MESUJI — Di tengah-tengah kesibukannya dalam menjalankan tugas sebagai guru di SMAN 1 Kalianda, Lampung Selatan pria yang memiliki nama lengkap Riswo, ini kembali merilis novel terbarunya yang berjudul ‘Ketika Cinta Menabrak Dinding Tuhan’.
Mantan kepala SMA Negeri 2 Way Serdang dan SMA Negeri 1 Panca Jaya Kabupaten Mesuji, Lampung yang juga mantan wartawan SKH Lampung Ekspres Plus ini masih konsisten menulis, walaupun Ia telah pindah tugas dari Kabupaten Mesuji ke Lampung Selatan.
Ini adalah novel ketiganya yang ia lahirkan setelah sukses dengan novel pertamanya, ‘Ketika Meniti Pelangi’ dan novel keduanya yang berjudul , ‘Tumbal Pesugihan’.
Kepala SMAN 1 Kalianda Agus Nardi mengaku gembira dan mengapresiasi hasil karya Riswo, sebab karyanya dapat menginspirasi bagi anak didik di sekolahnya.
“Karya Pak Riswo ini sejalan dengan gerakan literasi yang sedang kami galakan di sekolah. Mudah-mudahan ini akan menambah geliat membaca bagi anak didik kami,” paparnya.
Sedangkan menurut Riswo, novel ‘Ketika Cinta Menabrak Dinding Tuhan’ ia persembahkan khusus untuk masyarakat Lampung Selatan dalam mendukung gerakan literasi di Lampung dan di Indonesia. Di mana dalam survey yang dilakukan oleh world Culture Index Score pada tahun 2018, kegemaran membaca masyarakat Indonesia menempati ranking ke-17 dari 30 negara, yang sebelumnya hanya menempati ranking ke-60 dari 61 negara.
“Novel setebal 186 halaman ini berkisah tentang Firman anak miskin yang punya mimpi besar ingin menjadi orang sukses. Cita-citanya untuk melanjutkan sekolah, terhalang oleh himpitan ekonomi. Kedua orang tuanya baru akan mendukung Firman namun dengan satu syarat Ia dilarang jatuh cinta.
Namun siapa dinyana, Firman justru bertemu dengan Ni Made Putri Astuti, gadis Bali berparas cantik yang telah membuatnya jatuh cinta. Keduanya pun menjalin hubungan asmara dengan latar perbedaan agama,” jelas Riswo mengisahkan isi Novelnya, Sabtu (28/12/2019).
Sastrawan ini kembali mengisahkan, dalam perjalanan asmaranya, mereka terhalang oleh dinding besar yang tak mampu mempersatukannya. Akhirnya mereka pun memutuskan berpisah dan berusaha untuk saling melupakan.
Setelah berpisah, Firman selalu dibayang-bayangi wajah Putri yang membuat hatinya sangat tersiksa. Ia pun memutuskan untuk mencari Putri di seluruh sudut kota di Lampung dan Pulau Jawa. Namun Putri raib bagai ditelan bumi, hilang entah ke mana. Tujuh tahun kemudian Firman datang ke rumah Putri dan bertemu dengan Pak Wayan ayahnya. Betapa hancurnya Firman mendengar Putri telah menikah dengan Nyoman. Dengan perasaan hancur Ia pulang sambil menangis, dan dengan berat hati berusaha untuk melupakan Putri.
Kini Firman telah menjadi seorang guru, dan mendapat tugas ikut Study banding ke Negeri Seribu Larangan. Saat di bandara, tanpa sengaja Firman bertemu dengan Putri setelah dua puluh sembilan tahun lamanya mereka berpisah. Di Singapura mereka memanfaatkan pertemuannya itu untuk saling melepas rindu. Namun baru saja bertemu, mereka harus kembali berpisah untuk selama-lamanya. Karena saat berada di Lampung, Firman menjadi salah satu korban Tsunami Selat Sunda.
“Bagaimanakah nasib Putri setelah tahu Firman menjadi korban Tsunami Selat Sunda ? Baca kisah selengkapnya di novel ‘Ketika Cinta Menabrak Dinding Tuhan,” pungkasnya.(Di)