Mohammad Yanuar Fajar. Foto ist |
Mekkah- Direktur KKHI Madinah Mohammad Yanuar Fajar dalam rapat koordinasi Petugas kesehatan TKHI di KKHI Madinah (18/09) menerangkan, angka kematian tertinggi pada jamaah haji di gelombang kedua adalah penyakit pada sistem pernapasan dengan diagnosa penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).
Ia memaparkan, petugas kesehatan harus tahu jamaah haji, tahu penyakit jamaahnya (Risti), tahu diagnosa penyakit jamaahnya, tahu obatnya, mampu edukasi cara pemakaian obatnya.
“Mampu mengatasi keadaan darurat dikala dibutuhkan,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia menerangkan, jamaah haji pun harus dipastikan tahu penyakitnya, tahu obatnya, cara memakai obatnya, tahu dosis obat, tahu waktu memakai atau meminum obatnya.
“Dan membawa obat yang dianggap perlu,” kata dia.
Ia berpesan untuk jamaah haji, agar banyak minum, makan yang teratur, ventilasi, istirahat yang cukup, menggunakan alat pelindung diri (APD), konsumsi obat yang dibutuhkan dan jangan merokok.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI, Eka Jusup Singka, berpesan kepada TKHI untuk meningkatkan kewaspadaan pada jamaah haji, memperkuat pola komunikasi dengan kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), Karon dan Karu agar dapat mengendalikan kondisi jamaah haji.
“KBIH proaktif menjaga jamaah untuk selalu sehat,” imbuhnya.
Lebih lanjut Eka berpesan, kepada petugas kesehatan haji untuk dapat disampaikan ke jamaah haji, agar jamaah haji Indonesia agar peduli dengan teman sekamar, kemudian segera melapor kepada petugas bila ada yang malas makan, lemas, tidak nyambung saat diajak bicara.
“Dan minum obatlah yang teratur,” ucapnya.