MESUJI – Verna Lafifatus Syifa (11) siswi kelas V Madrasah Ibtidaiyah (MI), Yayasan Nurul Amin, Dusun Pasir Intan, Sungai Badak, Mesuji, Lampung berhasil menjuarai ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) matematika tingkat MI Mesuji pada 20 juli 2019 lalu, yang diikuti seluruh MI, MA dan MTS se-Mesuji.
Gadis cilik yang akrab disapa, Syifa putri tunggal pasangan Imam Mujahid dan Indriya Dewi Safitri itu membuktikan kepada publik bahwa, meski dirinya menuntut ilmu di sekolah yayasan yang berbasis ilmu agama, tidak menghalanginya untuk bisa berprestasi dan bersaing dalam mata pelajaran umum dengan sekolah negeri yang lebih maju dan lengkap sarana-prasarananya.
Atas keberhasilannya itu, Syifa bersama 17 anak lainnya dari MI, MA dan MTS se-Mesuji, pada Rabu (14/08/2019) diberangkatkan untuk mewakili Kabupaten Mesuji di ajang KSM tingkat Provinsi Lampung yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Agama Provinsi Lampung, tepatnya di MAN 1 Bandar Lampung.
Ya. Ini bisa menjadi referensi sebab Ketidakmampuan bukan menjadi masalah besar untuk meraih prestasi setinggi langit. Latar belakang keluarga yang tidak mampu sepertinya bukan alasan untuk tidak berpikir positif dan mewujudkan apa yang dicita-citakan.
Kepala Yayasan Nurul Amin, M. Tugiman mengaku sangat bangga dengan prestasi yang diraih salah satu anak didiknya itu. Dia pun berharap adanya perhatian pemerintah pusat, provinsi, maupun daerah, untuk dapat membantu siswa-siswi berprestasi yang kurang mampu.
Tugiman pun tak menampik, kondisi ekonomi wali murid Syifa yang berprofesi sebagai buruh tani tidak menghalangi muridnya berprestasi. Di samping itu, kondisi sekolah yayasan yang dipimpinnya juga memang masih banyak kekurangan, seperti fasilitas meja dan kursi belajar anak-anak yang sudah mulai banyak rusak, serta belum adanya gedung perpustakaan tidak menghalangi niatnya untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa di kabupaten setempat..
Tugiman menceritakan sekolah yang berdiri tahun 1992 itu, kini memiliki murid sebanyak 118 siswa-siswi yang terbagi menjadi enam kelompok belajar, dan dengan dibantu tujuh orang tenaga pengajar dan semuanya merupakan guru honorer yang gajinya hanya mengandalkan dari dana bantuan operasional sekolah (BOS).
Tugiman tetap optimis muridnya tidak akan kalah bersaing dan mampu mengharumkan nama Mesuji di tingkat Nasional.
“Kami berharap, pemerintah dapat lebih memperhatikan siswa-siswi berprestasi yang kurang mampu, jangan sampai mereka putus sekolah. Sebab, mereka inilah generasi penerus bangsa yang kelak akan membangun daerah sebagai pengganti kita di masa yang akan datang,” pungkasnya (Di)