianmomentum.com, Senin (11-1-2021).
Saat ditanya sudah berapa kali menggelar demo di gedung dewan, Vittorio sudah tak mengingat jumlah pastinya.
“Waduh, kalau aksi sudah tidak terhitung lagi. Pokoknya kalau dulu kita (mahasiswa, red) kompak. Isu lokal maupun nasional kami kritisi ke gedung ini,” tuturnya.
Pasca menyelesaikan studi Ilmu Pemerintahan di Unila, sekitar 2004, Vittorio mulai melirik jalur politik.
“Waktu itu saya anggap PKS yang paling memenuhi kriteria idealnya sebuah partai politik (parpol). Maka habis wisuda, saya gabung di PKS,” jelasnya.
Tak terasa, sudah 16 tahun Vittorio mengabdi sebagai pengurus PKS. Beberapa jabatan penting di Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Lampung sudah pernah dipegangnya.
“Periode lalu saja menjabat Wakil Sekretaris Umum DPW. Untuk periode ini, mendapat amanah sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Daerah PKS Lampung Tengah,” sebutnya.
Tidak hanya jabatan di kepartaian. Vittorio juga sudah pernah menjadi staf ahli Fraksi PKS DPRD Lampung.
Sebelumnya, beberapa jabatan yang berkaitan dengan dunia legislatif juga pernah diamanahkan pada ayah dari lima orang anak itu.
“Dulu saya tim asitensi legislatif se-Lampung. Jadi PKS sempat punya DPW-nya, membuat tim untuk mendampingi semua dewan se-Lampung. Untuk memberi saran dan masukan ke anggota dewan,” tuturnya.
Berbekal pengalaman itu, Vittorio tidak asing dengan kinerja dewan, apalagi fungsi dan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat.
Meski kini sudah menjadi legislator, namun cara pandang Vittorio ketika menjadi aktivis kampus ternyata masih dibawa olehnya.
Dia memandang, saat ini masih banyak harapan masyarakt yang perlu dijawab oleh DPRD. “Masih banyak kinerja yang harus diperbaiki,” ujarnya.
Pembenahan kinerja DPRD, menurut Vittorio, butuh dorongan banyak pihak. Apalagi, fungsi legislatif berbeda dengan eksekutif, seperti halnya gubernur atau walikota.
“DPRD inikan kumpulan parpol, maka saya pikir, publik yang tidak boleh kasih kedor: pantau, tanya, desak, serta dorong DPRD dan Fraksi ini, agar benar-benar bekerja memperjaungkan suara rakyat,” imbaunya.
Namun, suasana kritis masyarakat saat ini sudah jauh berbeda dengan dulu. Ketika dia masih berjibaku dengan aktivis kampusnya.
“Kalau dulu banyak LSM, akademisi, dan mahasiswa yang bener-benar kompak mendorong suara rakyat ke pemerintah. Tapi sekarang, saya lihat sudah makin berkurang,” ungkapnya.
Meski demikian, Vittorio berkomitmen untuk tetap berjuang. Membawa aspirasi rakyat, demi kemaslahatan masyarakat Lampung tanpa pandang bulu.
“Kami di PKS diwanti-wanti untuk memperjuangkan suara rakyat. Mau yang memilih kita ataupun tidak. Intinya kita coba jalankan fungsi kita dengan baik,” ucapnya.(**)