Rektor IIB Darmajaya Hadiri Seminar Nasional Teknologi dan Bisnis 2018

Foto ist
BANDAR LAMPUNG —- Reformasi kebijakan riset atau penelitian adalah sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam mendukung daya saing bangsa. Guna mengukur daya saing ada 12 parameter yang menentukan. Di mana, Indonesia untuk indkes inovasi riset berada di peringkat 31 dari 138 negara, kualitas riset peringkat 40, kontribusi perusahaan swasta terkait riset di peringkat 39.
Namun, untuk jumlah hak paten internasional kita masih jauh tertinggal. Bahkan, dana riset kita hanya 0,25 persen dibandingkan jumlah anggaran negara. “Angka itu paling kecil dibandingkan negara-negara Asia,” kata Prof. Ocky Karna Radjasa, Ph.D, dalam Seminar Nasional (Semnas) Teknologi dan Bisnis 2018 dengan tema’ Peluang dan Tantangan di Era Disrupsi Teknologi’ di Ballroom Emersia Hotel, Bandar Lampung, Selasa (14/8/2018).
Prof. Ocky Karna Radjasa juga menjelaskan untuk jumlah hak paten Internasional Indonesia juga masih tertinggal. “Kabar baiknya riset kita setelah 20 tahun terakhir berada di nomor 3 Asean setelah Singapura dan Malaysia. Bahkan, publikasi kita (Indonesia) berada di nomor 2 setelah Malaysia dan kemudian Singapura dan Thailand,” kata dia.
Sementara, Rektor IIB Darmajaya Ir Firmansyah Y Alfian, MBA., M.Sc, diwakili Warek 4 IIB Darmajaya Prof. Zulkarnain Lubis., M.Sc., Ph.D, mengatakan pada abad 21 ini, dunia tengah menghadapi suatu fenomena global yang di beberapa negara bisa menjadi peluang atau ancaman yaitu era Disrupsi.
Menurut dia, era disrupsi adalah sebuah era dimana inovasi menjadi suatu keharusan dan akan banyak perubahan-perubahan yang akan menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Disrupsi menekankan situasi dimana pergerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear.
Perubahannya sangat cepat, fundamental dengan mengacak-ngacak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru. “Akan ada banyak model-model bisnis baru dengan strategi yang lebih inovatif dan mampu mematikan para pemain-pemain lama. Cakupan perubahannya sangat luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial masyarakat hingga pendidikan.”
Era ini, kata Prof. Zulkarnain Lubis, menuntut kita untuk berubah atau mati! Di Indonesia sendiri era ini telah datang dan mulai banyak dimanfaatkan oleh berbagai macam pihak. Sebagai contoh banyak para konsumen mulai berpindah dari menggunakan taksi atau angkutan konvesional ke angkutan berbasiskan online mobile– Grab & Gojek.
“Tidak sedikit pula para traveler alih-alih melakukan order tiket pesawat dan hotel melalui agen travel konvesional, mereka menggunakan travel online semacam traveloka dan pegi-pegi karena lebih mudah. Tidak hanya itu, lembaga-lembaga pendidikan nasional juga mulai terancam dengan lembaga-lembaga pendidikan berkelas internasional yang saat ini mampu mengadakan sistem pendidikan secara online,” kata dia.
Dalam seminar itu, hadir sebagai pembicara selain Prof. Ocky Karna Radjasa, juga hadir Prof. Dr. Achmad benny Mutiara QN, dan pembicara dari Kampus Biru RZ. Abdul Aziz, S.T., M.T., Ph.D; Dr. Anuar Sanusi, S.E., M.Si, dan 55 pemakalah dan peserta lainnya.
Ketua Pelaksana Semnas Teknologi dan Bisnis 2018, Nizar M. Kom, mengatakan tujuan kegiatan ini menggali permasalahan dalam bidang teknologi dan bisnis. Kemudian, memfasilitasi peneliti, adanya kerjasama dengan stakeholder pengguna hasil penelitian, dan menjadikan sebuah tantangan menjadi peluang.
“Dari 55 peserta pemakalah pendamping, terdiri dari 18 pemakalah pendamping ekonomi dan 37 peserta pemakalah dari mahasiswa. Jumlah itu darii hasil seleksi dari ratusan pemakalah yang masuk ke panitia. Kami berharap dari hasil seminar ini akan didapat sesuatu yang sangat berguna bagi banyak orang dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijakan,” kata dia. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *