Wali Kota Metro Paparkan Anggaran Penanganan Covid-19

Metro – Wali Kota Metro, Lampung, Achmad Pairin menjelaskan, jika dari anggaran yang disiapkan untuk penanganan virus corona Covid-19 Kota Metro sebesar Rp 46 miliar, tidak terpakai sesuai keperuntukannya. Maka, dana tersebut akan dikembalikan lagi ke kas anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).

Hal itu disampaikan Achmad Pairin dikarenakan adanya kesimpangsiuran penafsiran penggunaan dana yang telah disediakan tersebut, Selasa (12/5/2020).

Wali Kota Metro sebagai ketua Gugus Tugas penanganan covid-19 Kota Metro secara gamblang, jelas dan terarah dan sistimatis mengenai kondisi darurat dengan wabah corona tersebut.

Menjelaskan penggunaan APBD Kota Metro 2020 yang disiapkan untuk penanganan covid-19 sebesar Rp 46 miliar, Pairin secara terbuka menyebutkan dana tersebut memang dipersiapkan jika secara tiba-tiba munculnya kasus berkaitan dengan wabah Covid-19.

“Kita memang sudah menyiapkan anggarannya sesuai peraturan pemerintah pusat dalam rangka menangani wabah covid-19,” ujar Pairin.

Di antara anggaran yang sudah dipergunakan dari dana yang disiapkan antara lain rencana pembelian 10.000 buah alat rapid test. Dari rencana pembelian itu, Pemkot Metro sudah membeli alat rapid test sebanyak 500 buah dengan harga Rp800.000/buah.

Setelah membeli rapid test 500 buah tanggal 14 Maret 2020, Pemkot kembali merencanakan pembelian sebanyak 2.500 buah rapid test sebagai upaya menjaga-jaga kemungkinan terjadinya kasus tiba-tiba.

Kemudian, Pairin juga menjelaskan, penggunaan anggaran lainnya adalah mengadakan fasilitas ruang isolasi pasien covid-19 atau ruang karantika bagi orang yang dalam status ODP, dan status lainnya.

“Saat ini Metro sudah punya 22 ruang isolasi pasien covid-19 jika ada warga yang dinyatakan positif,” kata Pairin.

Ditambahkannya, dari 22 buah ruang isolasi pasien covid-19, itu tempatnya di luar Rumah Sakit Umum (RSU) A. Yani. Sedangkan di RSUD A.Yani sendiri sudah ada ruang isolasi penanganan pasien covid-19.

Penyediaan fasilitas ruang isolasi penanganan pasien covid-19 di luar RSUD A.Yani itu, anggarannya diambil dari dana yang disiapkan Rp46 miliar. Untuk satu ruang isolasi biaya sewanya tidak mahal hanya Rp150.000/ruang isolasi.

Dana tersebut ditambah lagi dengan dana konsumsi dan konsumsi rutin tenaga medis. Sebab, dari 22 ruang isolasi di luar RSUD A Yani yang disewakan Pemkot Metro, 2 ruang digunakan untuk tenaga medis.

Dana lain yang terus dikeluarkan adalah service 4 unit kendaraan ambulance. Yang setiap saatnya ke 4 unit ambulance itu harus benar-benar siap, jangan ada kemacetan sehingga akan menghambat penanganan wabah covid-19 di Kota Metro.

Mengenai ruang isolasi, baik yang ada di RSUD A.Yani maupun di luar menurut Walikota Pairin sudah diperhitungkan untuk masa ke depannya ruang isolasi tersebut, pola sterilisasi dan kemanfaatan lainnya.

Menyinggung pengadaan APD bagi petugas medis Kota Metro yang menangani wabah covid-19, dikatakan sedang dilakukan pemesanan baju APD (komplit) level 3 dengan jumlah 900 baju (@ Rp.1.000.000), sebab baju APD level 3 memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan APD level 2 atau  level 1.

“Baju APD itupun, dipergunakan saat ada pasien, penanganan pasien covid-19, penjemputan warga yang diduga tertulat wabah covid-19 dan sebagainya,” ungkap Pairin.

Ia menceritakan munculnya istilah baru saat pandemi covid-19 melanda sebagian besar Negara di dunia.

“Sekarang ini ada istilah Orang Dalam Perjalanan,” kata dia sembari menjelaskan, orang dalam perjalanan itu adalah seseorang atau lebih dari daerah lain dalam kondisi tidak sehat dan dirujuk ke rumah sakit di Metro atau tempat lain.

Dinas Kesehatan Kota Metro, saat ini juga sedang menangani seorang warga OKU dalam status Orang Dalam Perjalanan bersama warga lainnya sebanyak 2.214 orang dan warga OKU itu dirawat di RSUD A Yani.

Sedangkan warga berstatus ODP di Kota Metro saat ini berjumlah 5 orang yang diantaranya terdapat 1 orang anak kecil. Oleh karenanya urai walikota Pemkot Metro senantiasa siap menghadapi apapun berkaitan wabah covid-19.

“Kalau memang dana kita ada, saya maunya ditambah lagi. Toh dana itu, jika tidak terpakai karena nggak ada kejadiannya, akan dikembalikan lagi ke kas APBD,” tegas Pairin.

Yang terpenting, himbau walikota dengan adanya perkembangan gejala penyebaran covid-19 masih berlanjut dan ada pasien tanpa gejala. Apalagi, tidak setiap hari kondisi badan seseorang itu bagus.

Untuk itu, selaraskan 3 (tiga) hal, agar semuanya dapat ditanggulangi. Ketiga hal yang harus diselaraskan itu adalah pembangunan, pemerintahan, dan pengabdian masyarakat. (Bams)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *