Menciptakan Pemilu 2024 yang Aman dan Damai

Oleh Fariza Novita

Pada Pemilu serentak 2019 telah meninggalkan banyak cerita duka yang dimuat di berbagai media cetak maupun elektronik.

Banyak masyarakat yang kurang paham politik pun ikut memberikan komentar yang belum jelas kebenarannya atau dikenal dengan kata Hoax.

Secara nasional pada pelaksanaan Pemilu serentak 2019 tak jarang juga adu argumen bahkan caci maki antara pendukung salah satu Paslon yang bisa kita lihat di berbagai media sosial seperti grup whatsapp, line, twitter, ig dan facebook, banyak konten Hoax yang sudah menyebar tanpa kita ketahui kebenarannya.

Sangat menyedihkan ketika pesta demokrasi lima tahun sekali yang diselenggarakan untuk mendapatkan pemimpin serta wakil rakyat dicoreng oleh pihak–pihak yang tidak bertanggung jawab, yang hanya ingin mencurahkan isu–isu politik yang memang tidak dipahami.

Slogan Bhinneka Tunggal Ika, serta norma-norma Pancasila sepertinya hilang bak ditelan bumi hanya karena ingin mendukung salah satu Paslon agar bisa menang dan mendapatkan suara pada Pemilu serentak 2019. Alat keamanan negara seperti TNI dan Polri pun tidak luput dari caci maki bahkan Hoax yang menyudutkan serta menyalahkan pihak tersebut. Tapi hal itu bisa sesegera mungkin dijelaskan oleh masing-masing pimpinan TNI dan Polri bahwa mereka netral, tidak ada Paslon yang mereka dukung. Mereka tetap bekerja sesuai prosedur tanpa memihak kepada siapapun.

Sikap tegas Kapolri Jendral Tito Karnavian pun diakui sangat tanggap dalam menyikapi Hoak yang seperti menghantui masyarakat awam pada umumnya.

Begitu juga terhadap penyelenggara dan pengawas pemilu, hampir setiap hari sampai menjelang pengumuman bahkan pasca pemilu masih juga diselimuti isu-isu yang sepertinya sengaja dibuat untuk memecah belah persatuan dan kesatuan di negeri Indonesia yang kita cintai ini.

Dalam hal ini pun para elit–elit politik diharapkan dapat membantu menciptakan suasana yang aman, kondusif demi terciptanya pesta demokrasi yang aman serta selalu mengedepankan slogan Bhinneka Tunggal Ika demi terciptanya pemilu yang aman dan damai.

Banyak elemen masyarakat di beberapa daerah melakukan aksi menyampaikan pendapat di muka umum untuk menolak hasil putusan KPU RI tanggal 21 Mei 2019.

Banyak isu mengatakan KPU dan Bawaslu tidak bisa bekerja dengan baik, bahkan ada yang mengatakan bahwa penyelenggara telah berbuat curang dengan menggelembungkan suara salah satu Paslon.

Bahkan sampai terjadinya demontrasi anarkis yang terjadi pada tanggal 21 – 22 Mei lalu hingga menelan korban yang diduga disponsori oleh pihak–pihak yang menginginkan terjadinya kerusuhan dan tidak bertanggung jawab.

Kedepan kita berharap Pemilu bisa kondusif,tidak ada isu–isu di luar nalar kita, karena pada hakikatnya suara rakyat itu suara Tuhan. Jangan sampai dipecah belah oleh perbuatan serta oknum yang tidak bertanggung jawab, kita percayakan saja kepada pihak pengawas dan penyelenggara Pemilu yaitu Bawaslu dan KPU bahwa mereka sudah bekerja secara profesional dan sesuai prosedur.

Untuk menjaga perdamaian dan persatuan merupakan bagian dari nilai — nilai luhur yang ada pada Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa.
Pemilu sudah semestinya menjadi sebuah proses demokrasi untuk memperkuat legitimasi bangsa Indonesia.

Bukan memanfaatkan Pemilu untuk mendahulukan kepentingan seseorang atau sekelompok orang yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia yang kita cintai.
Masyarakat juga harus tahu dan bisa menilai jika pemilu ialah pesta demokrasi sebagai bentuk untuk dapat memperkuat tali persaudaraan kita, walaupun berbeda– beda tapi tetap satu. Karena negara kita negara demokrasi, yang mana Indonesia adalah negara yang selalu menjungjung tinggi nilai-nilai agama, dan budaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *