Nunik (kiri) dan Lulu saat kampanye |
Kemenangan beberapa kandidat perempuan dalam Pilkada, baik Pilgub, Pilbup dan Pilwakot 2018 menjadi fase baru atau penanda perubahan bahwa demokrasi di Indonesia telah mencapai tahap pematangan yang siginifikan dibanding dengan sebelumnya.
“Penyelenggaraan Pilkada yang damai, sejuk dan nyaris tidak ditemukan penggunaan isu SARA sebagaimana Pilkada di DKI pada 2017 memberikan optimisme bahwa masyarakat semakin dewasa dalam menggunakan hak pilih,” ujar Sekjen Perempuan DPP PKB, Luluk Nur Hamidah, Jumat (29/6).
Masyarakat juga semakin memiliki kebebasan dalam menentukan figur yang dianggap sesuai untuk memimpin daerahnya, termasuk keberanian untuk. mendukung calon perempuan.
Ia melanjutkan, terpilihnya perempuan Nahdiyin seperti Khofifah Indar Parawansa sebagai Gubernur Jatim, Chusnunia Chalim sebagai Wakil Gubernur di Lampung, Ana Muawanah sebagai Bupati Bojonegoro, melengkapi perempuan-perempuan lain yang sama-sama terpilih sebagai kepala daerah pada Pilkada 2018.
“Ini sungguh membanggakan. Indonesia patut berbangga bahwa partisipasi perempuan dalam politik di tanah air meningkat secara signifikan dan bahkan memimpin,” katanya.
Sebagai negeri dominan muslim di dunia, kemunculan para perempuan sebagai pemimpin politik ataupun kepala daerah menunjukkan bahwa Islam dan demokrasi bukan hanya kompatibel, tapi Islam di Indonesia memiliki wajah yang patut menjadi referensi bukan hanya bagi negara-negara muslim bahkan negara sekuler sekalipun.
“Secara khusus, saya mengucapkan selamat dan sukses kepada para perempuan-perempuan santri dari kalangan Nahdiyin yang telah memenangkan pertarungan di Pilkada 2018,” kata Sekjen Perempuan DPP PKB itu.
Tak kurang nama seperti ibu Khofifah Indar Parawansa, mantan Ketua Umum PB KOPRI PMII dan ketua umum Muslimat `NU, Chusnunia (Nunik) kader Fatayat dan mantan Sekjen Perempuan PKB, yang juga perempuan pertama terpilih sebagai Bupati di provinsi Lampung, Ana Muawanah pengurus Muslimat NU dan mantan ketua umum Perempuan Bangsa PKB, Ibu Umi yang terpilih sebagai Bupati kabupaten Tegal Jawa Tengah, beliau juga dari keluarga besar NU dan diusung oleh PKB, mereka adalah figur-figur perempuan perkasa yang memiliki tekat kuat untuk menjadikan pembangunan ssbagai ruang partisipasi yang memungkinkan kelompok-kelompok yang selama ini relatif ditinggalkan, bisa menjadi bagian yang turut menentukan maju dan berkembangnya pembangunan di daerah.
“Saya juga percaya, figur perempuan santri seperti Chusnunia yang terpilih secara demokratis sebagai wakil Gubernur perempuan pertama di Lampung bisa menjadi cahaya baru yang akan membawa Lampung Berjaya,” paparnya.
Nunik—sapaan akrab Chusnunia–diusianya yang masih sangat muda, akan menjadi inspirasi bagi banyak kaum perempuan dan terutama generasi muda untuk berani ambil kepemimpinan politik dan menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki untuk membawa kemajuan, kemakmuran, keadilan dan kemaslahatan bersama.
“Selamat bekerja, jangan lupa untuk senantiasa mencintai rakyat dengan tulus dan memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi hak konstitusional rakyatnya,” kata Luluk.