Ibu Saldah Potret Kemiskinan di Pesawaran

Pesawaran  – Kadang makan kadang tak makan, begitu lah keadaan ekonomi Ibu Saldah (60) seorang buruh Sampu Lidi warga Way Tabu Desa Cilimus Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran

Sehari-hari keluarga yang tinggal di rumah yang berdinding geribik yang sudah reot ini hanya mengandalkan sapu lidi yang ia jual, bahkan untuk makan saja kadang kala mengharap belas kasih tetangga jika dagangan tak laku

“Kalau sehari hasil jualan cukup beli beras setengah Kg aja,” ungkap Saldah, di kediamannya saat dikunjungi Pemuda Teluk Pandan dan KWRI pascamemberikan paket sembako dan uang santunan, Minggu (26/5/2019)

Sehari-hari Ibu Saldah ini mengaku berjuang untuk menghidupi lima anggota keluarganya dengan berjalan kaki berjualan dari Desa Cilimus ke Pasar Cimeng Bandar Lampung, sementara sang suami tak dapat bekerja lagi lantaran menderita sakit dan sudah lanjut usia

Saldah mengungkapkan dalam satu ikat Lidi ia tawarkan seharga Rp10 ribu kepada pembeli, dan jika terjual keuntungan ini dibagi dua dengan pemilik sapu lidi. Namun berbeda hal jika dagangan tak laku, iapun harus rela pulang dengan tangan hampa.

Saldah juga mengungkapkan selama menjalani kesulitan hidup tersebut keluarganya belum tersentuh  bantuan apapun dari pemerintah kecuali Raskin.

“Enggak pernah tidak pernah dapat bantuan (PKH), anak saya juga yang sekolah di SDN 10 Teluk Pandan juga gak dapat bantuan,” ungkap Saldah .

Sementara itu Titi (40) tetangga Saldah mengaku kasian dengan kesulitan hidup yang dijalani keluarga Saldah

Namun begitu ia mengaku tak dapat berbuat banyak untuk membantu tetangganya, lantaran keluarga dia juga tergolong tak punya.

Belum lama ini ia bahkan harus berhutang agar mendapat program bedah rumah tahun 2019 sebesar Rp 500 ribu, sebab diminta oleh pihak desa sebagai syarat dapat bantuan program

“Katanya kalau mau dapat bantuan bedah rumah kudu buat sporadik biayanya Rp500 ribu. Jadi ya saya pinjam sodara karena kami juga enggak ada uang,” tandas Titi sembari menceritakan penghasilan suami merupakan buruh nelayan.

Artikel ini sudah tayang di Sakanews.vom berjudul ‘Miris Satu Keluarga Hidup di Gubug Reot, Andalkan Makan Sehari dari Sapu Lidi’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *