BANDAR LAMPUNG–Direktur Utama PTPN VII M. Hanugroho memberi motivasi kepada 150 pelajar SMA/SMK se Bandar Lampung, di GSG PTPN VII, Rabu (23/1/19). Oho, sapaan akrabnya, mengisi satu sesi pada Workshop Literasi Digital Jurnalisme Warga dan Konten Positif yang digelar GNFI, Ijilampung, dan PTPN VII. Acara juga didukung Bank Indonesia, Pelindo II Panjang, Askrindo, dan beberapa sponsor.
Mengawali materinya, M. Hanugroho lahir dan sekolah sampai SMA Gisting ini bercerita masa kecil hingga remaja di kampungnya. Sebagai anak guru SD, kata pria kelahiran 27 April 1972 ini, faktor kedisiplinan berpikir menjadi pertaruhan keluarganya dalam menyiapkan anak-anaknya.
“Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi masa depan itu bisa dirancang sebagai suatu ikhtiar. Da, pada akhirnya, hak prerogtaifnya ada pada Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Bagaimana cara merancangnya? Kita harus optimistis dengan cita-cita, dan tidak boleh ragu dalam memperjuangkannya,” kata direktur bergaya milenial itu.
Selain itu, kata pria masuk SMA di SMAN Talangpadang tetapi lulus SMA Muhamadiyah Gisting ini, yang terpenting setiap kita harus memiliki believe, keyakinan dapat meraih mimpi kita.
Acara yang dikemas nonformal itu mendapat sambutan antusias dari peserta. Interaksi antara pemateri dengan para siswa berlangsung sepanjang sesi.
Pada sesi awal, Wahyu Aji dari GNFI memberi orientasi tentang pemanfaatan media sosial di era digital dengan bijak. Lalu, Sudarmono, seorang penulis buku dan konsultan media memberi wawasan tentang bagiamana membuat tulisan yang menarik minat baca.
Sesi lainnya, Kepala Cabang PT Pelindo II Panjang (Indonesian Port Corporation) memberikan wawasan tentang kondisi Pelabauhan Panjang yang telah menjadi pelabuhan internasional. Sedangkan Tita Sylfia, Asisten Manajer Bank Indonesia Wilayah Lampung mensosialisasikan soal era uang digital. Sedangkan Askrindo mengenalkan produk asuransi yang juga telah memasuki era digital dengan berbagai fitur canggihnya.
Di hadapan anak-anak milenial, M. Hanugroho tampak antusias berinteraksi. Respons anak-anak yang sangat dinamis seperti menggugah Oho untuk menyiapkan generasi mendatang lebih maksimal mendapat sentuhan motivasi. Lebih dari 10 pertanyaan dari siswa dijawab dengan penuh inspirasi.
Tentang respons anak-anak yang amat baik, Oho mengaku surpised.
Ia mengisahkan, pengalaman menjadi leader di beberapa perusahaan, ia mengaku mendapatkan banyak staf lulusan perguruan tinggi terkemuka dengan kemampuan yang sangat baik. Namun, kata mantan Direktur Komersil PTPN X (Jawa Timur) itu mengaku, kemampuan komunikasinya rata-rata di bawah standar.
“Sebagai leader, saya selalu berupaya mengkader staf. Setiap kali saya harus presentasi, saya hanya buka dan dilanjutkan oleh staf. Itu saya paksakan. Sebab, kalau tidak, mereka akan sulit mempunyai self confidence,” kata dia.
Di akhir sesi, Oho mengundang delapan siswa tampil ke depan untuk menguji nyali dengan pertanyaan dan diskusi di depan publik. Ia mengaku, berbicara di depan orang banyak harus dilatih sejak dini. Dengan demikian, kata dia, generasi ke depan menjadi human capital yang bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga menguasai keadaan.
Pelatihan dengan target utama membimbing anak-anak milenial bijak menggunakan media sosial ini diakhiri dengan tugas menulis konten positif. Panitia mewajibkan setiap peserta untuk menulis apa yang ditangkap dari rangkaian acara hari itu, untuk kemudian diunggah di medsos pribadi yang ditembuskan ke akun-akun medsos PTPN VII, GNFI, IPC Lampung, dan lainnya.
Sri, salah seorang guru pendamping dari SMAN 10 Bandar Lampung sangat mengapresiasi acara itu. Guru Bimbingan dan Penyuluhan (BP) itu mengharapkan agenda kampanye pemuatan konten positif seperi ini lebih sering dilakukan.
“Terus terang, saya sangat setuju dengan acara seperti ini. Sebab, kita tidak bisa membatasi apalagi mencegah anak-anak menggunakan gadget yang terhubung ke dunia global hampir tanpa batas. Cara satu-satunya adalah memberi wawasan komprehensif tentang bagaimana menggunakan teknologi itu. Sebab, teknologi itu ikut siapa yang memakai. Dipakai untuk baik, ya sangat baik. Dan sebaliknya,” dia.
(HUMAS PTPN VII)