Foto ist |
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) UIN Raden Intan Lampung hadirkan tokoh nasional yang juga pakar hukum tata negara, Prof Dr H Jimly Asshiddiqie SH, sebagai pemateri pada kuliah umum yang dihelat di GSG UIN, Rabu (26/9/2018). Kuliah umum ini diikuti sekitar 1000 mahasiswa baru FDIK tahun akademik 2018/2019.
Rektor UIN Prof Dr H Moh Mukri MAg mengaku bahagia dengan kehadiran salah satu berpengaruh di Republik Indonesia. “Tentu dengan kehadiran beliau (Prof Jimly) dapat memotivasi, memprovokasi hasanah tentang kebaikan-kebaikan khususnya bagi masyarakat Lampung,” kata rektor saat menyampaikan sambutan di kuliah umum tersebut.
Prof Mukri pun berharap, agar wejangan, nasehat ataupun arahan dari Prof Jimly dapat diimplementasikan para mahasiswa dan peserta kuliah umum dengan harapan dapat menjaga dan mendorong bangsa ini menjadi lebih baik.
Kuliah umum ini mengusung tema peningkatan wawasan kebangsaan dan pendidikan karakter bagi mahasiswa. Selain mahasiswa, hadir juga sivitas FDIK, pimpinan UIN, dan sejumlah tokoh nasional maupun masyarakat Lampung.
Dalam paparannya, Prof Jimly menyampaikan bahwa kita saat ini untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.”Eranya saat ini sudah beda. Semua tergantung kita. Semua penuh ketidakpastian dan kegoncangan, maka disebutnya era destruktif,” katanya.
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2003-2008 ini berpesan kepada mahasiwa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. “Masa depan Indonesia ada ditangan saudara-saudara sekalian. Maka belajarlah dengan sungguh-sungguh, sebaik-baiknya, dan jangan buang2 waktu,” pesannya.
Terkait dengan kondisi bangsa saat ini, di tengah panasnya situasi politik, pakar hukum tata negara ini pun mengingatkan untuk tetap jaga persatuan dan keutuhan NKRI. Menurutnya, persoalan pemilu (pilpres, pilkada, dan pileg) itu urusan jangka pendek. “Urusan jangka panjang ini lebih penting seperti soal kebangsaan dan persatuan,” terangnya.
Prof Jimly mengaitkan peran fakultas dakwah dengan pembangunan karakter. “Untungnya fakultas ini bernama dakwah bukan tabligh. Kalau tabligh itu sepihak, komunikasinya sepihak. Tapi kalau dakwah itu mengajak, untuk semua. Komunikasinya dua pihak, dan dengan cara-cara yang baik,” terangnya.
Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini juga memberi arahan untuk merubah mindset dalam berdakwah. Menurutnya, dakwah tidak selamanya tabligh seperti khutbah jumat, tetapi dia harus dua arah.
“Fakultas Dakwah (FDIK) harus memahami realitas objek dakwahnya. Harus menemukan metodologi yang efektif dalam berdakwah. Agar dakwah ini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” jelasnya.
“Misi kenabian itu adalah memperbaiki akhlak, karakter. Karakter inilah yg kita perlukan untuk membangun bangsa,” sambungnya.
Prof Jimly kembali berpesan kepada peserta kuliah umum bahwa tugas kita adalah berdakwah, karena Islam itu harus menjadi rahmatan Lil Alamin. “Semoga ke depan saudara dapat memimpin Indonesia dengan akhlak dan karakter yang baik serta Pancasila sebagai dasar negara,” kata dia.(hms)